Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Dukung Ibu Menyusui, Negara Ini Terapkan Aturan Baru untuk Iklan Susu

Annisa Aulia Rahim   |   HaiBunda

Selasa, 09 Dec 2025 08:00 WIB

Powder milk for baby and blue spoon on light background close-up. Milk powder for baby in measuring spoon on can. Powdered milk with spoon for baby. Baby Milk Formula and Baby Bottles. Baby milk formula on kitchen background
Dukung Ibu Menyusui, Negara Ini Terapkan Aturan Baru untuk Iklan Susu/Foto: iStock
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda, makin banyak negara di dunia yang ternyata serius banget dalam mendukung para ibu menyusui. Salah satunya baru saja menerapkan aturan baru terkait iklan susu formula dan tujuannya jelas: membantu para ibu agar tidak merasa tersaingi oleh gempuran promosi susu pengganti ASI.

Indonesia resmi memperketat aturan terkait iklan dan promosi susu formula sebagai langkah besar untuk mendukung ibu menyusui dan melindungi masyarakat dari klaim pemasaran yang menyesatkan. Aturan baru ini dikeluarkan karena makin banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pemasaran agresif susu formula bisa memengaruhi keputusan ibu sejak masa kehamilan.

Kebijakan ini bukan untuk 'mengharamkan' susu formula, tapi untuk memastikan bahwa informasi yang diterima orang tua jujur, seimbang, dan tidak menekan ibu menyusui.

Kenapa aturan iklan susu perlu diperketat?

Selama bertahun-tahun, studi internasional menunjukkan bahwa iklan susu formula sering memengaruhi keputusan ibu untuk menyusui, bahkan sebelum bayinya lahir.

Dikutip dari laman resmi WHO,  iklan susu formula yang menonjolkan klaim 'meningkatkan kecerdasan' atau 'membuat tidur lebih lama' bisa membuat orang tua percaya bahwa produk tersebut lebih unggul dibanding ASI padahal secara ilmiah, ASI tetap yang terbaik untuk nutrisi dan imunitas bayi.

Selain itu, menurut studi dalam BMJ Global Health menyebut bahwa promosi susu formula di media sosial sangat agresif dan kadang menyesatkan, termasuk melalui influencer, sehingga mempengaruhi keputusan ibu baru.

Penelitian lain dari Lancet Breastfeeding Series menunjukkan bahwa pemasaran susu formula dapat 'merusak lingkungan menyusui' karena membuat ibu merasa tidak cukup baik atau khawatir ASI-nya kurang.

Karena itu, negara-negara mulai memperketat aturan agar para ibu bisa mengambil keputusan menyusui dengan tenang, tanpa tekanan pemasaran.

Apa saja aturan baru yang diterapkan?

Pemerintah negara tersebut kini menerapkan serangkaian aturan lebih ketat untuk mengendalikan promosi susu formula. Aturannya meliputi:

1. Larangan klaim berlebihan

Iklan tidak boleh lagi menyebut bahwa susu formula meningkatkan kecerdasan, bikin bayi tidur lebih lama, lebih unggul dari ASI, atau klaim kesehatan tanpa dasar ilmiah kuat.

2. Pembatasan iklan di media sosial

Brand tidak boleh melakukan kolaborasi dengan influencer parenting, soft-selling yang menyaru edukasi, konten promosi terselubung.

3. Kewajiban menyertakan pesan dukungan menyusui

Setiap iklan wajib menampilkan pesan jelas seperti, “ASI adalah yang terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.”

4. Pengawasan ketat dari Kementerian Kesehatan

Pemerintah ikut memantau: Kampanye pemasaran digital, sponsorship acara ibu & bayi, hingga promosi di fasilitas kesehatan.

Bunda pasti tahu, menyusui itu bukan hanya soal nutrisi tapi juga emosional, bonding, kesehatan ibu, dan keberlanjutan hidup si kecil. Menurut WHO, peningkatan angka menyusui bisa mencegah 820.000 kematian anak tiap tahun, mengurangi risiko kanker payudara pada ibu, dan menurunkan kasus infeksi saluran pernapasan dan pencernaan pada bayi. Dengan pengaturan iklan yang lebih sehat, ibu bisa lebih percaya diri menyusui tanpa termakan narasi 'ASI kurang bagus'.

Dampak kebijakan ini untuk masyarakat

Penerapan aturan baru terkait iklan susu formula bukan hanya soal regulasi pemasaran, Bunda. Kebijakan ini membawa dampak yang cukup luas bagi ibu, bayi, tenaga kesehatan, hingga industri. Berikut ringkasan dampaknya:

1. Dampak untuk ibu

  • Mengurangi tekanan sosial yang sering muncul akibat iklan berlebihan yang membuat ibu merasa ASI-nya kurang baik.
  • Meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui karena ibu dapat mengambil keputusan tanpa dipengaruhi klaim iklan yang menyesatkan.
  • Mengurangi rasa bersalah, terutama bagi ibu yang baru mulai belajar menyusui atau sedang menghadapi tantangan produksi ASI.

2. Dampak untuk bayi

Bayi berpotensi lebih banyak mendapat manfaat ASI eksklusif, yang terbukti menurunkan risiko infeksi, alergi, dan meningkatkan perkembangan imun.

Lingkungan yang bebas iklan berlebihan membuat orang tua tidak mudah tergoda memberikan susu formula tanpa indikasi medis.

3. Dampak untuk tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan bisa memberikan edukasi menyusui yang objektif, tanpa gangguan promosi atau sponsor dari produsen susu formula.

Konselor laktasi, bidan, dan dokter dapat fokus membantu ibu menyusui dengan pendekatan berbasis bukti ilmiah.

4. Dampak untuk industri

Produsen susu formula harus lebih transparan, akurat, dan bertanggung jawab dalam memasarkan produknya. Brand dipaksa berinovasi lewat kualitas dan keamanan produk, bukan melalui klaim berlebihan atau pemasaran agresif. Persaingan menjadi lebih sehat karena tidak ada lagi promosi menyesatkan yang mengganggu keputusan ibu.

5. Dampak untuk masyarakat secara luas

Kebijakan ini membantu membentuk lingkungan yang pro-menyusui, yang menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan ASI eksklusif.

Mengurangi penyebaran informasi yang salah tentang nutrisi bayi, sehingga masyarakat lebih terdidik dan mampu mengambil keputusan yang berdampak baik bagi kesehatan keluarga.

Meningkatkan peluang Indonesia mencapai target kesehatan nasional terkait nutrisi bayi dan pencegahan stunting.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda