Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Faktor Penting yang Pengaruhi Keberhasilan Relaktasi dan Induksi Laktasi

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Selasa, 24 Sep 2024 10:40 WIB

Ilustrasi menyusui
Faktor Penting yang Pengaruhi Keberhasilan Relaktasi dan Induksi Laktasi/Foto: Getty Images/FatCamera

Setelah sempat terhenti, tak sedikit ibu menyusui yang ingin kembali aktif mengASIhi melalui proses relaktasi. Yuk, cari tahu faktor penting yang pengaruhi keberhasilan relaktasi dan induksi laktasi agar Bunda sukses kembali menyusui Si Kecil.

Kebanyakan orang menganggap bahwa menyusui sebagai sesuatu yang hanya terjadi pada perempuan setelah mereka melahirkan. Namun sebenarnya, laktasi (proses pembuatan ASI) juga dapat berhasil dalam situasi lain lho, Bunda. Bunda pun dapat mulai memproduksi ASI lagi setelah menyapih atau memproduksi ASI meskipun Bunda belum pernah melahirkan atau hamil.

Relaktasi dan induksi laktasi

Ya, sebenarnya ada dua istilah yang mungkin berlaku saat mendatangkan pasokan ASI:

1. Induksi laktasi adalah proses membangun pasokan ASI jika Bunda belum pernah melahirkan atau hamil.

2. Relaktasi terjadi saat Bunda memulai kembali pasokan ASI kapan saja setelah hamil. Bunda dapat melakukan relaktasi untuk bayi yang telah Bunda lahirkan atau untuk bayi lainnya.

Dalam kedua situasi tersebut, jaringan payudara Bunda mulai dari keadaan tidak menyusui dan perlu dirangsang untuk menghasilkan ASI. Jika Bunda pernah hamil (atau pernah menyusui bayi sebelumnya), Bunda mungkin merasa lebih mudah menghasilkan ASI daripada jika Bunda tidak pernah hamil, karena kehamilan mengubah payudara Bunda. Namun, hal ini tidak selalu terjadi seperti dikutip dari laman Breastfeeding.asn.

Biasanya, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan relaktasi atau menginduksi laktasi ya, Bunda. Berikut ini di antaranya:

1. Bayi tidak cocok dengan susu formula.
2. Anak sakit dan ASI akan memberikan faktor perlindungan kekebalan untuk membantu mereka sembuh.
3. Bunda ingin memberikan ASI untuk saudara atau bayi teman yang sakit.
4. Bunda ingin mengadopsi anak.

Faktor penting yang pengaruhi keberhasilan relaktasi dan induksi laktasi

Cara paling sederhana untuk mendapatkan pasokan ASI adalah melalui bayi yang mengisap payudara. Seberapa berhasil Bunda dalam mewujudkannya mungkin bergantung pada:

1. Usia bayi atau anak Bunda. Jika bayi Bunda baru lahir, Bunda belajar bersama dan bayi Bunda memiliki naluri yang membantu mereka untuk melekat.

2. Apakah bayi Bunda pernah menyusu sebelumnya. Bayi yang 'tahu caranya' mungkin tidak butuh waktu lama untuk 'mengingat'.

3. Jika Bunda sedang menyusui ulang, sudah berapa lama sejak Bunda berhenti menyusui. Jika Bunda baru saja menyapih, payudara Bunda akan lebih cepat menyusui ulang. Jika Bunda tidak menyusui selama beberapa waktu, payudara Bunda akan membutuhkan waktu untuk membangun kembali jaringan penghasil ASI, tetapi payudara tahu cara memproduksi ASI dan Bunda tahu cara menyusui.

Cari tahu sebelum relaktasi dan induksi laktasi

Tidak semua perempuan beruntung dapat hamil, melahirkan dan menyusui bayi. Berbagai macam hal dilakukan untuk mengatasi kegagalan dalam memiliki anak antara lain dengan adopsi anak yang akhirnya akan menimbulkan keinginan ibu untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar anak adopsinya, yaitu dengan menyusuinya. Hal ini kita kenal dengan istilah induksi laktasi.

Tentunya relaktasi dan induksi laktasi perlu kita dukung, bukan hanya dengan dukungan moril tetapi juga memberikan pengetahuan laktasi yang memadai seperti dikutip dari laman IDAI.

Fisiologi laktasi yang terjadi pada relaktasi dan induksi laktasi

Telah kita ketahui proses laktasi akan melibatkan unsur hormonal di dalam tubuh manusia. Setelah memasuki usia kehamilan 16 minggu, wanita hamil tersebut sudah mulai memproduksi ASI, tetapi produksi ASI tidak berlanjut karena tertahan oleh kehamilannya.

Ketika bayi lahir dan plasenta keluar, hormon yang memengaruhi proses pembentukan ASI akan menjadi aktif, apalagi bila tindakan inisiasi menyusu dini (IMD) dilakukan.

Isapan bayi akan mengirim sinyal ke otak ibu untuk memengaruhi bagian otak yang disebut hipofisis. Hipofisis bagian depan akan mengeluarkan hormon prolaktin yang akan masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan refleks prolaktin yang berperan dalam produksi ASI.

Hipofisis bagian belakang akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan refleks oksitosin untuk kontraksi otot yang ada di sekeliling saluran ASI, sehingga ASI yang sudah diproduksi akan dapat dikeluarkan.

Kelelahan maupun masalah-masalah psikologis pada ibu dapat menghambat kerja oksitosin seperti: Kekhawatiran ibu bahwa ia tidak mampu menyusui atau merawat bayi, khawatir mengenai pekerjaannya, perselisihan dengan pasangan ataupun anggota keluarga yang lain.

Sebaliknya rasa bahagia menjadi seorang ibu, senang dapat berdekatan dengan bayi, senang mengetahui suami ikut berpartisipasi dalam pengasuhan anak dan hal lain yang menyenangkan ibu akan memicu pengeluaran oksitosin.

Dengan demikian kita mengetahui bahwa hal yang utama untuk proses laktasi adalah stimulasi pada payudara, baik itu oleh isapan bayi ataupun kegiatan memerah ASI, baik secara manual ataupun dengan bantuan alat.

Jadi walaupun seorang perempuan tidak mampu untuk hamil dan melahirkan, ia akan dapat memproduksi ASI karena ASI tidak diproduksi dari hormon yang berhubungan dengan proses reproduksi melainkan dari bagian otak yang bernama hipofisis.

Isapan bayi merupakan hal yang terbaik untuk stimulasi payudara dalam memproduksi dan mengeluarkan ASI. Untuk dapat mengeluarkan ASI secara efektif, bayi harus dapat melekat dengan baik pada payudara.

Bayi yang melekat dengan baik akan membuka mulut dengan lebar, dagu bayi akan menempel pada payudara ibu, sebagian besar areola terutama areola bagian bawah masuk ke dalam mulut bayi. Bibir bawah bayi tampak terpuntir keluar, bayi mengisap kuat dengan irama perlahan dan ibu merasa nyaman, tidak merasa perih pada puting payudaranya.

Pada bayi baru lahir pelekatan yang benar tergantung dari posisi bayi menyusu pada ibu. Posisi bayi menempel menghadap ibu, satu tangan bayi terletak di belakang badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

Kepala bayi terletak pada lengkung siku, menghadap payudara dan puting berada di depan muka bayi. Sangga bokong bayi dengan telapak tangan ibu, bila diperlukan gunakan bantal untuk menyangga tangan ibu. Bayi yang lebih besar, seringkali sudah memiliki posisi menyusu yang nyaman baik untuk bayi maupun ibunya.

Waktu yang dibutuhkan untuk ASI mulai berproduksi sangat bervariasi antara wanita, umumnya produksi ASI muncul setelah 1-6 minggu kemudian, rata-rata dalam 4 minggu.

Beberapa perempuan tidak pernah dapat memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan laktasi ataupun untuk mempertahankan pemberian ASI eksklusif, tetapi beberapa wanita mampu dalam beberapa hari mencapai jumlah yang cukup. Dalam penelitiannya Seema dkk. melaporkan keluarnya ASI antara 2-6 hari, dimana relaktasi sebagian tercapai dalam 4-28 hari dan relaktasi penuh tercapai antara 7-60 hari.

Kandungan ASI pada wanita yang melakukan relaktasi ataupun induksi laktasi tidak berbeda dibandingkan dengan wanita yang menyusui sejak kelahiran bayinya. Kleinman dkk. menemukan bahwa kolostrum tidak pernah diproduksi oleh wanita yang tidak pernah hamil, walaupun demikian jumlah total protein dan imunoglobulin adalah sama pada hari ke-5.

Faktor yang memengaruhi keberhasilan relaktasi dan induksi laktasi:

1. Hal yang berhubungan dengan bayi

Keberhasilan terletak pada isapan bayi yang dipengaruhi oleh:

  • Keinginan bayi untuk menyusu
    Keberhasilan relaktasi dan induksi laktasi akan terjadi bila bayi segera menyusu saat didekatkan pada payudara. Pada awalnya bayi memerlukan bantuan untuk dapat melekat dengan benar pada payudara. Salah satu penelitian relaktasi menemukan bahwa 74 persen bayi menolak untuk segera menyusu pada awal laktasi yang disebabkan karena bayi kesulitan melekat pada payudara dan memerlukan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih untuk mengatasinya. 
  • Sabar bila bayi menolak menyusu
    Penolakan pada awal laktasi bukan berarti bayi akan selalu menolak menyusu pada ibu, diperlukan kesabaran ibu untuk menghadapi hal ini.
    Usia bayi. Akan lebih mudah melakukan relaktasi ataupun induksi laktasi pada bayi baru lahir sampai bayi berusia kurang dari 8 minggu. Walaupun demikian Thorley melaporkan keberhasilan relaktasi pada ibu-ibu dengan anak berusia lebih dari 12 bulan.
  • Lamanya waktu laktasi terhenti (breastfeeding gap)
    Umumnya relaktasi akan lebih mudah bila waktu terhentinya laktasi belum lama, tetapi Thorley melaporkan keberhasilan relaktasi pada anak berusia lebih dari 12 bulan yang sudah lama terhenti laktasinya.
  • Pengalaman makan bayi selama terhentinya laktasi
    Seema melaporkan kesulitan mengajari bayi untuk menyusu bila bayi tersebut sudah terbiasa menggunakan botol susu. Penelitian Lang dkk. menemukan bayi dengan berat lahir rendah yang diberikan minum dengan cangkir pada fase transisi perubahan pemberian minum, akan lebih mudah menyusu pada ibu dibandingkan mereka yang mendapat minum dengan menggunakan botol susu.
  • Sudah mendapat makanan pendamping
    Relaktasi dan induksi laktasi akan sulit dilakukan pada bayi yang sudah mendapat makanan pendamping. Dianjurkan untuk tidak mengenalkan makanan pendamping sebelum bayi berusia 6 bulan, kecuali saat bayi sudah berusia 4-5 bulan tidak mengalami kenaikan berat badan sesuai dengan umur dan jenis kelamin bayi.

2. Hal yang berhubungan dengan Bunda

Faktor tersebut adalah:

  • Motivasi Bunda
    Bunda mempunyai motivasi yang kuat karena mengetahui laktasi sangat penting dalam mendukung kesehatan bayi. Di Papua, ibu termotivasi untuk melakukan relaktasi ketika mengetahui bahayanya penggunaan susu formula. Keinginan ibu untuk mengeratkan hubungan batin dengan anak adopsinya juga menjadi salah satu dasar induksi laktasi.
  • Lamanya waktu dari berhentinya laktasi (lactation gap)
    Umumnya makin pendek waktu terhentinya laktasi, makin mudah ibu untuk melakukan relaktasi, namun Agarwal dan Jain melaporkan keberhasilan relaktasi dalam 2 minggu walaupun laktasi sudah terhenti selama 14 minggu.
  • Kondisi payudara ibu
    Adanya infeksi atau luka pada payudara maupun bentuk puting yang terbenam menjadikan alasan ibu menghentikan laktasi. Setelah infeksi teratasi dan ibu mendapat bimbingan laktasi, motivasi ibu muncul untuk menyusui anaknya kembali.
  • Kemampuan ibu untuk berinteraksi dengan bayi
    Selain itu juga dukungan dari keluarga, lingkungan, dan tenaga kesehatan. Ibu melihat bayi memiliki minat untuk menyusu, rasa kasih sayang antara ibu dan bayi terjalin sehingga ibu tergerak untuk memberikan air susunya kepada bayi. Tentunya bagi ibu bekerja apabila hal ini mendapat dukungan dari tempatnya bekerja, relaktasi ataupun induksi laktasi akan berhasil dilakukan.
  • Pengalaman laktasi sebelumnya
    Bunda yang memiliki pengalaman laktasi sebelumnya tidak terlalu mempengaruhi kemampuan relaktasinya. Nemba menemukan 11 dari 12 ibu yang belum pernah menyusui mampu melakukan laktasi dalam 5-13 hari setelah mengikuti protokol induksi laktasi. Seema melaporkan tidak terdapat perbedaan keberhasilan relaktasi antar ibu yang baru memiliki anak satu dibandingkan dengan ibu yang sudah memiliki anak lebih dari satu orang.

