Jakarta -
Dalam
mengasuh anak, bukan hanya ibu saja yang berperan. Tapi peran ayah juga nggak kalah penting lho.
Mamahami peran ayah yang nggak kalah besar dalam pengasuhan anak, ayah 'zaman now' pun lebih banyak terlibat langsung dalam merawat anak-anaknya. Para ayah nggak segan untuk mengganti popok, ikut begadang, bahkan membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Psikolog klinis dan perkembangan, Diana Baumrind, menuturkan ada tiga teknik pengasuhan utama yang dilakukan ayah. Ketiganya adalah:
1. Pola asuh otoriter yakni yang rendah kehangatan namun kontrolnya tinggi.
2. Berwibawa, yakni pengendaliannya berada di posisi menengah dan tinggi kehangatan. Gaya pengasuhan ini memungkinkan terjadinya diskusi, tapi orang tua yang tetap memegang kendali.
3. Permisif. Gaya pengasuhan ini sangat tinggi kehangatan dan kendali yang rendah. Orang tua yang menggunakan gaya ini menganggap yang paling berpusat pada anak.
Umumnya, Bunda melakukan pengasuhan secara eksplisit. Sedangkan para ayah cenderung lebih terlibat permainan, terutama permainan fisik dan permainan yang 'kasar dan berantakan'.
Sheila Brachfeld-Child, dosen senior psikologi di Wellesley College, dalam disertasi doktoralnya di Universitas Brandeis, meminta para bunda dan ayah untuk 'bersenang-senang' dengan bayinya.
Gaya bermain ayah sangat aktif, misalnya nih melempar anak-anak ke udara atau berguling-guling di lantai. Sedangkan permainan para bunda lebih didasarkan pada aktivitas mengajar dan keterampilan motorik halus seperti bermain jari, bernyanyi, dan duduk dengan tenang.
Sementara literatur anak usia dini yang lebih baru dari Michael Lamb, profesor di departemen psikologi di Universitas Cambridge, anak-anak beralih ke ayahnya ketika mereka ingin bermain. Selanjutnya anak-anak berpaling ke bundanya saat anak-anak stres atau kecewa.
Pada masa remaja, anak-anak cenderung memandang teman sebayanya seperti diri mereka pada saat itu, dan melihat ke orang tua mereka seperti siapa mereka nantinya. Saat anak menjadi orang tua, mereka memandang orang tua mereka seperti apa yang seharusnya dan tidak boleh dilakukan.
Bagi anak perempuan, ayah mereka dapat memberi dampak besar pada harga diri mereka dan bagaimana mereka tumbuh menjadi wanita, Bun. Pada wawancara untuk otobiografi Hillary Clinton, Madeline Albright, dan banyak ilmuwan wanita terkemuka, mereka menekankan pengaruh ayah terhadap anak perempuan.
Ada banyak variabilitas dalam hubungan ayah-anak lho. Banyak faktor yang berperan dalam bagaimana seorang ayah akan membesarkan anak-anaknya, seperti usia ayah atau keluarga. Ketika menyangkut pola asuh pada umumnya, ada banyak variabilitas daripada prediktabilitas.
Misalnya,
ayah mungkin lebih ketat dengan anak perempuan di masa remaja. Ayah juga bisa memainkan peran formatif dalam bagaimana seorang putri akan menangani hubungan romantis di masa depan.
Sekitar masa remaja, terkadang anak laki-laki suka menyatakan mereka bisa menjadi pria dengan diri sendiri, namun akhirnya ayah dan anak laki-laki menjadi berteman. Hubungan antara ayah dan anak bisa sangat bervariasi sehingga tidak ada model yang tepat.
Shelley Carson, pakar psikopatologi, mengeksplorasi hubungan antara kreativitas dan perilaku.
Beberapa penelitian menunjukkan 'perilaku mengasuh anak' terkait dengan masa remaja pula.
Orang tua yang tertekan, depresi, atau kecewa karena hubungan orang dewasa yang buruk di masa mereka remaja bisa mempengaruhi pola mengasuh anak. Perilaku mengasuh anak bisa saja kurang ideal, dan inilah yang menyebabkan munculnya remaja yang perilakunya buruk.
Penelitian yang dilakukan Arriaga dan Foshee yang memeriksa penelitian sebelumnya tentang kekerasan saat remaja berkencan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa remaja yang orang tuanya terlibat dalam kekerasan dalam rumah tangga berisiko mengalami hubungan pacaran dengan kekerasan.
Di sisi lain, kualitas perkawinan yang kuat dan dukungan pasangan, umumnya memiliki efek positif pada perkembangan anak. Dalam sebuah studi di Belanda oleh Hakvoort, Bos, Van Balen, dan Hermanns, tentang kepuasan perkawinan, ada laporan hubungan ayah-anak berhubungan dengan hasil psikososial yang lebih baik untuk anak-anak.
Semakin positif hubungan tersebut, semakin banyak anak akan melihat dan memahami seperti apa hubungan kerja sama kolaboratif. Ketika orang tua bekerja sebagai tim yang berfungsi dengan baik, anak-anak belajar bagaimana menyelesaikan masalah, demikian seperti dilansir Extension.Harvard.
Sebenarnya wajar jika pasangan berdebat. Namun, yang utama adalah memastikan kedua belah pihak menirukan sikap hormat selama perselisihan, sehingga anak-anak mereka belajar menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat.
Menunjukkan Sayang ke Ayah
Tunjukkan kasih sayang ke ayah. (Foto: Thinkstock) |
Ayah sama halnya dengan bunda, juga ingin mendengar dan ditunjukkan kasih sayang dari anak-anaknya. Rasanya luar biasa saat seorang anak mengatakan ke sang ayah, "Hari ini adalah Hari Ayah, dan aku mencintaimu yah,".
Bunda juga bisa mengajarkan pada si kecil untuk banyak melibatkan sosok ayah dalam permainan. Misalnya nih, saat anak punya mainan karakter, salah satu karakternya bisa merujuk pada ayahnya. Anak akan belajar bagaimana peran seorang ayah.
Kata-kata juga sangat penting. Beberapa pria tak ingin mengungkapkan kasih sayang mereka, terutama kepada anak laki-laki. Kemudian anak-anak laki-laki juga sulit mengungkapkan kasih sayang kepada ayahnya secara langsung. Lalu gimana ya mengungkapkan rasa sayang ke ayah?
Bagi remaja modern, teks atau e-mail bisa sangat membantu. Meneruskan sebuah artikel atau sebuah lagu mungkin mengurangi kecemasan daripada mengatakan, "Aku mencintaimu, Yah" dengan suara keras.
Terakhir, tidak mudah menjadi ayah yang sempurna. Tapi untuk semua hal baik yang telah ayah lakukan, mari kita ajak si kecil mengungkapkan rasa sayang untuk ayahnya, Bun. "Ayah, kami menyayangimu. Selamat Hari
Ayah".
(Nurvita Indarini)