HaiBunda

MENYUSUI

Ketahui Efektivitas Menyusui dalam Membentuk Karakter Anak sejak Dini

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Kamis, 27 Jun 2024 17:35 WIB
Ketahui Efektivitas Menyusui dalam Membentuk Karakter Anak sejak Dini/Foto: Getty Images/iStockphoto/FatCamera
Jakarta -

Menyusui tidak saja mendukung daya kognitif bayi, tetapi juga memengaruhi karakternya. Ketahui efektivitas menyusui dalam membentuk karakter anak sejak dini yuk, Bunda.

Berbagai manfaat dari menyusui memang tak diragukan lagi ya, Bunda. Agenda menyusui memang sedianya tidak sekadar memberikan nutrisi pada bayi tetapi lebih dari itu juga memberikan pengaruh pada anak dalam pembentukan karakternya sejak dini.

Pengalaman menyusui diketahui dapat berkontribusi terhadap perkembangan kesehatan otak anak. Kemudian, praktik menyusui dan memberikan sentuhan pada anak serta membangun interaksi pengasuhan selama menyusui sangat berperan dalam memperkuat sirkuit sensori dan emosional anak.


Keduanya sangat penting untuk mendukung kognitif dan perkembangan sosial emosional anak seperti dikutip dari laman Astho.

Menyusui dan pembentukan karakter anak

Sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak yang mendapat ASI eksklusif selama tiga bulan dan tidak menerima makanan atau cairan lain selain ASI telah meningkatkan perkembangan di beberapa wilayah otak terkait fungsi sosial emosional dan bahasa.

Selain itu, banyak ahli mengatakan bahwa ikatan kasih sayang selama tahun-tahun pertama kehidupan membantu mengurangi masalah sosial dan perilaku baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

Menyusui juga dapat membantu ibu belajar membaca isyarat bayinya dan dapat membantu bayi mempercayai pengasuhnya. Hal ini tentunya membantu membentuk perilaku awal bayi seperti dikutip dari laman WebMd.

Dampak positif pemberian ASI

Manfaat dari pemberian ASI tidak saja mendukung kesehatan bayi secara menyeluruh  tetapi juga mengisi banyak hal positif yang memang dibutuhkan anak. Efektivitas menyusui tidak saja membantu pemenuhan nutrisi tetapi juga memberikan keuntungan kognitif pada anak.

Kemampuan kognitif sendiri sebenarnya mengacu pada proses mental seperti berpikir, mengingat, dan mengambil keputusan. Selain itu, juga mencakup kreativitas, imajinasi, dan perilaku pada anak. Penting diketahui bahwa perkembangan otak dan keterampilan kognitif yang sehat ini memungkinkan anak untuk belajar dan memahami. Banyak ahli percaya bahwa menyusui dapat berkontribusi pada kecerdasan, ingatan, penilaian, dan kemampuan memecahkan masalah anak seiring pertumbuhannya. 

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Pediatrics pada Maret 2017 melaporkan bahwa tidak ada manfaat kognitif jangka panjang dari menyusui. Penelitian ini mengikuti hampir 7.500 bayi cukup bulan hingga usia lima tahun.

Para peneliti mengevaluasi anak-anak berdasarkan kemampuan mereka dalam berbahasa (kosakata), keterampilan memecahkan masalah, dan perilaku pada usia 9 bulan, 3 tahun, dan 5 tahun. Orangtua dan guru berpartisipasi dalam evaluasi dengan mengisi kuesioner untuk mengetahui kemampuan kognitif anak.

Penelitian tersebut memang menunjukkan beberapa efek positif kognitif jangka pendek dari menyusui, namun tidak ada manfaat jangka panjangnya. Dinyatakan bahwa anak yang mendapat ASI minimal 6 bulan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik dan tidak terlalu hiperaktif pada usia 3 tahun.

Namun, ketika anak-anak tersebut berusia 5 tahun, perbedaan mencolok antara anak-anak yang diberi ASI dan tidak diberi ASI menjadi terlalu kecil untuk bisa bermakna.

Menyusui dan kecerdasan

Tidak semua penelitian mengenai hal ini menunjukkan temuan yang sama. Banyak penelitian yang mendukung keyakinan bahwa menyusui meningkatkan kecerdasan atau IQ. Mereka tampaknya menunjukkan hubungan antara ASI dan hasil kognitif jangka panjang seperti dikutip dari laman Very Well Family.

Sebuah penelitian yang mengamati 3.500 anak selama masa remaja dan dewasa menemukan bahwa ketika dinilai pada usia 30 tahun, mereka yang sumber nutrisi utamanya berasal dari ASI memiliki kinerja lebih baik dalam tes kecerdasan. Mereka juga memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan pendapatan yang lebih besar.

Penelitian lain yang sangat besar mengamati hampir 14.000 bayi sehat yang diberi ASI hingga mereka berusia 6,5 ​​tahun. Kecerdasan dan status akademis anak-anak dievaluasi oleh dokter dan guru. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan antara pemberian ASI eksklusif dalam jangka panjang dan perkembangan kognitif anak sangatlah kuat.

Sulit untuk menentukan apakah ASI atau faktor lain yang berkontribusi terhadap peningkatan skor kognitif pada anak yang diberi ASI. Beberapa peneliti berpendapat bahwa menyusui tampaknya hanya bertanggung jawab atas peningkatan kecerdasan dan keterampilan memecahkan masalah, namun kenyataannya tidak demikian.

Sebaliknya, alasan mengapa anak-anak yang mendapat ASI bisa berprestasi lebih baik adalah karena mereka cenderung tumbuh di lingkungan yang mendukung perkembangan kognitif.

Yang lainnya menunjukkan bahwa ASI mengandung asam lemak esensial asam docosahexaenoic (DHA) dan asam arakidonat (ARA atau AA). Karena DHA dan ARA mendorong perkembangan otak dan sistem saraf, mereka percaya bahwa ketika seorang anak menerima ASI, hal itu membantu meningkatkan kemampuan kognitif.

Perusahaan formula juga menyadari hal ini. Mereka pun turut serta menambahkan asam lemak esensial ke dalam susu formula bayi mereka untuk mendukung perkembangan otak dan mata.

Tentu saja, para ilmuwan belum mengetahui apakah penambahan asam lemak esensial dalam susu formula memiliki efek yang sama pada otak seperti asam lemak esensial alami yang ditemukan dalam ASI.

Sedianya, baik itu ASI atau susu formula, mendapatkan nutrisi yang tepat untuk perkembangan otak adalah hal yang penting. Namun, selain nutrisi, ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kesehatan kognitif ya, Bunda.

Perlu Bunda tahu bahwa sebenarnya hasil kognitif positif dimulai pada kehamilan. Jika seorang ibu mendapatkan perawatan pranatal yang baik dan tidak merokok atau melakukan perilaku berisiko lainnya, maka ia membantu anaknya memulai awal yang baik.

Selama masa bayi dan masa kanak-kanak, hubungan antara orangtua dan anak-anak mereka dapat membawa perubahan. Pilihan pengasuhan anak dapat mendorong atau menghambat pembelajaran kognitif.

Misalnya, membacakan buku kepada anak setiap malam dapat membantu mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berbahasa anak. Semua kebiasaan tersebut tentunya dapat mendukung penuh pertumbuhan kognitif anak dengan baik. Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

5 Tips agar Si Kakak Tidak Cemburu saat Bunda Menyusui Adik Kecil

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Ciri-ciri Orang Cerdas, Kerap Ucapkan 20 Kalimat Ini

Mom's Life Amira Salsabila

Potret Luna Maya & Maxime Bouttier Hadiri Pernikahan Sahabat di Italia

Mom's Life Amira Salsabila

Kenali Penyebab Hipertensi di Usia Muda & Cara Pencegahannya

Mom's Life dr. Bonita Effendi, Sp. P.D, BMedSc, M.Epid

Cerita Aline Adita Akhirnya Berhasil Hamil setelah 7 Th Jalani Promil

Kehamilan Annisa Karnesyia

Potret Ade Govinda & Indiarisa Sambut Kelahiran Anak Pertama, Banjir Ucapan dari para Musisi

Kehamilan Pritadanes

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Curhat Inul Daratista Usai Kabarkan Adam Suseno Sudah Boleh Pulang dari RS

Kenali Penyebab Hipertensi di Usia Muda & Cara Pencegahannya

Potret Ade Govinda & Indiarisa Sambut Kelahiran Anak Pertama, Banjir Ucapan dari para Musisi

Ciri-ciri Orang Cerdas, Kerap Ucapkan 20 Kalimat Ini

Idol K-Pop Hadiri Paris Fashion Week, Cha Eun Woo hingga Mingyu SEVENTEEN

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK