Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Saat Orang Tua Disalahkan atas Tragedi yang Dialami Anak

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Selasa, 13 Mar 2018 17:04 WIB

Semua orang tua pasti nggak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada buah hatinya.
Saat Orang Tua Disalahkan atas Tragedi yang Dialami Anak/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Semua orang tua pasti nggak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada buah hatinya. Tapi, kadang musibah bisa datang kapan aja ya, Bun. Seperti insiden yang dialami si kecil hingga ia meninggal dunia. Pastinya nggak ada orang tua yang menginginkan ini terjadi pada anaknya. Betul kan, Bun?

Namun, ketika ada insiden yang dialami seorang anak hingga ia kehilangan nyawanya ditambah kebetulan itu terjadi karena ketidaksengajaan, orang tua terkadang disalahkan. Contohnya ketika bocah berumur 3 tahun, Alby Davis, meninggal dunia setelah tersedak bola bekel. Nggak sedikit orang tua yang menyalahkan orang tuanya karena teledor.

Nah, berangkat dari hal ini, kata grief expert dari University of Technology Sydney, Sarah Wayland memang jadi hal yang umum ketika seseorang menyalahkan orang tua ketika terjadi insiden pada seorang anak. Nggak cuma menyalahkan, kadang kala orang lain turut menghakimi, juga menyampaikan kritik kepada si orang tua.

"Mungkin kita merasa kita bisa melakukan hal yang berbeda dengan orang tersebut. Tapi namanya insiden, siapa sih yang ingin itu terjadi? Maka dari itu, menyalahkan atau mengkritik orang tua pasca terjadinya insiden pada sang anak tidak akan membantu. Tidak ada seorang pun yang ingin tragedi terjadi. Yang kita perlu lakukan adalah menghormati apa yang telah terjadi di keluarga itu," kata Sarah.


Dikutip dari Essential Kids, Sarah menegaskan nggak ada patokan khusus bagaimana harusnya keluarga, teman, atau tetangga bersikap kepada si keluarga yang baru mengalami tragedi. Tapi selama 14 tahun berkutat di bidang trauma dan kehilangan dalam keluarga, Sarah sering mendengar kalau si keluarga ingin diberi kesempatan berbagi tentang tragedi yang dialami dan mereka bisa diterima.

Ya, mereka ingin bisa diterima oleh orang lain dan bukannya disalahkan. Sarah mengingatkan kalau berduka nggak melulu diwujudkan dalam bentuk air mata, Bun. Jadi, bisa saja orang tua merasa sedih, cemas, trauma, atau bahkan tersenyum sebagai upaya menerima apa yang terjadi. Beberapa keluarga bahkan bilang mereka sering merasa orang lain sengaja menghindar karena sesuatu yang buruk terjadi pada mereka.

"Mereka kehilangan anaknya dalam sebuah tragedi yang sering dianggap ini ada kaitannya dengan kesalahan orang tua. Kita mesti ingat bahwa tragedi pun bisa terjadi pada orang yang baik. Untuk itu, mari kita dekati orang tua tersebut, sebut nama si kecil yang sudah tiada dan ciptakan ruang supaya mereka merasa dicintai," tambah Sarah.

Soal orang tua yang berduka pasca kehilangan anak, psikolog keluarga Anna Surti Ariani atau Nina bilang ketika kita mau menghibur mereka, sesuaikan juga dengan kebutuhan mereka. Nina mengingatkan masing-masing orang punya cara tersendiri untuk bisa melewati fase berdukanya. Jadi, nggak bisa kita pukul rata kalau kita datang ke rumah keluarga yang sedang kesusahan lantas mengajaknya ngobrol pasti bisa jadi cara untuk menghibur mereka.

"Sesuaikan dengan kebutuhan si orang ini karena ada orang yang butuh waktu sendiri ada yang senang ditemani misalnya. Setelah kita tahu apa yang dibutuhkan orang ini, kita hargai itu," ujar Nina dikutip dari detikHealth.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda