Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Takut Bayi Kurang ASI? Teknologi Ini Jawab Kekhawatiran Para Bunda

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Minggu, 10 Aug 2025 08:20 WIB

Ilustrasi menyusui
Takut Bayi Kurang ASI? Teknologi Ini Jawab Kekhawatiran Para Bunda/Foto: Getty Images/Graphicscoco
Daftar Isi
Jakarta -

Produksi ASI yang belum stabil usai melahirkan membuat busui khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan ASI bayinya. Nah, kini tak perlu takut bayi kurang ASI lagi karena teknologi ini jawab kekhawatiran para Bunda menyusui.

Adaptasi menjalani peran sebagai ibu baru memang tidaklah mudah ya, Bun. Kurangnya istirahat karena jadwal mengurus bayi serta pemulihan diri sendiri pasca persalinan membuat para Bunda kerap dilanda stres. Hal ini pun tanpa disadari memengaruhi kondisi produksi ASI.

Belum lagi, kebutuhan ASI yang cukup tinggi dari bayi membuat para Bunda menyusui seperti kejar tayang. Tak jarang, mereka pun jadi khawatir apakah bisa memenuhi kebutuhan bayinya tersebut dari ASI yang diproduksinya setiap hari. Dan juga, apakah mereka harus menambahkan sufor yang menjadi dilema tersendiri bagi para pejuang ASI.

Gambaran tersebut memang wajar terjadi kok, Bunda. Selayaknya Bunda lain di luar sana, tentunya ingin memenuhi secara maksimal kebutuhan bayinya. Apalagi, menyusui menawarkan segudang manfaat bagi ibu dan bayi. Sehingga, para orang tua berusaha maksimal memenuhi kebutuhan ASI untuk bayinya.

Permasalahannya, terkadang ekspektasi berbeda cerita dengan realitas yang ada. Keinginan untuk memenuhi bayi dengan ASI yang banyak sering kali sulit tercapai karena target tinggi yang lebih dulu digadang-gadang. Alhasil, busui jadi stres berat dan kekhawatiran bahwa bayi tak mendapat cukup ASI pun muncul.

Teknologi baru agar bayi tidak kurang ASI

Beruntung, di zaman serba canggih seperti saat ini, kemajuan teknologi banyak menyediakan kemudahan di segala sisi. Termasuk di antaranya muncul teknologi yang bisa memudahkan para pejuang ASI dalam memerangi kekhawatiran dalam mencukupi kebutuhan nutrisi bayinya.

Tim yang terdiri dari engineer, neonatologis, dan dokter anak di Northwestern University mengembangkan perangkat yang dapat membantu orang tua mengukur jumlah ASI yang didapatkan bayi mereka seperti dikutip dari laman Parents.

Perangkat ini diketahui dapat membantu meredakan stres atau kekhawatiran tentang apakah bayi mereka cukup makan atau tidak. Sampai perangkat ini dipasarkan, ada beberapa cara lain untuk memastikan bayi tetap mendapatkan nutrisi yang cukup.

Namun, adanya cara untuk menentukan apakah bayi sudah mendapatkan nutrisi yang cukup, seperti menghitung jumlah popok basah yang ada, para peneliti merasa masih ada metode yang lebih mudah dan lebih mutakhir dari teknologi tersebut.

Karena itu, para peneliti mengembangkan perangkat yang didesain dengan menggunakan sensor untuk mengukur secara tepat berapa banyak ASI yang diminum bayi.

Saat ini, sensor tersebut memang belum tersedia. Tetapi, harapan ke depannya ialah bahwa teknologi ini akan tersedia bagi para orang tua dalam beberapa tahun ke depan, Bunda.

Mother breastfeeding her baby with fatherMenyusui/ Foto: Getty Images/maroke

Peneliti utama dalam penelitian ini, Daniel Robinson, MD, MSc, seorang associate professor of pediatrics di Northwestern University Feinberg School of Medicine mengatakan bahwa perangkat ini dirancang untuk membantu para tenaga kesehatan profesional mengelola kebutuhan nutrisi bayi prematur dan bayi sakit di NICU. Tujuan mereka yakni untuk mengurangi stres bagi orang tua yang menyusui dan menghindari kerumitan penimbangan bayi sebelum dan sesudah menyusui.

"Seorang ibu nantinya akan menempelkan sensor nirkabel pada payudaranya. Secara teknis, sensor ini mengukur perubahan bioimpedansi saat bayi mengisap ASI. Sinyak berubah seiring ASI diperah dan perubahan jaringan payudara. Kemudian, informasi tersebut akan dikirim melalui bluetooth ke ponsel pintar, sehingga orang tua dapat memantau asupan ASI mereka," ujar Robinson.

Sampai alat ini beroperasi, jika Bunda bukan seorang technophile atau jika Bunda merasa kesulitan secara teknis, Abrie McCoy, seorang IBCLC di SimpliFed, menginginkan para orang tua baru mengingat bahwa tubuh mereka diciptakan untuk menyusui secara efisien.

Meskipun demikian, McCoy menekankan bahwa wajar jika para busui bertanya-tanya apakah bayi mereka mendapatkan cukup ASI.

"Walaupun kekhawatiran ini valid, tariklah napas dalam-dalam dan percayalah bahwa tubuh dan kemampuan Bunda untuk memberi makan bayi Bunda,"katanya memberi saran.

McCoy mengatakan bahwa ketimbang berfokus pada pengukuran asupan ASI yang tepat orang tua sebaiknya mencari tanda-tanda keberhasilan pemberian ASI. Tanda-tanda rutinitas pemberian ASI yang berhasil di antaranya meliputi beberapa hal berikut, Bunda:

1. Bayi baru lahir sering menyusu

McCoy mengatakan bahwa bayi baru lahir akan menyusu setidaknya 8 sampai 10 kali dalam periode 24 jam.

2. Bayi memiliki popok basah dan kotor

Dari hari ke-3 hingga usia 1 bulan, bayi seharusnya memiliki setidaknya enam popok basah dan tiga popok kotor per hari,"kata McCoy. Angka-angka ini menunjukkan bahwa bayi akan terhidrasi dengan baik dan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya.

3. Bayi terus tumbuh dan berkembang

Ini merupakan indikasi utama bahwa bayi menerima nutrisi yang dibutuhkan ya, Bunda.

4. Bayi mengalami peningkatan kepala, panjang, dan berat badan yang stabil

Tren ini diukur pada kunjungan kesehatan bayi biasanya ya, Bunda. Sehingga, Bunda bisa terus memantaunya.

McCoy mendorong para orang tua baru untuk mendukung tubuh mereka dalam menyediakan nutrisi terbaik bagi bayi mereka, dan mengikuti arahan bayi dalam menunjukkan tanda-tanda lapar. Jangan lupa untuk tetap selalu rileks dan menghubungi spesialis laktasi atau dokter anak jika Bunda mengalami kekhawatiran.

Semoga informasinya membantu, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda