MENYUSUI
Mengenal Proses Induksi Laktasi untuk Bunda yang Belum Pernah Hamil tetapi Ingin Menyusui
dr. Fransiska Farah, Sp. A | HaiBunda
Rabu, 10 Sep 2025 08:50 WIBIstilah induksi laktasi berkaitan erat dengan ibu yang ingin mengadopsi bayi baru lahir atau bayi yang masih berada dalam masa menyusu. Di Indonesia, induksi laktasi bukan praktik baru.
Secara definisi, induksi laktasi merupakan upaya untuk menstimulasi produksi ASI pada ibu yang belum pernah menyusui atau belum pernah hamil agar dapat menyusui. Induksi laktasi berbeda dengan relaktasi. Pada relaktasi, ibu mungkin sudah pernah menyusui, tetapi sempat berhenti, dan kemudian ingin menyusui anaknya kembali.
Induksi laktasi umumnya dilakukan pada beberapa kondisi, seperti ibu yang ingin mengadopsi anak, ibu asuh yang ingin menyusui, atau perempuan yang belum pernah hamil tetapi ingin menyusui dalam kondisi bencana atau darurat.
Metode induksi laktasi
Metode induksi laktasi sudah ada sejak sekitar 20 tahun yang lalu, Bunda. Dalam metode ini, perempuan yang ingin menyusui pertama kali dipersiapkan secara hormonal dengan menciptakan kondisi seperti saat sedang hamil. Pada kasus bayi adopsi, ibu dipersiapkan sebelum bayi adopsi dilahirkan melalui beberapa metode yang singkat atau panjang.
Berikut penjelasan terkait metode induksi laktasi:
1. Metode singkat
Pada metode yang singkat, ibu akan dipersiapkan untuk menyusui kurang dari 40 hari sebelum bertemu dengan bayi adopsi. Biasanya, usia anak adopsi pada metode singkat ini tidak lebih dari 1,5 bulan.
Secara teori, ASI sudah dapat diproduksi dalam waktu singkat, yakni 40 hari. Umumnya, hal ini bisa berhasil pada Bunda yang tidak memiliki masalah kesehatan, seperti gangguan endokrin, diabetes, gangguan tiroid, atau sindrom polikistik ovarium atau polycystic ovarian syndrome (PCOS).
2. Metode panjang
Pada metode induksi laktasi yang dipersiapkan dengan waktu yang lebih panjang, Bunda perlu mempersiapkan diri lebih awal. Pada metode ini, waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 9 bulan sebelum bayi yang akan diadopsi lahir.
Perlu dicatat bahwa semua metode dalam induksi laktasi harus berada di bawah pengawasan dokter ya, Bunda.
Penggunaan obat dalam metode induksi laktasi
Induksi laktasi dapat dimulai dengan pemberian pil yang mengandung hormon progesteron dan estrogen. Tujuan pemberian pil bukan untuk mengkondisikan rahim seperti pada ibu hamil, tetapi untuk mengkondisikan payudara agar siap memproduksi ASI.
Selanjutnya adalah pemberian obat galactagogue farmaka yang disebut domperidone. Obat ini dapat dikonsumsi setiap hari selama 9 bulan seperti ibu yang sedang hamil. Pil bekerja sebagai reseptor dopamin di otak yang akan menaikkan hormon prolaktin, yakni hormon yang berperan dalam produksi ASI.
Nah, berhasil atau tidaknya induksi laktasi dengan pil akan dilihat dari ukuran payudara yang membesar. Sebelum bertemu dengan bayi adopsi yang akan dilahirkan, diharapkan ukuran payudara Bunda sudah membesar dan dapat memproduksi ASI.
Selama proses itu, Bunda juga akan dilatih untuk memerah ASI di awal. Panduan memerah yang disarankan, yakni minimal 10 kali sehari dengan minimal durasi 10 hingga 20 menit.
Perlu diketahui, pada ibu hamil umumnya penggunaan domperidone dihentikan sebelum persalinan dan dilanjutkan setelah melahirkan. Konsumsi domperidone tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan efek samping, seperti gangguan irama jantung hingga psikosis. Setidaknya, butuh waktu 2,5 hingga 3 bulan untuk benar-benar menghentikan dosis obat ini secara bertahap.
Jika penggunaan pil domperidone tidak berhasil dalam induksi laktasi, maka dokter dapat memberikan tambahan obat progesteron tertentu. Pemberian obat tambahan ini dapat berbeda pada setiap kasus.
Selain domperidone, sebenarnya masih ada jenis obat-obatan lain yang dapat digunakan untuk induksi laktasi. Namun, penggunaannya butuh pengawasan ketat dari dokter dan keberhasilannya tetap dipengaruhi oleh banyak faktor.
Prinsip menyusui bayi setelah induksi laktasi berhasil
Setelah bayi lahir dan resmi diadopsi, Bunda dapat langsung menyusui bayi jika ASI sudah dapat keluar. Prinsip menyusui sama dengan ibu yang baru melahirkan, yakni sesering mungkin disusui dan melakukan skin to skin contact. Di luar proses menyusui, Bunda harus tetap rajin memerah payudara untuk melihat volume ASI yang dihasilkan.
Intinya, keberhasilan produksi ASI tak hanya dilihat dari volumenya atau seberapa banyak ASI yang dihasilkan, tetapi seberapa sering Bunda menyusui Si Kecil. Selain itu, bagaimana bayi menyusu di payudara juga dapat menjadi kunci keberhasilan menyusui. Bayi yang mengisap puting ibunya dengan benar dapat membantu merangsang hormon oksitosin untuk keluar. Hormon ini juga berperan penting dalam proses menyusui.
Namun, jika produksi ASI yang dihasilkan belum mencukupi kebutuhan bayi, Bunda dapat menggunakan suplemen ASI booster, seperti yang mengandung fenugreek. Bunda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter konselor laktasi sebelum memilih suplemen yang sesuai untuk memperlancar produksi ASI.
Jika volume ASI yang dihasilkan sudah cukup, langkah selanjutnya adalah memantau kenaikan berat badan bayi. Hal ini dapat dilakukan selama pemeriksaan ke dokter spesialis anak.
Faktor yang memengaruhi keberhasilan induksi laktasi
Keberhasilan induksi laktasi dapat dipengaruhi beberapa faktor, yakni:
1. Faktor ibu
Faktor ibu dalam keberhasilan induksi laktasi dapat berupa motivasi, usia, nutrisi, dan kondisi kesehatannya. Seorang ibu yang sudah masuk masa menopause juga dapat menjalani induksi laktasi. Namun, teknik yang digunakan akan berbeda, menyesuaikan dengan kondisi masing-masing.
2. Faktor lingkungan
Dukungan dari lingkungan sekitar ibu juga penting. Induksi laktasi dapat berhasil jika Bunda mendapatkan support system yang baik dari keluarga, suami, teman, dan rekan kerja.
3. Faktor bayi
Kondisi bayi setelah lahir juga dapat menentukan keberhasilan induksi laktasi. Faktor ini dapat meliputi kesehatan bayi dan anatomi mulut yang membantunya dalam proses menyusu.
Penyebab umum induksi laktasi gagal
Kegagalan dalam induksi laktasi biasanya dipicu oleh motivasi ibu yang turun. Terkadang, apa yang diharapkan ibu berbeda dengan hasilnya. Misalnya, volume ASI yang dihasilkan ternyata belum cukup banyak di awal proses menyusui.
Selain motivasi, kendala dalam proses menyusui juga dapat menjadi penyebab gagalnya induksi laktasi. Kendala dapat berupa posisi dan pelekatan yang salah hingga menyebabkan lecet di area puting.
Adakah perbedaan kandungan ASI pada induksi laktasi dengan ASI ibu kandung?
Kandungan ASI pada ibu yang menjalani induksi laktasi sebenarnya sama seperti ASI yang dihasilkan ibu kandung. ASI tetap mengandung karbohidrat, lemak, dan protein.
Meski begitu, komposisi ASI dapat berbeda dalam jumlah kolostrum atau cairan pertama yang keluar dari puting ibu setelah melahirkan. Selain itu, ASI pada induksi laktasi juga lebih banyak menyerupai ASI transisional atau ASI matur.
ASI kolostrum lebih banyak mengandung lemak dan protein. Sedangkan ASI transisional lebih banyak mengandung air.
Efek samping induksi laktasi
Penggunaan obat dalam induksi laktasi dapat menimbulkan efek samping, Bunda. Berikut beberapa efek sampingnya:
- Sakit kepala
- Mulut kering
- Gatal di kulit
Induksi laktasi tidak memicu terjadinya kanker payudara. Namun, teknik ini perlu mendapat pengawasan khusus jika dilakukan oleh Bunda yang sudah memasuki masa menopause.
Tips bagi Bunda yang ingin menjalani induksi laktasi
Bunda yang berencana melakukan induksi laktasi dapat melakukan beberapa langkah berikut untuk meningkatkan keberhasilan menyusui:
- Motivasi yang sangat besar dibutuhkan sebelum menjalani induksi laktasi
- Mendapatkan dukungan penuh dari suami, keluarga, dan lingkungan (tempat bekerja)
- Bunda perlu siap secara fisik dan dalam kondisi sehat
Demikian serba-serbi tentang induksi laktasi. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)