Tips jitu untuk melakukan relaktasi

1. Evaluasi kembali apa yang menjadi motivasi ibu untuk melakukan relaktasi. Siapkan mental ibu dan cari dukungan terutama dari keluarga terdekat (suami, orang tua, atau teman dekat). Dibutuhkan kesabaran yang tinggi karena seringkali memerlukan waktu yang lama sehingga ibu merasa putus asa dan membutuhkan dukungan.

2. Berkunjung ke klinik laktasi untuk bertemu dengan konsultan laktasi. Dibutuhkan arahan dan dukungan dari konsultan laktasi mengenai teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar.

3. Sangat dianjurkan untuk sering melakukan kontak kulit dengan bayi (skin-to-skin contact) pada saat bayi tidak menyusu antara lain dengan melakukan metode kanguru, dimana bayi selalu berada di dada ibu.

4. Tidurlah bersama bayi pada siang maupun malam hari, dekap dan gendonglah bayi sesering mungkin. Sebisa mungkin seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan bayi dapat dikerjakan oleh ibu sendiri, baik memandikan bayi, mengganti popok, ataupun mengajak bayi bermain.

Bila bayi mau menyusu:

  • Susuilah bayi sesering mungkin setiap 1- jam, paling tidak 8-12 kali dalam 24 jam.
  • Gunakan ke-2 payudara, minimal 10-15 menit pada setiap payudara pada satu kesempatan menyusui.
  • Pastikan posisi dan pelekatan bayi pada payudara adalah baik.
  • Monitor asupan bayi cukup atau tidak dengan memantau buang air kecil bayi, minimal 6 kali atau lebih dalam sehari.
  • Jangan menggunakan botol susu ataupun dot bayi. Metode finger feeding (memasukkan jari tangan ibu yang bersih sampai menyentuh langit-langit mulut bayi) bisa digunakan untuk meningkatkan refleks mengisap bayi.

Pada awal kegiatan dibutuhkan suplemen, baik ASI donor ataupun susu formula, Bunda bisa menggunakan alat bantu berupa pemakaian pipa nasogastrik yang dihubungkan ke cangkir atau semprit, dengan sisi yang satu lagi ditempelkan pada payudara. Bunda dapat mengontrol pengaliran cairan dengan menaikkan atau merendahkan cangkir atau semprit saat bayi menyusu pada payudara ibu.

Metode drip drop dengan menggunakan cangkir berisi suplemen atau dengan semprit yang diteteskan di payudara saat bayi menyusu merupakan salah satu metode yang sering digunakan, demikian pula dengan alat bantu laktasi lain seperti Lact-Aid Nursing Trainer System (Lact- id International) Supplemental Nursing System (Medela) juga dapat digunakan.

Bila bayi tidak mau menyusu:

  • Pastikan bayi dalam keadaan sehat.
  • Tingkatkan kontak kulit dengan bayi, mungkin dengan menggunakan metode kanguru.
  • Lakukan pemijatan payudara lalu perah ASI selama 20-30 menit, 8-12 x/hari.
  • Lebih sering memberikan payudara pada bayi walaupun bayi tidak mau menyusu dan gunakan alat bantu untuk memberikan suplemen, baik ASI donor ataupun susu formula.
  • Jangan menggunakan botol susu ataupun dot bayi.
  • Monitor asupan bayi dengan memantau urine bayi, minimal 6 kali atau lebih dalam sehari.
  • Lakukan laktasi pada saat ibu dan bayi dalam keadaan tenang dan rileks. Jangan memaksa bayi untuk menyusu. Jika bayi menolak menyusu tentunya hal ini akan mengganggu proses relaktasi. Tunda hingga kondisi nyaman untuk ibu dan bayi.
  • Tingkatkan konsumsi makanan ibu dengan diet yang sehat dan seimbang.
  • Penggunaan obat-obatan yang dapat membantu stimulasi produksi ASI (lactogogues/galactogogue) mungkin diperlukan bagi mereka yang tidak berhasil melakukan relaktasi ataupun induksi dengan panduan tersebut di atas.

Monitoring asupan bayi:

  • Timbanglah bayi setiap minggu, minimal kenaikan berat badan bayi berusia kurang dari 9 bulan adalah 125 gram/minggu atau 500 gram/bulan.
  • Monitor urine dan feses bayi. Frekuensi urine 6 kali atau lebih dalam sehari, tidak pekat ataupun bau. Dalam 4 minggu pertama, bayi mengeluarkan feses lembik cenderung cair warna kuning kecokelatan, beberapa kali dalam sehari. Selanjutnya frekuensi buang air besar akan berkurang sekali sehari sampai 7-10 hari sekali. Konsistensi dan warna feses akan berubah bila bayi telah mendapat makanan pendamping ASI.
  • Bayi yang bangun setiap 2-3 jam, menyusu dengan lahap dan terlihat aktif berinteraksi sosial sesuai dengan usianya, dapat menjadi panduan akan kecukupan asupan yang diterimanya.
  • Jumlah suplemen yang dibutuhkan bayi dan pengurangan suplemen saat relaktasi atau induksi laktasi dilakukan.
  • Timbanglah bayi dan berilah suplemen yang direkomendasikan (ASI donor atau susu formula) 150 ml/kg BB/hari dengan alat bantu
  • Bila produksi ASI meningkat, kurangi sebanyak 50 ml setiap beberapa hari dengan memantau berat badan bayi tiap minggu sesuai penjelasan di atas. Pengurangan dilakukan pada jumlah suplemen bukan pada kekentalannya. Pengurangan sejumlah 50 ml tersebut dapat dilakukan diantara beberapa kesempatan, misalnya kurangi pada 2 kali kesempatan menyusu dengan 25 ml per kali atau kurangi 5 kali kesempatan menyusu dengan 10 ml per kali.
  • Lanjutkan jumlah yang ada setelah pengurangan tersebut untuk beberapa hari.
  • Bila bayi menunjukkan asupannya cukup (urine 6 kali atau lebih, tidak pekat atau bau, dan penambahan berat badan 125 gram atau lebih) kurangi lagi jumlah suplemen yang diberikan.
  • Bila bayi menunjukkan asupan kurang, pertahankan jumlah yang ada dalam 1 minggu lagi.
  • Bila bayi tetap menunjukkan asupan yang kurang tambahkan lagi 50 ml dari jumlah suplemen terakhir yang telah diberikan.

Tips-tips untuk melakukan induksi laktasi

Selain-hal tersebut di atas yang telah dijelaskan, perempuan yang akan mengadopsi bayi disarankan untuk memijat payudara dan memerah setiap 3 jam dan sekali pada malam hari selama 10-15 menit setiap kali dalam 3-6 bulan sebelum bayi datang. 

Berbeda dengan perempuan yang hamil dan melahirkan, ibu yang akan mengadopsi anak dan belum pernah hamil, tidak memiliki kesempatan mengalami 9 bulan perubahan hormonal tubuhnya dalam menyiapkan diri untuk laktasi, sehingga isapan bayi ataupun pemerahan payudara sangat diperlukan untuk kesiapan melakukan dan mempertahankan laktasi.

Untuk itu, lakukan beberapa tips berikut ini untuk membantu:

1. Pemerahan ASI dengan menggunakan 2 pompa listrik pada ke-2 payudara pada satu kesempatan sangat dianjurkan
2. Kesehatan dan kesejahteraan bayi adalah yang diutamakan. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai usia dan jenis kelamin harus dipantau secara teratur. Kunjungan teratur ke dokter anak harus dilakukan untuk pemantauan ini.
3. Frekuensi dan lama menyusu bayi serta usia mulai diberikan makanan pendamping bayi adalah sama seperti bayi yang lain.
4. Karena ibu yang mengadopsi bayi kemungkinan tidak dapat, memproduksi cukup ASI, dukungan dan pendampingan ibu sangat dibutuhkan untuk keberhasilan induksi laktasi.

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda