Jakarta -
Mungkin beberapa dari kita ada yang memilih menjadi
ibu bekerja karena beberapa alasan. Nggak melulu alasan eksistensi diri, terkadang ada sederet alasan yang nggak harus diworo-worokan pada dunia. Pilihan ini tentu nggak mudah, apalagi jika kita harus mengurus semuanya sendiri.
Psikolog Tiara Puspita menuturkan biasanya ibu bekerja, apalagi yang sudah punya anak, rentan stres karena mengeluh kurang waktu. Fokus yang terbagi jadi banyak yang merasa punya waktu sangat terbatas untuk melakukan tugas-tugas di rumah dan di kantor. Apalagi nih, kalau di rumah pun masih membawa pulang kerjaan kantor. Hmm...
Psikolog klinis dari Klinik TigaGenerasi, Sri Juwita Kusumawardhani MPsi, juga mengungkapkan kelelahan secara fisik rentan banget bikin ibu bekerja stres. Ditambah lagi kalau tidak ada aktivitas menyenangkan untuk membuat bahagia, serta minimnya dukungan dari orang-orang terdekat. Ingin santai sejenak di akhir pekan, eh masih mengerjakan kerjaan kantor. Merasa nggak ada hari libur itu juga makin bikin ibu bekerja gampang stres.
Nggak hanya itu, menurut Roslina Verauli SPsi MPsi, psikolog anak dan keluarga, permasalahan yang acap kali dihadapi oleh para
ibu bekerja adalah adanya konflik batin di mana dia harus tetap bekerja atau berhenti dari karirnya.
"Itu sebabnya dari beberapa research yang saya baca jika wanita tersebut sudah menikah atau berkeluarga, kemungkinan ketika ia berkarir sangat kecil untuk menjadi CEO atau manager atau tingkat di atasnya. Ya karena dia bisa rontok, tekanan kerja di mana-mana," papar psikolog yang akrab disapa Vera dalam ela-sela acara Fonterra Brands Indonesia dengan Kampanye 'Best Mom Ever', di Plataran Dharmawangsa, beberapa waktu lalu.
Vera mengatakan sering kali para ibu ini lupa bahwa mereka punya support system yang bisa mereka andalkan. Ya, kadang kita tuh terlalu sibuk manjain suami dan anak sampai kita lupa akan hal ini.
Nah, sementara Psikolog Vera Itabiliana beberapa waktu bilang seseorang cenderung stres ketika harapan nggak sesuai realita. Karena itu ekspektasi nggak boleh berlebihan alias nggak realistis dan nggak fleksibel.
"Tanpa target di luar diri kita, diri kita sudah berubah. Jangan diperberat dengan hal lain," ucap Vera.
Karena itu Vera pun menyarankan agar kita lebih rileks, sehingga nggak gampang tertekan. Kadang kita nggak perlu jadi perkasa jika energi yang kita punya nggak sebesar orang lain atau yang kita harapkan.
"Tiap orang beda-beda. Coba lebih rileks dengan jalan pagi, yoga, komunikasi dengan pasangan dan berbagi peran dengan suami," saran Vera.
Oh iya, kita sering juga ya menganggap suami harusnya tahu semua tanpa harus kita beri tahu. Tapi nyatanya mereka nggak secanggih itu sehingga harus tahu sendiri semua hal. Nggak apa-apa kok, Bun, kalau memang harus kasih tahu ke suami.
Sudah merasa sangat lelah? Coba ambil jeda sejenak, Bun. Kita bisa bicarakan dengan atasan untuk mengambil satu hari libur atau cuti di weekdays, lalu manjakan diri sejenak. Ya, setelah anak pergi sekolah dan suami bekerja, cobalah untuk tidur lebih lama, pergi ke salon, membaca novel kesukaan, atau menonton film yang disukai. Bun, kita sendiri yang paling tahu cara terbaik me-recharge energi. Tetap semangat ya, Bunda...
(Nurvita Indarini)