HaiBunda

MENYUSUI

Menyusui Jadi Lebih Mudah dengan Bantuan AI, Ini Cara Kerjanya

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Senin, 25 Aug 2025 08:50 WIB
Menyusui Jadi Lebih Mudah dengan Bantuan AI, Ini Cara Kerjanya/Foto: Getty Images/ Edwin Tan

Kehadiran teknologi AI begitu memudahkan berbagai lini kehidupan. Tak terkecuali agenda mengASIhi. Yuk, menyusui jadi lebih mudah dengan bantuan AI, ini cara kerjanya, Bunda.

Menyusui mungkin tampak mudah saat belum mempraktikkannya sendiri. Padahal, ketika menjadi rutinitas, menyusui sangatlah kompleks. Bukan sekadar melelahkan tetapi juga penuh tantangan dan risiko.

Tak jarang, para ibu kerap membayangkan ada sebuah teknologi canggih yang memudahkan mereka dalam mengASIhi anaknya dan menyusun rencana untuk mengatasi komplikasi laktasi, bahkan sebelum ia melahirkan. Dan, keinginan tersebut pun ternyata bisa terfasilitasi dengan kemajuan teknologi, salah satunya kehadiran AI.


Para dokter dan teknisi di the University of Florida College of Medicine telah mengembangkan model kecerdasan buatan yang kini mereka terapkan untuk mewujudkan hal ini bagi keluarga yang melahirkan di UF Health Shands Hospital in Gainesville.

Proyek Maximizing Initiatives for Lactation Knowledge, atau MILK+, menggabungkan keahlian dokter, perawat, dan teknisi AI untuk mengidentifikasi ibu yang tidak memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya dan meningkatkan laktasi setelah keluar dari rumah sakit khususnya untuk bayi yang sangat rentan seperti bayi prematur di unit perawatan intensif neonatal.

Seiring dengan adanya perkembangan teknologi AI, tim berharap bahwa wawasan ini dapat menjadi praktik umum untuk melengkapi perawatan yang sudah diterima pasien sebelumnya.

“Menyusui memiliki begitu banyak manfaat potensial bagi ibu dan anak. Namun, masyarakat memiliki kesalahpahaman bahwa proses ini seharusnya mudah karena merupakan proses yang alami. Dalam praktiknya, proses ini bisa sangat menantang, terutama bagi ibu dari pasien rentan seperti yang dirawat di NICU,” ujar pimpinan proyek, Helen Hu, M.D., asisten profesor klinis di Departemen Pediatri.

Berbicara soal menyusui, praktik ini memang menawarkan banyak manfaat kesehatan bagi ibu dan anak. Penelitian menunjukkan bahwa bagi ibu, menyusui bisa membantu proses pemulihan pasca persalinan dan menurunkan risiko berbagai kondisi, termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, serta kanker payudara dan ovarium.

Di Florida contohnya, meskipun inisiasi laktasi di negara ini berada di atas rata-rata nasional, yakni 85 persen, durasi laktasi menurun secara signifikan seiring waktu, menurut data dari The Florida Department of Health.

Seperti diketahui, menyusui memiliki banyak manfaat baik bagi ibu dan bayi. Sayangnya, banyak masyarakat yang masih salah paham bahwa proses ini seharusnya mudah karena merupakan proses alami. Sementara, ketika dipraktikkan, proses ini sangatlah menantang.

Namun, tantangan tersebut memang sebanding dengan manfaat yang didapatkan ya, Bunda. Bagi bayi, pemberian ASI dari ibu mendorong penambahan berat badan yang sehat dan perkembangan otak. Khususnya bagi bayi prematur, ASI dapat mengurangi risiko mereka tertular penyakit.

Bagi bayi yang mendapatkan perawatan di NICU, kemampuan ibu untuk menyusui dan akses bayi terhadap ASI dari ibu sangat dipengaruhi oleh masa tinggal di NICU. 

"Jam pertama setelah kelahiran sangat penting untuk memulai produksi ASI, kemudian satu atau dua minggu pertama setelahnya juga penting dalam memastikan pasokan ASI selanjutnya. Selain itu, ketika seorang anak dipisahkan dari ibunya dan dibawa ke NICU, penting sekali untuk menghilangkan siklus umpan balik alami tersebut," kata Hu.

NICU di UF Health Shands Childre Hospital memiliki komite pendukung laktasi yang terdiri dari perawat, konsultan, dan konselor laktasi, terapis okupasi, dan neonatologis yang mengikuti pelatihan khusus untuk mendukung ibu menyusui dengan baik.

Rumah sakit ini juga telah dianugerahi predikat Ramah Bayi oleh Baby Friendly USA, sebuah inisiatif global dari the World Health Organization dan UNICEF yang memberikan pengakuan kepada fasilitas persalinan yang menerapkan prosedur menyusui khusus.

Para ilmuwan dan insiyur AI dalam  the UF College of Medicine Quality and Patient Safety bekerja sama dengan Hu dan rekan-rekan klinisnya untuk menyempurnakan dua model AI yang mereka buat pada fase awal proyek MILK+ yang membantu tim kesehatan memprediksi risiko tantangan menyusui.

Sebuah model prenatal mensistesis informasi pasien untuk menentukan dan memberi tahu tim perawatan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan kesulitan seperti kondisi yang sudah ada sebelumnya dan informasi demografis serta sosial ekonomi termasuk kode pos rumah dan hambatan finansial mereka.

Sebuah model postnatal menggunakan data yang dikumpulkan tentang produksi ASI saat bayi masih di rumah sakit digunakan untuk memprediksi apakah ibu akan mampu terus melengkapi asupan makanan bayi melalui ASI setelah pulang.

"Sebelum bayi lahir, kami hanya memiliki informasi dari ibu, tetapi tetap saja informasi tersebut memberi tahu kami sesuatu," kata Tanja Magoc, Ph.D., direktur asosiasi tim AI/QI yang mengembangkan model tersebut.

Ditambahkan Magoc bahwa setelah bayi lahir, kami memiliki lebih banyak informasi. Hal itu memandu keputusan kami untuk memiliki dua model berbeda, karena kami memiliki dua titik intervensi yang berbeda.

Berdasarkan data dari kurang lebih 18 ribu ibu yang menerima perawatan dan melahirkan di rumah sakit selama periode sembilan tahun berkontribusi pada pengembangan model prenatal. Sementara, dari lebih 22 ribu bayi baru lahir yang dikumpulkan selama periode delapan tahun memandu pembuatan model postnatal.

"Kami mengamati ratusan fitur berbeda dari ibu dan bayi terkait demografi, riwayat medis, obat-obatan yang mereka konsumsi, dan lainnya. Dari sana, model AI membantu kami menyaring informasi mana yang penting bagi perkembangan ASI ibu,"kata Magoc.

"Ini merupakan kolaborasi besar dengan tim klinis dan keahlian mereka selama satu setengah tahun untuk menciptakan model yang menghasilan prediktor yang baik."

Hu mengatakan kedua model menawarkan prediksi yang sangat baik, dengan model pascanatal memberikan tingkat akurasi 95 persen. Model-model tersebut juga menyediakan daftar 10 faktor utama yang berkontribusi terhadap kemampuan ibu untuk menyusui yang menurutnya akan disempurnakan seiring model tersebut terus mensintesis data dari sampel pasien yang lebih besar.

“Kami masih dalam tahap awal dalam hal intervensi, tetapi model ini telah membantu kami sejauh ini untuk mengembangkan jalur identifikasi pasien yang paling rentan mengalami kegagalan laktasi saat masuk dan selama bayi mereka dirawat,” ujarnya.

Untuk pasien-pasien tersebut, tambahnya, tim sedang mengembangkan protokol standar untuk meninjau daftar periksa yang memastikan dukungan telah diberikan tepat waktu. Jika seorang pasien sudah ditandai berisiko tinggi, tim diminta untuk memeriksa mereka lebih awal untuk meninjau perkembangannya. Pasien-pasien ini juga ditandai untuk menerima layanan konsultasi laktasi.

Sejauh ini, semakin banyak dokter di UF Health Shands Children Hospital yang terus mendapatkan akses ke model-model ini dalam praktik mereka. Harapannya, hal ini dapat memperluas ke fasilitas-fasilitas UF Health lainnya di seluruh negara lainnya.

"Penting untuk memiliki komunikasi yang baik antara sisi klinis dan sisi AI ketika  mengembangkan model seperti ini. Tujuannya yakni agar dapat menempatkan berbagai hal dalam konteks dan benar-benar menekankan hal-hal yang benar-benar dapat ditindaklanjuti," kata Hu.

Dikatakan Hu bahwa penyedia layanan kesehatan juga perlu berhati-hati agar tidak membiarkan model AI memengaruhi penilaian medis mereka secara tidak adil seperti dikutip dari laman News.drgator.

"Kami juga sangat menyadari bahwa model tersebut mungkin memiliki penilaian yang bias yang tidak sepenuhnya kami sadari," kata Hu.

Penting diketahui bahwa model ini hanya akan berjalan baik sebaik data yang digunakan untuk melatihnya. "Kami memiliki populasi pasien tertentu yang sering terwakili dan populasi lain yang tidak. Jadi, sangat penting untuk mengingat bahwa ini masih berupa prediksi. Pasien yang datang dengan skor risiko yang sangat tinggi akan menerima dukungan yang sama seperti yang kami berikan kepada siapa pun."

 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

5 Penyebab Produksi ASI Berlebih & Cara Mengatasinya

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Potret Sabrina Anggraini Bareng Kedua Adik, Semuanya Lulusan Universitas Bergengsi Dunia

Mom's Life Annisa Karnesyia

7 Cara Mendapat Pekerjaan Remote dengan Bayaran Tinggi

Mom's Life Arina Yulistara

Jago Nyanyi, 5 Potret Amora Lemos Putri Krisdayanti Disebut Semakin Bersinar

Parenting Nadhifa Fitrina

Deretan Artis Didiagnosis Skoliosis hingga Harus Tahan Sakit, Sherina hingga Jessica Mila

Mom's Life Amira Salsabila

Akibat Hoaks Vaksin Haram di Sumenep, 2 Ribu Orang Terinfeksi Campak hingga 17 Meninggal

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Shakiena Anak Pasha Ungu Tunjukkan Kedekatan dengan Ibu Sambung Adelia Wilhelmina, Ini 5 Potretnya

5 Ciri-ciri Hamil 15 Minggu yang Sehat, Perhatikan Gerakan dan Perkembangannya

Jago Nyanyi, 5 Potret Amora Lemos Putri Krisdayanti Disebut Semakin Bersinar

7 Cara Mendapat Pekerjaan Remote dengan Bayaran Tinggi

Potret Sabrina Anggraini Bareng Kedua Adik, Semuanya Lulusan Universitas Bergengsi Dunia

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK