HaiBunda

MENYUSUI

7 Cara Mengatasi Produksi ASI Berlebihan

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Minggu, 03 Aug 2025 08:20 WIB
7 Cara Mengatasi Produksi ASI Berlebihan/Foto: Getty Images/iStockphoto/geargodz
Jakarta -

Produksi ASI yang melimpah tentu jadi harapan banyak ibu menyusui. Namun, bagaimana jika jumlahnya justru berlebihan hingga membuat Bunda tidak nyaman? Situasi ini bisa menimbulkan masalah baru, terutama jika tidak segera ditangani dengan tepat.

Sebagian ibu mungkin mengira ini pertanda baik, tapi sebenarnya produksi ASI berlebih atau hiperlaktasi dapat menimbulkan keluhan seperti payudara bengkak, rembesan yang tak terkendali, hingga Si Kecil tersedak saat menyusu. Kondisi ini juga bisa berdampak pada kenyamanan fisik dan emosional Bunda.

Nah, supaya masa menyusui tetap nyaman dan berjalan lancar, yuk, kenali cara apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi produksi ASI yang berlebihan. Simak penjelasannya berikut ini, ya, Bunda!


Penyebab hiperlaktasi

Pada minggu-minggu awal menyusui, wajar jika payudara Bunda memproduksi ASI dalam jumlah banyak. Ini karena tubuh masih beradaptasi dan belum tahu persis seberapa banyak ASI yang dibutuhkan Si Kecil. Namun, kalau produksi ASI terus berlebihan hingga melewati masa penyesuaian, bisa jadi Bunda mengalami hiperlaktasi atau kelebihan produksi ASI.

Kondisi ini bisa menimbulkan berbagai ketidaknyamanan, baik bagi Bunda maupun bayi, seperti payudara terasa nyeri hingga bayi tersedak saat menyusu. Nah, untuk membantu Bunda memahami lebih jauh, beberapa penyebab yang bisa memicu hiperlaktasi, seperti dijelaskan oleh laman Parenting First Cry.

1. Terlalu sering memompa ASI

Kebiasaan memompa ASI terlalu sering, baik sebelum maupun setelah menyusui, atau saat Bunda sedang jauh dari bayi, dapat mengirim sinyal ke tubuh untuk terus memproduksi lebih banyak susu hingga melebihi kebutuhan bayi. Ini bisa memicu siklus kelebihan produksi yang sulit dikendalikan.

2. Sering berganti sisi menyusui

Terlalu cepat atau sering berpindah dari satu payudara ke payudara lainnya saat menyusui juga dapat mendorong tubuh untuk memproduksi ASI lebih banyak dari yang diperlukan. Padahal, Bunda seharusnya membiarkan Si Kecil menyusu hingga payudara terasa cukup kosong sebelum berpindah sisi.

3. Pengaruh hormon yang tidak seimbang

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh keseimbangan hormon dalam tubuh. Dalam beberapa kasus, ketidakseimbangan hormon, baik yang terjadi secara alami maupun akibat konsumsi obat tertentu, bisa memicu produksi ASI berlebihan. Salah satunya disebabkan oleh kelenjar hipofisis yang mengeluarkan hormon secara berlebihan sehingga menyebabkan hiperlaktasi.

4. Permintaan ASI yang tidak konsisten

Proses menyusui mengikuti prinsip supply and demand, Bunda. Jika Bunda kerap memompa ASI lalu memberikannya lewat botol di malam hari atau saat bekerja, tubuh bisa salah memahami sinyal kebutuhan. Akibatnya, tubuh mengira permintaan meningkat dan otomatis memproduksi ASI lebih banyak dari yang dibutuhkan bayi.

5. Jumlah kelenjar alveoli yang lebih banyak

Kelenjar alveoli berperan penting dalam memproduksi dan menyimpan ASI sebelum dikeluarkan lewat puting. Rata-rata, ibu menyusui memiliki sekitar 100 ribu kelenjar ini. Namun pada kasus hiperlaktasi, jumlahnya bisa jauh lebih banyak, bahkan hingga 300 ribu. Hal inilah yang menyebabkan ASI diproduksi secara berlebihan.

6. Konsumsi suplemen pelancar ASI yang berlebihan

Mengonsumsi suplemen pelancar ASI memang bisa membantu saat produksi susu terasa kurang. Namun, kalau penggunaannya terlalu sering dan tanpa pengawasan, justru bisa berdampak sebaliknya, lho. Tubuh Bunda bisa kebingungan dan akhirnya memproduksi ASI berlebihan, padahal sebenarnya tidak dibutuhkan.

Ciri bayi cukup ASI/ Foto: Mia Kurnia Sari

Sampai berapa bulan hiperlaktasi?

Lama waktu hiperlaktasi atau ASI rembes ini ternyata berbeda-beda pada setiap ibu. Sebagian besar Bunda mengalaminya selama beberapa minggu pertama menyusui. Umumnya, kondisi ini mulai mereda pada minggu ke-6 hingga ke-10, saat tubuh mulai menyesuaikan jumlah ASI dengan kebutuhan Si Kecil.

"Kebanyakan perempuan menyadari bahwa kebocoran ASI akan berhenti ketika bayi mereka sudah terbiasa menyusu, biasanya dalam 6 sampai 10 minggu pertama. Setelah produksi ASI selaras dengan waktu bayi ingin makan, payudara umumnya tidak akan rembes lagi," jelas Julie Hawksley, R.N., IBCLC, konsultan laktasi, kepada Baby Center.

Namun, Bunda tidak perlu khawatir jika ASI masih sesekali rembes setelah melewati masa tersebut. Faktanya, ada juga ibu yang tetap mengalami kebocoran selama masa menyusui, bahkan hingga proses menyapih.

Hal ini disampaikan oleh Meredith Shur, MD, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dalam laman Very Well Family. Ia mengungkapkan bahwa ada beberapa kasus di mana ibu baru mengalami kebocoran ASI yang terus berlanjut sepanjang masa menyusui hingga penyapihan.

"Bahkan ASI bisa terus rembes hingga tiga minggu setelah anak berhenti menyusu, dan ini masih tergolong normal," ungkapnya.

Meski begitu, Bunda tetap perlu waspada. Jika ASI masih terus bocor lebih dari tiga bulan setelah proses menyapih selesai sepenuhnya, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, ya. Bisa jadi ada kondisi lain yang perlu ditangani secara medis.

Ciri-ciri produksi ASI berlebihan

Kalau Bunda mengalami hiperlaktasi, biasanya akan muncul tanda-tanda tertentu, baik pada tubuh Bunda sendiri maupun pada Si Kecil saat menyusu. Yuk, kenali gejalanya berikut ini agar bisa ditangani dengan tepat dan cepat, Bunda.

Tanda hiperlaktasi pada Bunda

  • Payudara terasa penuh dan tidak nyaman, bahkan setelah menyusui
  • ASI terus-menerus merembes atau menetes di antara waktu menyusui
  • Puting terasa nyeri atau sakit
  • Bayi kesulitan melekat dengan baik karena aliran ASI terlalu deras
  • ASI menyemprot saat bayi tiba-tiba melepaskan payudara
  • Sering mengalami saluran susu tersumbat atau mastitis
  • Terasa nyeri menusuk jauh di dalam payudara, bukan hanya di permukaan

Tanda hiperlaktasi pada Bayi

  • Sering batuk atau tersedak saat menyusu karena aliran ASI terlalu cepat
  • Bayi menggigit atau menjepit puting untuk memperlambat aliran ASI
  • Durasi menyusu hanya sebentar, sekitar 5-10 menit, lalu melengkungkan tubuh atau terlihat tidak nyaman
  • Sering bersendawa dan buang gas di antara waktu menyusu
  • Sering muntah atau gumoh lebih dari biasanya
  • Berat badan naik sangat cepat, misalnya lebih dari satu ons per hari dalam beberapa hari berturut-turut
  • Meskipun berat badan bertambah, bayi tampak gelisah atau tidak puas setelah menyusu

Cara mengatasi hiperlaktasi

Cara mengatasi produksi ASI berlebihan bisa Bunda lakukan dengan beberapa langkah sederhana. Yuk, simak tips berikut agar proses menyusui Si Kecil tetap nyaman dan berjalan optimal.

1. Jangan memompa setelah menyusui bayi

Memompa ASI setelah menyusui mungkin terlihat seperti cara aman untuk mengosongkan payudara, tetapi hal ini justru bisa memberi sinyal pada tubuh untuk memproduksi ASI lebih banyak. Jika tidak ada kebutuhan khusus, seperti stok ASI perah, sebaiknya hindari memompa setelah Si Kecil selesai menyusu, ya, Bunda.

2. Bikin jadwal

Salah satu cara mengatasi hiperlaktasi adalah dengan menyusun jadwal menyusui yang teratur. Dengan jadwal yang konsisten, tubuh akan belajar menyesuaikan pasokan ASI sesuai kebutuhan bayi. Selain itu, rutinitas ini juga membantu mencegah penumpukan ASI yang bisa menyebabkan nyeri atau bengkak pada payudara.

3. Teknik block feeding

Teknik block feeding bisa menjadi solusi efektif untuk menyeimbangkan produksi ASI. Metode ini dilakukan dengan memberikan bayi satu sisi payudara saja selama beberapa jam, sebelum berganti ke sisi lainnya. Namun, pastikan metode ini dilakukan dengan pengawasan ahli, ya, Bunda

"Block feeding bisa dilakukan dengan membatasi bayi menyusu pada satu payudara selama beberapa jam sebelum memberikan payudara lainnya. Teknik ini dilakukan untuk membantu memperlambat produksi ASI," jelas konsultan laktasi, Nancy Mohrbacher, IBCLC, FILCA, dikutip dari Romper.

4. Kompres dingin

Jika payudara terasa nyeri atau bengkak akibat produksi ASI berlebih, kompres dingin bisa membantu meredakannya, Bunda. Tempelkan kain lembap dingin atau cold pack selama 10-15 menit untuk mengurangi peradangan dan mencegah risiko infeksi seperti mastitis.

5. Hindari teh atau suplemen ASI

Mengonsumsi teh pelancar ASI, kue laktasi, atau suplemen herbal saat produksi susu sedang berlebih justru bisa memperparah hiperlaktasi. Jadi, untuk sementara waktu, sebaiknya hentikan dulu asupan perangsang laktasi dan fokus pada manajemen menyusui yang tepat.

6. Teknik full drainage dan block feeding

Metode ini menggabungkan pengosongan payudara sepenuhnya dengan pompa elektrik di pagi hari, lalu dilanjutkan menyusui langsung dengan sistem block feeding. Tujuannya adalah memperlambat aliran ASI, membuat bayi lebih nyaman, dan membantu mendapatkan hindmilk yang lebih mengenyangkan.

7. Pakai breast pad

Mengalami rembesan ASI saat beraktivitas tentu bisa membuat Bunda tidak nyaman. Untuk mengatasinya, gunakan breast pad atau bantalan menyusui agar bra dan pakaian tetap kering.

Pilihlah bantalan yang nyaman, menyerap baik, dan tidak mengandung lapisan plastik atau bahan tahan air yang bisa membuat payudara lembap dan memicu iritasi. Sama seperti popok, breast pad perlu diganti setiap kali sudah basah. Bunda bisa memilih jenis sekali pakai atau yang dapat dicuci ulang sesuai kebutuhan.

Foto: iStock

Kapan perlu ke dokter?

Meskipun ASI yang merembes umumnya tergolong normal, Bunda tetap perlu waspada terhadap perubahan tertentu pada tubuh maupun kualitas ASI. Segera konsultasikan ke dokter jika Bunda mengalami kondisi berikut.

  • Kebocoran ASI terus terjadi secara signifikan, bahkan setelah berhenti menyusui atau lebih dari tiga bulan pasca menyapih sepenuhnya.
  • Cairan yang keluar dari puting tidak menyerupai ASI, misalnya berwarna kemerahan seperti darah atau tampak seperti nanah.
  • Muncul rasa nyeri, pembengkakan, dan kemerahan pada payudara, disertai demam serta gejala mirip flu. Kondisi ini bisa menjadi tanda infeksi payudara seperti mastitis.

Bahaya mendiamkan rembesan ASI bagi kesehatan

Mendiamkan rembesan ASI tanpa penanganan yang tepat bisa berdampak lebih serius dari yang Bunda kira, lho. Meskipun terlihat sepele, kebocoran ASI yang dibiarkan begitu saja tak hanya membuat Bunda merasa tidak nyaman, tapi juga bisa memicu masalah kesehatan bagi ibu menyusui maupun Si Kecil.

Secara alami, kebocoran ASI kerap terjadi selama masa menyusui. Menurut laman What to Expect, hal ini umumnya disebabkan oleh refleks letdown, yaitu ketika tubuh tiba-tiba memproduksi ASI dalam jumlah banyak sebagai respons terhadap rangsangan tertentu.

Namun, yang perlu Bunda pahami, rembesan ASI bisa dipicu bukan hanya oleh rangsangan fisik, tapi juga emosional. Jadi, tak perlu heran kalau tiba-tiba bra atau baju basah meski Si Kecil sedang tidak menyusu. Bahkan sekadar mendengar tangisan bayi atau melihat fotonya saja bisa memicu ASI menyembur.

"ASI yang bocor merupakan kejadian alami, hasil dari proses alami tubuh. Kondisi ini hadir sebagai hasil dari dua proses dalam tubuh. Proses pertama adalah hormon yang melibatkan hormon prolaktin, dan yang kedua melibatkan impuls yang disebut refleks letdown, yakni perasaan kesemutan yang menghasilkan aliran ASI," jelas Dr. Suzan Atuhairwe, dokter kandungan di Mulago Hospital, sebagaimana dilansir laman New Vision.

Meskipun tergolong wajar, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Bila ASI terus-menerus merembes dan membasahi bra atau pakaian, bakteri bisa berkembang biak dengan cepat sehingga tidak baik bagi kesehatan Bunda maupun Si Kecil.

"Jika tidak terlindungi dengan baik, ASI dapat tumpah ke dalam bra dan pakaian ibu, yang berisiko memunculkan bakteri berbahaya dan menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi," tambah dr. Suzan.

Supaya tidak menimbulkan masalah, Bunda disarankan untuk rutin menggunakan breast pad atau bantalan payudara, terutama saat sedang bepergian atau menyusui di luar rumah. Selain itu, pastikan area puting tetap bersih dengan cara membasuhnya saat mandi dan mencuci tangan sebelum menyusui.

Itulah penjelasan mengenai hiperlaktasi dan cara mengatasi produksi ASI berlebihan yang bisa Bunda terapkan. Semoga informasi ini membantu Bunda menyusui Si Kecil dengan lebih nyaman dan optimal, ya!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

ASI Berlimpah, 7 Artis ini Jadi Pendonor ASI hingga Ibu Susu

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Curhat Whulandary Herman 7 Th Merantau ke Malaysia demi Ikut Suami, Masih Berusaha Adaptasi

Mom's Life Amira Salsabila

Gunawan Sudrajat Kenang Anak Jadi Korban Bully saat SD, Ditendang hingga Putuskan Keluar Sekolah

Parenting Nadhifa Fitrina

300 Nama Yunani Aesthetic untuk Anak Perempuan dan Artinya, Cantik & Unik

Nama Bayi Annisya Asri Diarta

Desy Eks JKT 48 Ungkap Perjuangan Hadapi Baby Blues, Merasa Hidup Berubah Drastis

Kehamilan Asri Ediyati

Sukses Menyusui, 7 Artis Indonesia ini Beri ASI pada Anaknya hingga Usia 2 Tahun

Menyusui Ajeng Pratiwi & Randu Gede

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Vanessa Hudgens Hamil Anak Kedua Usai Setahun Melahirkan, Mulai Pamer Baby Bump

300 Nama Yunani Aesthetic untuk Anak Perempuan dan Artinya, Cantik & Unik

Gunawan Sudrajat Kenang Anak Jadi Korban Bully saat SD, Ditendang hingga Putuskan Keluar Sekolah

7 Tanda Anak Jadi Pelaku Bullying di Sekolah yang Jarang Disadari Ortu

Desy Eks JKT 48 Ungkap Perjuangan Hadapi Baby Blues, Merasa Hidup Berubah Drastis

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK