Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Pola Asuh untuk Anak Berpengaruh ke Kesehatan Kita Lho, Bun

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Senin, 16 Apr 2018 15:17 WIB

Hmm, apa aja ya pengaruhnya?
Pola Asuh untuk Anak Berpengaruh ke Kesehatan Kita Lho, Bun/ Foto: thinkstock
Jakarta - Masing-masing orang tua punya pola asuh yang ia terapkan ke buah hatinya. Nah, tahu nggak, Bun, pola asuh yang kita terapkan nggak hanya berpengaruh ke anak tapi juga ke kondisi kesehatan kita sebagai orang tua lho.

Kata Kevin Shafer, PhD, associate sociology professor di Brigham Young University bilang sering banget orang tua menyepelekan efek pola asuh yang mereka terapkan ke kondisi kesehatannya. Padahal, mengutip salah satu studinya, Kevin menemukan ayah tiri cenderung lebih stres karena mereka lebih mungkin nggak punya bayangan bagaimana harus menjadi orang tua.

Nah, berikut ini dipaparkan Kevin tiga tipe pola asuh orang tua dan dampaknya bagi kesehatan Ayah dan Bunda:

1. Pola Asuh Helikopter

Orang tua tipe helikopter cenderung mau mengambil alih apa tugas yang nggak bisa diselesaikan anaknya, demikian disampaikan psikoterapis di Northeastern University, Boston, Amy Morin. Orang tua dengan pola asuh helicopter parenting juga cenderung terlalu protektif terhadap anak-anaknya.

"Ketika orang tua menerapkan pola asuh ini, efeknya orang tua bisa mengalami gangguan kecemasan. Kadang ingin segala sesuatunya berjalan dengan sempurna juga bisa bikin bunda dan ayah tertekan dan cemas. Akibatnya, ada risiko depresi dan burnout. Seperti kita tahu stres dan cemas berlebihan bisa berefek pada kesehatan seperti insomnia, gangguan pencernaan, dan menurunnya sistem imunitas tubuh," tutur Amy dikutip dari Parenting.

Untuk itu, Amy menyarankan orang tua dengan pola asuh helikopter lebih santai dalam menghadapi apa yang dialami anak. Jangan segan juga minta pendapat orang lain yang dipercaya ketika bingung dalam mengambil keputusan. Misalnya nih, Bun, anak kita yang umurnya 9 tahun nggak masalah ditinggal di rumah sendirian. Daripada kita stres dan berpikir yang nggak-nggak, minta pendapat teman atau orang lain yang dipercaya tentang keputusan kita. Minimal, ini bisa menurunkan kadar kecemasan.

2. Pola Asuh Otoriter

Orang tua dengan pola asuh otoriter cenderung mendikte sang anak dan berusaha bikin anak-anaknya menuruti apa yang dimau si orang tua. Kata Kevin, kecemasan mungkin juga dialami orang tua dengan pola asuh otoriter. Terlebih, para ayah dan bunda umumnya merasa mereka nggak perlu terlalu cemas ketika bisa membuat sang anak melakukan apa yang diminta.

"Pada pola asuh otoriter, berteriak supaya anak nurut dengan kita bisa jadi solusi. Tapi di jangka panjang, ada kalanya anak akan memberontak dan kecemasan orang tua justru meroket. Seperti kita tahu juga terlalu keras pada anak juga berpengaruh pada fisik kita. Tensi darah meningkat, amarah meluap dan detak jantung bertambah," kata Kevin.



W. Robert Nay, PhD, clinical associate professor of psychiatry di Georgetown Medical School menyarankan ke orang tua yang menerapkan pola asuh ini untuk lebih peduli ketika amarahnya mulai terpancing. Maksudnya gini, Bun, ketika kita merasa akan marah karena anak nggak menuruti perintah kita, coba berhenti, duduk, dan ambil napas panjang.

"Awalnya mungkin kita ingin segera menghukum anak saat mereka berteriak terlalu kencang. Tapi dengan menenangkan diri, mengambil napas panjang kita bisa lebih mengendalikan diri dan niatan menghukum anak bisa sirna," kata Robert.

3. Pola Asuh Positif

Orang tua yang menerapkan pola asuh positif lebih membiarkan anaknya bereksplorasi tapi tetap bertanggungjawab. Di rumah pun ditetapkan aturan yang konsisten dengan penuh kehangatan. Nah, kata Kevin orang tua yang menerapkan pola asuh positif lebih menonjolkan rasa saling menghargai dan kebaikan. Maka dari itu, dampaknya ke kondisi bunda dan ayah adalah ada aura positif yang didapat. Selain itu, orang tua juga bisa lebih percaya diri lho.

"Studi menunjukkan orang yang bisa membangun percaya diri secara keseluruhan kondisi kesehatannya lebih baik. Percaya diri dan optimisme bisa membantu mencegah depresi karena tubuh kita terpapar emosi positif sehingga ini baik untuk pikiran, badan, dan jiwa kita," kata Kevin.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda