Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Panduan Manajemen Laktasi untuk Ibu Menyusui, Bantu Memastikan Kelancaran ASI

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Jumat, 12 Jul 2024 08:40 WIB

Manajemen laktasi
Manajemen laktasi, ibu menyusui perlu tahu/ Foto: Getty Images/tonefotografia
Daftar Isi

Pasca melahirkan, seorang Bunda harus segera beradaptasi untuk memberikan asupan ASI pada Si Kecil. Proses ini tentunya tidaklah mudah, sebab masa laktasi adalah momen yang krusial bagi bayi mulai tumbuh kembang.

Untuk para Bunda yang belum mengerti bagaimana tantangan dan solusi dalam menyusui anak, penting untuk mengumpulkan berbagai informasi mengenai manajemen laktasi. Dengan begitu, Bunda bisa lebih siap menghadapi bayi dan segala kebutuhan ASI-nya yang sempurna.

Lantas bagaimana ya manajemen laktasi yang baik untuk para busui terapkan? Yuk, simak informasi lengkapnya berikut ini.

Apa itu laktasi?

Laktasi adalah proses memproduksi dan memberi asupan ASI untuk bayi. Proses ini biasanya dimulai sejak kehamilan dan berlanjut hingga Bunda berhenti memberikan ASI atau stop menyusui. 

Menyusui merupakan proses yang alami terjadi dan dilalui oleh setiap perempuan pasca hamil dan melahirkan. Hal ini karena respon otomatis dari hormon prolaktin dalam tubuh yang mengalami peningkatan produksi di masa laktasi.

Laktasi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dasar Si Kecil, Bunda. Untuk itu, setiap busui perlu paham semua hal yang wajib untuk dilakukan dan diwaspadai.

Proses terbentuknya ASI 

Proses produksi ASI bukanlah sesuatu yang instan. Terbentuknya susu eksklusif ini memerlukan rangkaian peristiwa hormonal yang dimulai sejak Bunda mengandung. Kondisi tersebut akan memicu proses laktasi yang disebut laktogenesis.

Dilansir Cleveland Clinic, berikut rincian tiga tahap proses terbentuknya ASI:

1. Tahap satu laktogenesis

Tahap satu laktogenesis dimulai sekitar minggu ke-16 kehamilan sampai beberapa hari pasca melahirkan. Proses ini ditandai dengan peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Hal ini membuat payudara terasa lebih penuh karena kelenjar susu di dalamnya sudah siap memproduksi ASI.

Di tahap ini juga terlihat perubahan fisik di area payudara. Puting susu akan menghitam dengan areola yang membesar. Kemudian, kelenjar montgomery (benjolan kecil pada areola) ikut mengeluarkan minyak untuk melumasi puting.

2. Tahap dua laktogenesis

Tahap kedua laktogenesis dimulai sekitar 2-3 hari setelah persalinan. Di tahap ini produksi ASI mengalami peningkatan yang signifikan.

Setelah bayi lahir, hormon estrogen dan progesteron menurun dan digantikan dengan peningkatan produksi prolaktin. Hormon inilah yang bertanggung jawab menghasilkan ASI.

Pada proses ini Bunda akan merasakan berbagai keluhan di area payudara. Payudara busui akan melunak dan seringkali terasa penuh sampai terasa perih serta nyeri.

3. Tahap tiga laktogenesis

Tahap tiga laktogenesis adalah rentang waktu terakhir bagi busui mengeluarkan ASI. Semakin banyak ASI yang dikeluarkan, semakin banyak ASI yang diproduksi untuk menggantikannya.

Di tahap ini, peran hormon endokrin pun mulai berjalan. Endokrin akan menstabilkan laju produksi susu sesuai dengan volume ASI yang dikeluarkan.

Persiapan menyusui sejak masa kehamilan

Menyusui adalah hal krusial yang perlu mendapatkan perhatian lebih ketika bersiap menyambut Si Kecil. Hal ini karena payudara busui menjadi lebih sering terasa nyeri karena pembengkakan. Belum lagi perihal bayi yang mungkin sering rewel ketika Bunda menyusuinya.

Nah, supaya Bunda terhindar dari hal-hal di atas, berikut beberapa tips yang disarankan para pakar dilansir Pink Villa, mengenai persiapan menyusui selama masa kehamilan menuju persalinan:

1. Cari tahu prosesnya

Cobalah untuk luangkan waktu menyelam dalam informasi seputar laktasi dan pelajari dasar-dasar ilmunya. Hal ini akan sangat membantu kelancaran proses menyusui Si Kecil di masa depan.

Mulailah mengulik informasi seperti manfaat, tantangan, hingga posisi menyusui yang baik untuk Bunda dan anak. Dengan begitu, para busui bisa mempersiapkan diri menuruti kebutuhan ASI bayi.

Konsultan laktasi Halifax, Cassie Kent, menyampaikan bahwa pemberian ASI dapat berjalan lancar bila Bunda tahu bagaimana posisi yang benar ketika menyusui bayi. Posisi duduk setengah bersandar dan merangkul bayi di dada adalah posisi menyusui yang paling direkomendasikan.

2. Kenali tubuh Bunda

Menyusui adalah hal yang alami terjadi pasca persalinan. Namun, ada kondisi tubuh tertentu yang memicu kesulitan dalam menyusui. 

Kent menyebutkan bahwa kondisi seperti operasi payudara, ketidakseimbangan hormon, hingga kesulitan hamil adalah beberapa hal yang bisa memicu gangguan proses laktasi.

Untuk itu, para ibu hamil perlu mengenali tubuhnya masing. Cobalah identifikasi kesehatan tubuh dengan para ahli profesional.

3. Bangun ruang yang nyaman

Penting bagi Bunda untuk merasa nyaman selama menyusui Si Kecil. Hal ini akan membantu proses aliran ASI yang lebih lancar untuk memenuhi asupan nutrisi bayi.

Bunda bisa mulai merencanakan sudut pribadi di rumah untuk membangun kenyamanan saat menyusui bayi. Siapkan beberapa alat bantu dan fasilitas yang mumpuni.

4. Siapkan alat laktasi

Sediakan alat-alat bantu yang bisa meringankan proses laktasi, seperti bra menyusui, pompa ASI, hingga bantal dan kursi yang empuk. Ini adalah kebutuhan dalam membantu meringankan rasa sakit di tubuh selama menyusui Si Kecil.

5. Pelajari posisi bayi yang baik saat menyusui

Terakhir, cobalah untuk mengetahui posisi bayi yang benar saat menyusu. Perlu diketahui kalau bayi perlu berada di posisi yang condong dan sejajar dengan Bunda di kala memberinya ASI. Gunakan bantal sebagai media yang memberi kenyamanan untuk Bunda dan Si Kecil.

Saat-saat mulai menyusui

Laktasi dimulai beberapa minggu setelah trimester kedua kehamilan. Saat kadar estrogen dan progesteron meningkat, tubuh bersiap untuk laktasi dengan meningkatkan jumlah produksi susu di payudara.

ASI tersebut akan disalurkan dari alveoli ke puting. Nah, asupan nutrisi yang pertama kali diberikan Bunda ke bayi disebut dengan kolostrum.

Kolostrum adalah cairan kuning yang keluar dari payudara selama 1-5 hari pasca melahirkan Si Kecil. Cairan ini kaya akan protein, mineral, vitamin, dan antibodi.

Selanjutnya, payudara akan mengeluarkan air susu hasil produksi hormon prolaktin. ASI ini diproduksi untuk konsumsi bayi hingga usia mereka 12 bulan atau lebih, Bunda.

5 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyusui

Melansir dari berbagai sumber, berikut lima hal yang perlu diperhatikan Bunda selama masa menyusui Si Kecil:

1. Penuhi asupan gizi Bunda

Untuk menghasilkan ASI yang berkualitas, Bunda perlu memenuhi asupan gizi seimbang setiap harinya. Mulai konsumsi rutin makanan yang bermanfaat untuk kelancaran laktasi.

Perbanyak asupan zat besi dari sayuran seperti wortel, brokoli, dan bayam untuk melancarkan ASI. Selain itu, perbanyak minum air putih supaya tubuh terhidrasi dan meningkatkan produksi ASI, Bunda.

2. Teknik menyusu yang benar

Bunda perlu memahami bagaimana cara memberikan ASI yang benar kepada bayi. Setiap ibu menyusui harus mengetahui teknik menyusui yang benar supaya asupan ASI tidak sia-sia.

Kemenkes RI menyampaikan indikator proses laktasi yang efektif, yakni meliputi posisi ibu dan bayi (body position), pelekatan bayi yang tepat (latch), dan keefektifan isapan bayi pada payudara (effective sucking).

3. Menjaga kualitas ASI

ASI adalah sumber nutrisi yang sangat baik dan mudah dicerna untuk para bayi. Asupan ini juga bermanfaat membangun antibodi supaya Si Kecil terhindar dari penyakit. Untuk itu, Bunda perlu menjaga kualitas ASI dengan menerapkan pola hidup yang sehat, yakni berolahraga dan istirahat yang cukup.

4. Pahami kebutuhan ASI Si Kecil

Kebutuhan ASI bayi baru lahir tentunya akan terus berubah seiring bertambahnya umur mereka. Umumnya Bunda memberi ASI sebanyak 10-12 kali sehari kepada bayi baru lahir. Di sisi lain, bayi yang usianya lebih dari 18 bulan hanya butuh ASI 1-3 kali sehari.

5. Tetap menyusui di malam hari

Ulasan di Today's Parent menyarankan Bunda untuk tidak berhenti menyusui atau memompa ASI di malam hari. Hal ini dikarenakan malam adalah momen di mana hormon laktasi melonjak sehingga bisa membantu penyimpanan ASI di kemudian waktu.

Hal yang memengaruhi laktasi

Seringkali ditemukan para Bunda yang mengeluhkan produksi ASI-nya yang lambat. Akibatnya, proses asupan nutrisi ASI ke bayi menjadi terhambat. 

Nah, gangguan seperti di atas terjadi bukan tanpa sebab, Bunda. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kemampuan busui dalam laktasi, yakni:

1. Gizi buruk

Penyimpanan gizi di dalam tubuh yang rendah adalah hal umum yang sering membuat produksi ASI terganggu. Ibu menyusui yang kekurangan gizi tidak dapat memproduksi ASI berkualitas karena rendahnya cadangan zat gizi yang tersimpan.

2. Konsumsi obat-obatan

Mengutip CNN Indonesia, sering mengonsumsi obat atau herbal tertentu adalah satu kebiasaan yang memicu menurunnya produksi ASI. Bagi Bunda yang sering minum obat flu, peppermint, dan seledri dalam jumlah yang berlebihan dapat memengaruhi volume dan kualitas ASI.

3. Ketidakseimbangan hormon

Dalam proses laktasi, ada dua hormon yang berperan penting dalam kelancaran pemberian ASI, yakni prolaktin dan oksitosin. Apabila terjadi gangguan hormon pada busui, maka produksi ASI akan terkena dampak yang signifikan.

4. Riwayat radioterapi

Paparan radiasi dari terapi dapat memantik penurunan produksi ASI, Bunda. Beberapa kasus menyatakan volume ASI mengalami keterbatasan karena dampak radiasi yang masuk ke tubuh.

5. Penggunaan obat terlarang dan alkohol

Dalam beberapa riset studi yang terlampir di laman National Institutes of Health, konsumsi narkoba dan alkohol memiliki efek besar terhadap laktasi. Kedua hal tersebut bisa mengganggu keseimbangan hormon yang mengontrol kelenjar di dalam payudara memproduksi susu. Produksi ASI akan menurun drastis secara berangsur-angsur.

Efek samping laktasi

Proses laktasi melibatkan peningkatan hormon yang besar di dalam tubuh. Oleh sebab itu, Bunda seringkali merasakan gangguan seperti lelah fisik dan mental selama masa laktasi. Menurut WebMD, berikut tiga efek samping yang wajib diwaspadai selama masa laktasi, Bunda.

1. Pembengkakan

Payudara akan membengkak dan terasa nyeri selama laktasi. Pembengkakan mulai terjadi saat ASI pertama kali keluar. Hal ini terjadi karena tubuh perlu beradaptasi dengan jumlah produksi ASI.

Selanjutnya, pembengkakan payudara juga disebabkan oleh penumpukan ASI yang tidak tersalurkan. Kondisi ini makin parah bila bayi mulai mengurangi asupan susu.

Untuk mengurangi gangguan laktasi ini, Bunda bisa mencoba untuk memerah atau memompa ASI. Redakan nyeri di payudara dengan kompres air hangat sebelum menyusui atau memompa ASI.

2. Mastitis

Mastitis adalah peradangan jaringan payudara yang sering terjadi selama menyusui. Peradangan ini akan menyebabkan nyeri, kemerahan, dan rasa panas di area payudara yang terinfeksi. Mastitis juga dapat disertai dengan demam dan tubuh menggigil.

Penyebab utama mastitis laktasi adalah saluran ASI yang tersumbat. Hal ini terjadi jika Bunda tidak mengosongkan payudara sepenuhnya saat menyusui atau memompa. 

Selain itu, mastitis juga bisa disebabkan oleh bakteri. Bakteri dapat masuk ke payudara Bunda melalui lubang saluran ASI saat Si Kecil menyusu atau luka robek dari lecet di puting.

3. Dysphoric milk ejection reflex (D-MER)

Dysphoric milk ejection reflex adalah ketidakstabilan emosi yang terjadi selama masa menyusui. Para busui akan diliputi emosi negatif, seperti rasa cemas, keputusasaan, hingga depresi di sekian rentang waktu.

D-MER terjadi karena penurunan hormon neurotransmitter dopamine yang berfungsi memantik perasaan senang. Untuk itu, Bunda perlu menstabilkannya dengan meningkatkan asupan prolaktin agar proses laktasi tetap lancar.

Pertanyaan dan jawaban seputar laktasi

Berikut beberapa pertanyaan yang mungkin Bunda ingin ketahui jawabannya seputar laktasi.

Bisakah ASI keluar meski tidak hamil? Kenali penyebabnya

Tahukah Bunda kalau ASI bisa keluar padahal tidak sedang masa hamil atau menyusui? Nah, kondisi ini merupakan suatu gangguan yang disebut dengan sindrom Ahumada-Del Castillo.

Melansir dari laman Kementerian Kesehatan RI, sindrom Ahumada-Del Castillo adalah kondisi langka yang mengganggu perempuan dewasa. Sindrom ini ditandai dengan keluarnya air susu dari puting meskipun tidak sedang masa menyusui dan tidak mengalami menstruasi di waktu lama. 

Sindrom Ahumada-Del Castillo merupakan kelainan hormon dengan ciri gangguan fungsi dari kelenjar di otak. Perempuan yang mengidap gangguan ini akan mengalami ketidakseimbangan produksi hormon prolaktin. Hormon prolaktin berfungsi untuk menstimulasi produksi air susu.

Penyebab sindrom Ahumada-Del Castillo belum diketahui secara pasti. Namun, banyak peneliti menduga tumor di hipotalamus (otak) bisa memicu kehadiran penyakit ini. Akibatnya, kelenjar yang memproduksi prolaktin tidak berfungsi dengan baik.

Berapa lama masa laktasi?

Melansir dari Better Health Channel, WHO menyatakan bahwa setiap bayi secara eksklusif mengonsumsi ASI hingga usia 6 bulan. Selanjutnya, Si Kecil akan mulai mengonsumsi ASI dan MPASI hingga usia 2 tahun atau lebih.

Nah, demikian penjelasan dan panduan dalam mengatur proses laktasi untuk para ibu menyusui. Semoga bermanfaat, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda