Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Panduan Menyusui yang Benar, Mulai Persiapan, Posisi hingga Cara Perbanyak ASI

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Senin, 05 Aug 2024 08:25 WIB

Ilustrasi menyusui
Cara menyusui yang benar, mulai dari persiapan hingga dukungan/ Foto: Getty Images/PonyWang
Daftar Isi

Cara menyusui yang benar adalah satu hal penting yang harus Bunda ketahui sebelum mulai mengASIhi Si Kecil. Ada banyak hal yang perlu dilakukan supaya bayi dapat menyusu secara nyaman.

Tidaklah mudah bagi seorang ibu baru untuk segera menyusui dengan baik dan benar. Untuk itu, Bunda perlu memperhatikan apa saja hal yang harus dipersiapkan sebelum menyusui bayi.

Berikut Bubun rangkumkan informasi lengkap panduan cara menyusui bayi yang benar beserta jawaban dari segala pertanyaan terkait menyusui. Simak selengkapnya di bawah ini!

Mengenal menyusui

Menyusui adalah proses memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir sampai dengan usia dua tahun. Pemberian ASI adalah salah satu cara paling efektif untuk menjamin kesehatan anak sedari dini.

ASI merupakan makanan yang ideal bagi bayi. ASI menyediakan berbagai nutrisi yang diperlukan bayi untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangannya lebih baik. Selain itu, menyusui dapat melindungi Si Kecil dari berbagai penyakit yang rentang diidap bayi, seperti diare dan pneumonia.

Menurut World Health Organization (WHO), ada beberapa hal terkait menyusui yang perlu Bunda perhatikan. Badan ini merekomendasikan Bunda untuk memberi ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama usia bayi. Selanjutnya, para busui bisa mengolah makanan pendamping yang cukup gizi sambil terus menyusui bayi hingga usia dua tahun atau lebih.

7 Persiapan sebelum menyusui bayi dengan cara yang benar

Apabila usia kehamilan Bunda sudah memasuki trimester ketiga dan siap menyambut kelahiran buah hati, persiapkanlah beberapa hal yang menunjang proses menyusui berjalan lancar di waktu mendatang. Melansir dari Baby Center dan sumber lainnya, berikut tujuh persiapan menyusui yang perlu dilakukan demi pemberian ASI yang lancar:

1. Kulik informasi

Luangkan waktu untuk menyelam dan mempelajari berbagai informasi dasar seputar menyusui. Cobalah untuk membaca buku-buku dan tips menyusui yang benar supaya Bunda bisa menjadikannya sebagai referensi terbaik Hal ini dapat membantu Bunda bersiap menghadapi tantangan di hari-hari pertama kehidupan bayi.

2. Temukan lingkungan yang suportif

Menjadi ibu hamil yang segera diberkahi anak adalah kondisi yang banyak memakan emosi. Oleh sebab itu, Bunda memerlukan limpahan dukungan dari orang sekitar.

Banyak rumah sakit dan kantor dokter anak yang membentuk kelompok dukungan untuk para busui. Kelompok ini akan mengajak Bunda hadir di berbagai pertemuan yang berbagi informasi mengenai menyusui.

Pertemuan tersebut diselenggarakan untuk memberi ruang kepada para ibu baru untuk mengetahui atau menceritakan keluh kesah dan meminta solusi tentang aktivitas menyusuinya.

3. Berkonsultasi dengan ahli laktasi

Menyusui memang salah satu aktivitas yang serta-merta dilakukan pasca bayi lahir. Namun, seringkali ditemukan kondisi di mana beberapa Bunda kesulitan dalam menyusui seperti aliran ASI yang sedikit atau tidak keluar sama sekali.

Nah, untuk itu kehadiran konsultan laktasi menjadi jawaban atas keresahan tersebut. Para profesional ini dapat membantu Bunda memantau berat badan, menjawab masalah pelekatan, dan mengatasi tantangan yang mengganggu selama Bunda dan bayi belajar menyusui.

4. Bersiap untuk memompa ASI

Tak hanya menyusui secara langsung, para busui juga perlu bersiap untuk mempelajari cara memompa ASI yang benar dan nyaman. Hal ini dapat membantu payudara untuk memproduksi lebih banyak ASI.

Kuliklah informasi seputar cara memerah ASI yang benar dengan tangan atau alat bantu pompa. Selain itu, didik diri sendiri tentang penyimpanan ASI yang benar supaya nutrisi dalam susu tetap bertahan. 

5. Bicarakan dengan Ayah

Sosok ayah juga memiliki peran penting dalam kelancaran proses menyusui. Bunda dapat mulai berdiskusi bersama pasangan tentang bagaimana mereka bisa mendukung Bunda sebagai ibu menyusui. 

Ayah memang tidak bisa menyusui bayi, tetapi mereka bisa membantu kelancaran ibu menyusui dengan meringankan pekerjaan rumah, mengasuh anak yang lebih besar, dan menyiapkan air serta makanan supaya asupan harian busui tetap terpenuhi.

6. Segera lakukan IMD

Mengutip dari laman resmi Dinas Kesehatan Kulon Progo, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi untuk segera menyusu setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. 

Setelah melahirkan, Bunda perlu segera meletakkan bayi menempel di dada tanpa alas. Ini akan mendorong bayi mengeluarkan naluri untuk mencari makanannya.

Mulailah menyusui dalam 1-2 jam pertama pasca melahirkan bayi. Melakukan IMD dapat memengaruhi peluang keberhasilan Bunda menyusui Si Kecil di kemudian waktu.

7. Luangkan waktu untuk menyusui

Bunda dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk menyusui dengan melakukan beberapa persiapan rumah tangga sebulan sebelum melahirkan. Dengan begitu, Bunda tidak lagi direpotkan dengan berbagai hal di masa menyusui nanti.

Pemberian ASI memerlukan perhatian khusus baik tentang jadwal dan takaran asupan untuk bayi. Umumnya bayi baru lahir membutuhkan asupan ASI eksklusif sebanyak 10-12 kali sehari. Sedangkan bayi berusia lebih dari 18 bulan hanya membutuhkan ASI 1-3 kali sehari.

10 Cara menyusui bayi yang benar

Menyusui bukanlah perkara hal yang mudah dilakukan. Setiap busui memerlukan banyak informasi, latihan, dan kesabaran dalam memulainya. 

Melansir dari berbagai sumber, berikut 10 cara menyusui bayi yang benar dan cepat kenyang tanpa khawatir gumoh atau kurang ASI:

1. Pelekatan menyusui yang tepat

Pelekatan adalah faktor penting yang perlu diperhatikan selama Si Kecil mulai menyusu. Posisi pelekatan bayi waktu menyusu bukanlah perihal mulut mereka yang menempel di puting, tetapi juga di areola payudara.

Pelekatan yang tepat ditandai dengan tidak adanya rasa sakit, nyeri, atau perih saat bayi menyusu di payudara, serta bayi yang mengonsumsi cukup ASI.

2. Memegang bayi dengan benar

Sebelum bersiap diri untuk menyusui anak, Bunda wajib memahami cara memegang bayi yang benar. Cobalah untuk menempatkan bayi di satu sisi mengarah ke payudara Bunda.

Mengutip dari What to Expect, tubuh bayi perlu ditempatkan dalam satu garis lurus mulai dari telinga, bahu, dan pinggulnya. Gunakan bantal menyusui untuk menyangga bayi menyusui dengan nyaman.

3. Mencoba berbagai posisi menyusui

Ada banyak sekali posisi menyusui yang bisa diterapkan sehari-hari. Cobalah untuk tidak berpaku pada satu posisi yang membosankan, Bunda. Kreasi posisi ini dilakukan untuk memastikan bayi mendapatkan cukup ASI dan tidak mudah gumoh.

Salah satu posisi menyusui yang disarankan adalah laid back, yakni posisi yang biasanya diterapkan pasca melahirkan. Posisi ini dilakukan secara berbaring dengan bayi terletak di atas perut dan kepalanya yang terletak di dekat payudara.

4. Bunda dalam kondisi rileks dan nyaman

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam cara menyusui bayi yang benar adalah memastikan kondisi Bunda sudah rileks dan nyaman. Ada baiknya untuk busui menghindari menyusui bayi dalam keadaan tak siap.

Cara satu ini perlu diingat supaya Si Kecil dapat nyaman menyusu tanpa takut mereka rewel dan gumoh. Selain itu, bayi juga bisa lebih cepat merasa kenyang.

5. Menyusui on-demand

Menyusui bayi on-demand artinya Bunda memberi ASI sesuai permintaan bayi, baik dalam waktu maupun jumlahnya. Cara satu ini adalah hal ideal yang dilakukan dalam menjaga produksi ASI sesuai kebutuhan.

Kids Health menjelaskan bahwa menyusui on-demand penting dilakukan selama beberapa minggu pertama bayi lahir. Seiring bayi bertambah usia, mereka akan mulai mengurangi permintaan menyusu dan membangun jadwal pemberian ASI yang lebih mudah diprediksi.

6. Luangkan waktu untuk bayi bersendawa

Bayi seringkali gumoh setelah menyusu. Untuk mencegahnya, Bunda perlu membuat bayi bersendawa selama dan setelah menyusui. Ini dilakukan supaya udara yang tertelan bisa kembali lepas, sehingga tak ada lagi gas yang menumpuk di perut bayi.

7. Menyusui di lingkungan yang tenang

Sesi menyusu juga membutuhkan lingkungan sekitar yang nyaman dan tenang. Hindari gangguan, suara bising, dan cahaya yang silau ketika Bunda menyusui Si Kecil.

Faktor lingkungan sangat berpengaruh supaya bayi terhindar dari gumoh pasca menyusu. Selain itu, lingkungan yang nyaman juga membuat bayi bisa lebih fokus dan kenyang saat menyusu.

8. Tidak menyusui bayi yang tertidur

Bayi yang tertidur selama menyusu dikhawatirkan tidak mendapatkan asupan ASI yang cukup. Oleh sebab itu, seorang pakar laktasi, Nancy Mohrbacher, IBCLC, FILCA menyarankan Bunda untuk membangunkan bayi yang tertidur selama sesi menyusu.

“Cobalah untuk menggelitik, membelai kaki, atau mengguncang pelan lengan dan kaki bayi untuk membuat mereka tetap terjaga dan mengisap dengan benar,” jelas Mohrbacher dalam laman The Bump.

9. Pastikan payudara kosong dengan tepat

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi baru lahir, Bunda bisa menyusui Si Kecil dari kedua payudara. Namun, pastikan untuk mengosongkan satu payudara sebelum membiarkan bayi pindah menyusu ke sisi lain.

Dilansir Very Well Family, bayi baru lahir umumnya menyusu selama 2-3 jam dengan waktu isapan 10-15 menit di tiap sisi payudara. Kemudian, memasuki usia 3-4 bulan, bayi akan lebih cepat mengosongkan payudara.

Ketika menyusui, Bunda tak boleh memaksakan bayi untuk berhenti maupun terus menyusu. Biarkan Si Kecil melakukan isyarat bahwa dia sudah cukup menyusu di salah satu payudara, seperti menarik diri atau berhenti mengisap puting selama beberapa menit.

10. Perhatikan tanda Si Kecil yang cukup ASI saat menyusui

Satu hal terpenting yang menandakan keberhasilan menyusui adalah bayi mengonsumsi jumlah ASI yang cukup. Bunda bisa mengenali kondisi ini dari beberapa tanda atau reaksi yang Si Kecil lakukan ketika menyusu, yakni sebagai berikut:

  • Bayi akan menyudahi waktu menyusu dengan melepaskan isapan dari puting.
  • Bayi menelan dengan baik.
  • Bayi tampak tenang dan tak rewel pasca menyusu.
  • Payudara Bunda terasa lembut.
  • Penggunaan 5-6 popok bayi basah dan 2 popok kotor (buang air besar) dalam sehari.
  • Tekstur dan bentuk kotoran atau tinja bayi normal, yakni tidak terdapat lendir atau bercak darah.
  • Bayi bertambah berat badan sesuai dengan grafik pertumbuhan dan usia.

Cara agar ASI cepat keluar

Salah satu pantangan yang kerap menyulitkan ibu menyusui adalah jumlah ASI yang sedikit. Untuk itu, Bunda perlu coba beberapa cara alami menurut berbagai sumber berikut untuk membuat ASI cepat keluar:

1. Lebih sering menyusui

Selama menyusui, hormon yang memproduksi ASI akan menyebabkan refleks let-down. Aksi ini akan memicu kontraksi dalam otot payudara dan mengeluarkan ASI. Semakin sering Bunda menyusui, semakin banyak juga ASI yang akan diproduksi.

Oleh sebab itu, jangan pernah menunda untuk menyusui Si Kecil, terlebih bila dia sudah lapar. Namun, jangan lupakan juga batas frekuensi menyusui di setiap usia bayi.

2. Konsumsi asupan cairan yang cukup

ASI terdiri dari kadar air sebesar 90 persen. Maka dari itu, para busui harus memenuhi kebutuhan cairannya setiap hari guna membantu produksi ASI. Minumlah sekitar 6-8 gelas air mineral bersama asupan cairan sehat lainnya seperti susu atau jus.

3. Skin to skin

Banyak penelitian menunjukkan bahwa bayi lahir dengan tingkat respons yang tinggi. Bila bayi segera diletakkan di dada ibunya, bayi mampu menstimulasi perilaku yang mendorong kebutuhan biologis dasarnya, seperti menyusui.

Skin to skin perlu dilakukan pada satu jam pertama setelah bayi dilahirkan. Para perawat atau dokter akan mengarahkan Bunda untuk menggendong bayi dan melakukan kontak fisik di kulit dada.

4. Menstimulasi payudara

Cara selanjutnya untuk membantu kelancaran produksi ASI adalah dengan menstimulasi payudara dengan tangan sendiri. Mulailah dengan cara memompa payudara di beberapa hari pertama menyusui. Gerakan ini dapat membantu mengeluarkan lebih banyak ASI daripada alat breast pump.

Namun, jika Bunda bingung atau menemukan kesulitan, mintalah bantuan dengan konselor laktasi. Hal ini dikarenakan stimulasi payudara dengan tangan memerlukan keterampilan yang memakan waktu.

5. Konsumsi ASI booster alami

Peningkatan produksi ASI juga bisa dibantu dengan asupan konsumsi ASI booster. Ada banyak sekali bahan alami yang dimanfaatkan sebagai ASI booster, seperti daun katuk.

Daun katuk mengandung senyawa yang mampu memicu produksi prolaktin untuk ASI. Manfaat ini dapat dioptimalkan dengan mengonsumsi 200 miligram daun katuk atau setara dengan konsumsi tiga kali sehari.

Tak hanya daun katuk, kandungan senyawa yang sama juga bisa ditemukan dalam kacang almond dan kurma. Sebagaimana yang dilansir Sanford Health, kandungan kalium dari buah kurma bisa merangsang hormon prolaktin untuk terus aktif memproduksi ASI.

6. Pumping

Para ibu menyusui juga perlu senantiasa ingat untuk melakukan pumping dengan bantuan alat pompa ASI. Gerakan memompa ASI satu ini biasanya dilakukan pasca bayi selesai menyusui secara langsung. Pumping tak hanya bermanfaat untuk menjaga produksi ASI lancar, tetapi juga untuk mencegah pembengkakan payudara.

7. Istirahat yang cukup

Jumlah pasokan ASI juga bisa menurun bila tubuh Bunda lelah dan stres. Untuk itu, para busui memerlukan waktu istirahat yang cukup di antara waktu mengasuh Si Kecil.

Rasanya memang sulit untuk bisa bersantai di kala memiliki bayi. Namun, cobalah untuk ikut beristirahat ketika bayi sedang tidur. Dengan begitu, tubuh bisa mengisi tenaga kembali untuk memproduksi ASI lebih lancar.

8. Terapkan teknik menyusui yang tepat

Untuk menjaga ASI selalu lancar keluar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah teknik menyusui yang benar. Contohnya seperti posisi dan pelekatan menyusui.

Perlu diketahui bahwa bayi secara alamiah dapat melekat dengan baik pada payudara Bunda selama menyusu. Pada proses IMD pasca melahirkan, bayi akan diberi kesempatan untuk merangkak mencari puting ibu untuk menyusu.

“Apabila selanjutnya bayi kesulitan melekat dengan baik pada payudara ibunya, dapat diperkirakan ada berbagai kondisi yang menjadi penyebabnya,” ungkap Sri Sunarti, S.KM., M.Si, dalam buku Panduan Menyusui Praktis dan Lengkap.

Posisi atau pelekatan menyusui yang salah bisa terjadi sebab Bunda belum menguasai teknik menyusui yang tepat. Selain itu, faktor fungsional juga bisa menjadi penyebab, seperti bayi yang terlalu kecil, payudara membengkak, dan terlambat menyusui.

9. Percaya diri

Sugesti bahwa Bunda percaya diri selama menyusui juga diperlukan demi kelancaran ASI keluar. Cobalah untuk tidak membiarkan rasa takut mengalahkan kepercayaan diri. Bila menghadapi kesulitan, segera minta bantuan pada dokter, konsultan laktasi, atau para Bunda lainnya dalam kelompok pendukung ASI.

10. Bersiap-siap sejak kehamilan

Kelancaran selama menyusui bisa Bunda persiapkan sejak masa kehamilan. Hal ini dimulai dengan usaha Bunda dalam membekali diri dengan berbagai informasi seputar laktasi.

Sejak masa kehamilan, para calon busui sudah bisa bersiap dengan rutin mengonsumsi makanan bergizi. Tak hanya itu, hindarilah pemicu kenaikan berat badan dan stres.

Pantangan ibu menyusui yang penting diketahui

Mengutip dari National Health Service, berikut adalah beberapa pantangan yang lebih baik para ibu menyusui hindari:

1. Kafein

Kafein tak hanya dapat ditemukan dalam kopi maupun teh, tetapi juga di cokelat dan berbagai minuman berenergi. Jika Bunda adalah pengonsumsi kafein, cobalah untuk tidak meminumnya lebih dari 300 miligram per hari.

2. Alkohol

Pantangan selanjutnya yang perlu dihindari busui adalah konsumsi alkohol. Mengonsumsi cairan satu ini berpotensi masuk dan mengganggu kandungan ASI. Alhasil bayi akan ikut mengonsumsi ASI mengandung alkohol dan berisiko mengalami gangguan pola tidur hingga perkembangan kognitif.

3. Ikan laut tinggi merkuri

Ikan laut yang mengandung merkuri tinggi juga berisiko merusak kandungan ASI. Bayi yang mengonsumsi ASI tersebut khawatir mengalami gangguan perkembangan otak. Oleh karena itu, Bunda sebaiknya menghindari konsumsi ikan tuna, makarel, dan todak.

4. Obat herbal

Demi menjaga keamanan nutrisi pada ASI, para ibu menyusui disarankan untuk menghindari obat-obatan herbal. Hal ini disampaikan oleh Anna Burgess, seorang Pharmacist Team Leader.

“Ini dikarenakan minimnya informasi tentang masuk atau tidak berbagai obat herbal ke ASI dan data keamanan ilmiah. Selain itu, kontaminasi produk herbal dengan obat-obatan konvensional, pestisida, atau logam berat tidak dapat disepelekan,” jelasnya.

Cara suami bantu Istri pelancar ASI

Seringkali terjadi kondisi di mana Bunda terkendala untuk memberikan ASI kepada Si Kecil. Untuk mengatasinya, para busui bisa meminta bantuan pasangan untuk menstimulasi produksi ASI.

Menurut pakar laktasi, dr Ameetha Drupadi, CIMI, suami bisa membantu istri dengan memberikan pijatan pada punggung. Hal ini dapat membantu rangsangan saraf-saraf hormon oksitosin yang melancarkan produksi ASI.

"Satu kali menyusui sampai bayi kenyang itu kurang lebih 300 kalori yang terbakar dalam tubuh bunda, sehingga itu akan memancing rasa lapar dan haus, sebagai suami harus mendampingi, menyuapi makan istrinya atau memberi air minum. Bahkan, hanya dengan diberikan air putih aja bundanya sudah merasa diperhatikan dan ini bisa mencegah baby blues. Satu lagi, hormon oksitosin banyak terdapat di punggung bunda, seorang suami ini bisa memijatkan punggung dari batas leher sampai tengah-tengah, kanan-kiri di tekan-tekan, habis menyusui atau bayinya tidur bisa dipijitin sampai pinggang. Bunda akan merasa rileks dan oksitosin meningkat, ASI akan meningkat dan mengucur,"ujar dr. Ameetha Drupadi, CIMI. pada HaiBunda beberapa waktu lalu. 

Selain itu, pakar laktasi ini juga menegaskan untuk suami tidak melakukan stimulasi dengan mengisap langsung ke payudara istri. Disampaikan oleh konselor laktasi, Lisna Fajriah, Amd.Keb yang menyatakan bahwa peran suami hanya terlibat dalam proses perawatan bayi dan stimulasi pijat laktasi.

“Stimulasi payudara oleh suami tidak disarankan untuk menstimulasi pengeluaran ASI, karena yang tepat adalah isapan bayi yang efektif. Dengan isapan bayi teratur dan efektif akan menstimulasi pengeluaran ASI,” ungkapnya.

Jenis posisi menyusui bayi baru lahir

Kesuksesan pemberian ASI juga berpengaruh besar dari posisi menyusui yang para busui pilih. Melansir dari Mayo Clinic, berikut tujuh jenis posisi menyusui bayi baru lahir yang bisa Bunda lakukan

1. Cradle hold

Cradle hold adalah posisi menyusui dengan menggendong bayi menggunakan salah satu tangan, lalu menekuk tangan lainnya sebagai penopang tubuh bayi. Jika Bunda menggunakan payudara kanan untuk menyusui, maka tangan kanan yang dijadikan penopang kepala dan tubuh Si Kecil, dan begitupun sebaliknya.

Posisi menyusui satu ini umumnya dilakukan bila ukuran tubuh bayi belum terlalu besar, tetapi sudah terbiasa menyusu. Namun, cradle hold tidak begitu disarankan bila bayi sudah bertubuh besar atau belum terbiasa menyusu.

2. Laid-back breastfeeding

Laid-back breastfeeding adalah posisi menyusui sambil bersandar. Posisi ini disarankan bagi Bunda yang pertama kali menyusui. 

Laid-back breastfeeding dilakukan dengan punggung yang bersandar pada bantal di dinding atau kursi. Lalu letakkan kepala bayi sejajar dengan dada. Posisi menyusui ini memberikan rasa nyaman kepada busui sebab bayi dapat mudah menemukan puting payudara dengan sendiri.

3. Side lying

Side lying adalah posisi menyusui yang bisa diterapkan jika Bunda sedang kelelahan atau tak bersemangat untuk menyusui sembari duduk. Posisi ini disebut sebagai posisi yang ideal pasca operasi caesar, lho.

Side lying dilakukan berbaring menghadap bayi, lalu memposisikan tubuh bayi dekat payudara. Jika diperlukan, Bunda bisa memiringkan tubuh Si Kecil dan mendorongnya perlahan ke payudara untuk memudahkan ia menyusu.

Namun, ibu yang menerapkan posisi menyusui ini perlu menjauhkan bantal dan selimut yang ada di sekitar bayi. Hindari juga bayi yang jatuh terlelap saat menyusu.

4. Cross cradle hold

Posisi satu ini tak jauh berbeda dengan cradle hold. Namun, hal yang membedakan adalah posisi tangan yang digunakan berlawanan kala menopang bayi menyusu.

Apabila Bunda menyusui dengan payudara kanan, gunakan tangan kiri sebagai penopang kepala dan tubuh Si Kecil, dan begitupun sebaliknya. Dengan begitu, Bunda bisa lebih mudah memonitor pelekatan mulut bayi pada puting selama menyusu.

5. Sitting baby

Sitting baby adalah posisi menyusui bayi baru lahir yang dilakukan dengan posisi bayi sedang duduk. Oleh karenanya, Bunda tak perlu repot menopang tubuh bayi. Namun, pastikan dahulu ia sudah cukup kuat untuk duduk secara mandiri.

Bila Bunda ingin mencoba posisi ini, carilah tempat duduk yang nyaman dan posisikan Si Kecil duduk di pangkuan menghadap dada. Apabila ingin lebih aman, Bunda bisa sambil melingkarkan tangan ke tubuhnya.

Selama menyusui dalam posisi ini, busui perlu memastikan bahwa leher dan punggung bayi dalam garis lurus sejajar. Pastikan juga hidung bayi tidak tertekan ketika menyusu.

6. Football hold

Football hold merupakan posisi menyusui bayi baru lahir dengan cara menekuk tangan sebagai penyangga tubuh bayi di samping tubuh Bunda. Selanjutnya, posisi kaki bayi berada di bawah lengan Bunda. 

Posisi ini disarankan untuk para busui yang melalui operasi persalinan caesar. Selain itu, football hold juga efektif untuk menyusui bayi kembar di waktu yang sama.

7. Posisi berbaring

Nah, kalau Bunda belum memiliki tenaga yang cukup untuk duduk pasca melahirkan, cobalah menyusui dalam posisi berbaring. Bunda bisa menopang kepala dan punggung Si Kecil dengan bantal sebagai alat bantu kenyamanan. Letakkan kepala bayi di sekitar dada dan arahkan bibirnya hingga mencapai puting payudara untuk menyusu.

Kebutuhan ASI bayi baru lahir

Kebutuhan ASI bagi bayi memiliki jumlah yang berbeda-beda. Jumlah ini akan berubah seiring dengan bertambahnya usia dan pertumbuhan bayi.

Mengutip dari laman Health Service Executive, bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif akan mengalami peningkatan konsumsi yang besar di beberapa minggu pertama kelahiran. 

Selama minggu pertama, sebagian besar bayi hanya mengonsumsi ASI sebanyak 30-60 ml atau setara dengan 2-4 sdm ASI Hal ini dikarenakan kapasitas perut bayi baru lahir yang sangat kecil. Kemudian setelah 4-5 bulan, konsumsi volume ASI akan meningkat sampai 90-120 ml (6-10 sdm).

Selanjutnya ketika bayi menginjak usia lebih dari 6 bulan, asupan ASI mereka akan mulai berkurang secara bertahap. Oleh sebab itu, Bunda bisa mulai memperkenalkan Si Kecil dengan olahan makanan pendamping.

Jadwal menyusui bayi baru lahir

Mengutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), jadwal menyusui bayi baru lahir perlu dilakukan sebanyak 8-12 kali sehari dengan rentang sesi selama 10-15 menit. Menyusui bayi di usia ini juga perlu dilakukan dengan satu sisi payudara saja setiap sesinya. Sisi payudara lainnya dapat digunakan di jadwal selanjutnya.

Di sisi lain, perihal jeda waktu menyusui bayi baru lahir dapat dilakukan selama 1,5-3 jam. Rentang waktu ini dipilih untuk memberi ruang adaptasi pada ibu dan bayi. Namun, jika bayi sudah memberikan sinyal lapar, Bunda bisa menyusuinya segera.

Berapa lama menyusui bayi?

Apabila bayi sudah menginjak usia lebih dari satu bulan, Bunda sudah mulai terbiasa mengikuti jadwal yang sudah mulai teratur. Ini karena Bunda sudah bisa mengira kapan saja Si Kecil memberikan sinyal lapar dan ingin menyusu. 

Umumnya, bayi berusia satu bulan akan menyusu sebanyak 8-12 kali setiap hari dengan rentang waktu 2-3 jam sekali. Lalu pada usia dua bulan, bayi akan menurunkan frekuensi menyusunya menjadi 7-9 kali sehari.

Sementara itu di usia 3-5 bulan, asupan ASI eksklusif akan semakin turun menjadi 7-8 kali sehari selama 2,5-3,5 jam. Dan yang terakhir, yakni usia enam bulan atau akhir masa ASI eksklusif, Si Kecil akan mengonsumsi ASI dengan rentang waktu 5-6 jam sekali yakni sebanyak 4-6 kali sehari.

Tanda bayi cukup ASI

Tak selamanya jadwal ASI menjadi patokan sempurna yang Bunda patuhi dalam menyusui Si Kecil. Hal ini karena kebutuhan ASI setiap bayi berbeda-beda setiap orangnya. 

Untuk itu, Bunda perlu mengenali berbagai tanda atau respon yang bayi tunjukkan ketika dia sudah cukup ASI atau kenyang. Berikut adalah beberapa tanda bayi sudah cukup mengonsumsi ASI:

  • Payudara Bunda terasa lembut dan kosong
  • Suara menelan bayi yang melambat
  • Feses pertama bayi sudah keluar dalam sehari setelah menyusu
  • Bayi kembali aktif ketika bangun tidur
  • Bayi lebih sering buang air kecil dan besar setelah menyusu
  • Bayi mengantuk pasca menyusu dan terlelap sekitar 2-3 jam
  • Berat badan bayi meningkat setelah beranjak usia satu minggu

Apa yang harus dilakukan setelah selesai menyusui?

Setelah selesai menyusui, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memastikan kenyamanan dan kesehatan ibu serta bayi:

  1. Bersihkan mulut bayi dengan kain lembut atau tisu basah untuk membersihkan sisa ASI di sekitar mulutnya.
  2. Bantu bayi bersendawa dengan menepuk-nepuk lembut punggungnya sambil menegakkan posisinya, untuk mengeluarkan udara yang mungkin tertelan selama menyusui.
  3. Periksa dan bersihkan puting dengan kain bersih dan air hangat untuk menghindari infeksi dan menjaga kebersihan.
  4. Lakukan pijatan lembut pada payudara untuk mencegah tersumbatnya saluran susu dan menjaga kelancaran produksi ASI.
  5. Pastikan Bunda tetap terhidrasi dengan minum air yang cukup dan istirahat secukupnya untuk menjaga kesehatan.

Peran Ibu menyusui terhadap bayi

Konsumsi ASI membawa banyak manfaat bagi bayi. Oleh karenanya, WHO menyarankan bayi mengonsumsi ASI secara eksklusif hingga usia enam bulan. Berikut empat peran utama ibu menyusui terhadap bayi:

1. Mencegah terserang penyakit

ASI eksklusif berperan krusial dalam meningkatkan ketahanan tubuh bayi. Bayi yang menyusu ASI dapat tercegah dari berbagai penyakit yang berpotensi mengancam kesehatannya. Hal ini dikarenakan ASI memiliki kandungan antibodi alami yang membantu melawan infeksi dari berbagai virus dan bakteri.

2. Mendukung perkembangan otak dan fisik bayi

ASI eksklusif juga berperan besar dalam perkembangan otak dan fisik bayi. Selama enam bulan pertama, bayi dilarang mengonsumsi nutrisi selain dari ASI. Oleh sebab itu, ASI yang diberikan pada usia ini memiliki dampak besar pada pertumbuhan otak dan fisik Si Kecil di masa mendatang.

Beberapa zat penting dalam ASI, seperti DHA dan AA, bekerja dalam membentuk jaringan otak dan sistem saraf yang kuat serta mendukung perkembangan sel-sel otak secara optimal.

3. Meningkatkan sistem imun bayi

Sistem imun bayi memiliki ketahanan yang lebih rentan dibanding orang dewasa. Oleh karenanya, konsumsi ASI eksklusif sangat disarankan demi meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

ASI mengandung zat-zat yang dapat memperkuat sistem imun bayi, seperti IgA, IgG, dan IgM sekretorik. Ini dapat melindungi bayi dari risiko infeksi, dan penyakit yang umum menyerang mereka.

4. Mengurangi risiko alergi dan penyakit kronis

ASI eksklusif juga terbukti dapat mengurangi risiko bayi mengidap alergi makanan, asma, hingga penyakit kronis lainnya. Zat-zat imunoglobulin di dalam ASI dapat melindungi bayi dari faktor alergen dan meredakan reaksi alergi yang mungkin terjadi.

Manfaat menyusui bagi Bunda 

Tak hanya memberi manfaat untuk bayi, menyusui juga bisa membawa berbagai keuntungan yang Bunda rasakan. Hal ini disampaikan dalam laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Selain mengurangi pembengkakan payudara karena ASI, menyusui juga bisa mengurangi risiko kanker payudara, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

Healthline juga melampirkan bahwa dengan menyusui, Bunda bisa menurunkan berat badan secara alami. Hal ini karena menyusui membakar kalori dalam tubuh sehingga tiga bulan pasca laktasi, tubuh akan sedikit mengalami penurunan.

Hal penting lainnya yang perlu diketahui Bunda menyusui

Jika bayi Bunda lahir prematur dan memerlukan perawatan khusus setelah dilahirkan, ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika mencoba untuk menyusuinya. 

Biasanya Bunda akan dianjurkan untuk melakukan posisi menyusui yang disebut dengan istilah kangaroo care. Posisi ini dilakukan dengan cara memeluk bayi erat di bawah lapisan pakaian, sehingga akan ada kontak langsung antar kulit Bunda dan bayi.

Perilaku ini dilakukan untuk mendorong ikatan emosional antara Bunda dan Si Kecil yang mampu meningkatkan produksi ASI di waktu mendatang.

Demikian informasi seputar panduan cara menyusui yang benar untuk Bunda yang sebentar lagi siap menyambut kelahiran Si Kecil. Semoga informasi ini dapat membantu kelancaran Bunda saat menyusui, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda