Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Agar Anak Disiplin dan Mandiri, Begini Pola Asuh Anak di Jepang

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Kamis, 10 Aug 2017 11:38 WIB

Anak-anak di Jepang dikenal disiplin dan mandiri. Seperti apa sih pola asuhnya?
Pola asuh anak ala Jepang/ Foto: dok.HaiBunda
Jakarta - Orang Jepang dikenal disiplin dan tegas. Ternyata disiplin dan kemandirian sudah diterapkan sejak dini oleh kebanyakan orang tua di Jepang.

Sebagai masukan bagi kita dalam mendidik, mengasuh dan membesarkan anak, yuk diintip bersama pola asuh yang diterapkan sebagian besar orang tua di Jepang.

Sebelum lebih lanjut mengintip pola asuh ala Jepang, kita perlu tahu dulu, Bun, bahwa kebanyakan orang tua di Jepang menerapkan gaya pengasuhan proksimal. Ini merupakan kontak tubuh yang konsisten dan berkepanjangan antara ibu dan anak.

Jadi hal-hal seperti menidurkan anak, memandikan dan bermain terfokus pada kontak fisik antara ibu dan anak. Ibu Jepang juga dikenal secara proaktif memprediksi kebutuhan anak mereka.

Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo juga menyebut ada nilai-nilai positif pada orang tua di Jepang yang patut ditiru. Nilai positif tersebut adalah bagaimana orang tua mementingkan kedekatan dengan anak dan kedisiplinannya.

Dikutip dari berbagai sumber, ini dia nilai-nilai yang yang dikembangkan dalam parenting style ala Jepang:

Pola asuh anak ala Jepang/Pola asuh anak ala Jepang/ Foto: dok.HaiBunda


1. Kebanggaan (Pride)

Di Jepang, kebanggaan anak merupakan nomer satu. Karena itulah anak-anak tidak ditegur dan dimarahi secara terbuka di hadapan umum atau orang lain.

Bahkan bagi anak tantrum, pendisiplinan jarang terjadi di pasar atau daerah ramai. Pendisiplinan hanya bisa dilakukan di rumah, di balik pintu tertutup.

Anak-anak ini jarang teriak. Kekecewaan orang tua, kemarahan dan pelajaran disampaikan secara tatap muka melalui nada yang cukup tegas.

Malu juga merupakan motivator terbaik bagi anak-anak ini. Sepertinya ini pula yang menbuat anak-anak usia sekolah di Jepang jarang membuat keributan di tempat umum.

Perilaku mengutuk tidak dibenarkan. Akan tetapi orang tua akan membiarkan anak tahu bahwa orang tuanya benar-benar membenci tindakan tercela anak. Anak bisa mempertahankan harga dirinya, namun anak selalu diingatkan bahwa dirinya dicintai dan dihargai.

2. Kesabaran (Patience)

Beberapa orang tua terkadang dengan mudah kehilangan kesabaran dan menerapkan suatu ancaman ke anak, tapi di Jepang kesabaran merupakan poin pertama. Mereka menerapkan 'batas' dan memberikan area yang luas untuk anak berekspresi sehingga memungkinkan anak berada dan melakukan apa yang dia inginkan.

Kesabaran merupakan hal utama, sehingga orang tua di Jepang berusaha memahami bahwa anak-anak tengah menjalani fase-fase tertentu. Karena itu, mungkin saja anak lalai dalam bertindak.

Dari sini, orang tua membiarkan anak melakukan eksplorasi dan mencoba berbagai hal. Jika itu positif, maka perlu terus didukung. Namun jika anak memperlihatkan sesuatu yang negatif, misalnya malas, perlu diarahkan kembali.

Kesabaran adalah tentang membiarkan si kecil tumbuh dan mengeksplorasi, namun tetap memberi dorongan di sampingnya.

Pola asuh anak ala JepangPola asuh anak ala Jepang Foto: Joko Supriyanto


3. Tunjukkan Kasih Sayang (Show Affection)

Ada formula yang terbukti untuk menunjukkan dosis sayang yang tepat lho Bun. Bila diberi terlalu banyak dengan meluluskan semua permintaan anak, maka kasih sayang akan membuat anak-anak merasa seperti raja.

Nah, orang tua Jepang mempraktikkan kasih sayang dan perhatian yang gigih. Skinship atau skin to skin relationship dipraktikkan untuk membuat anak merasa aman, namun batasannya ditetapkan agar anak menghormati ibunya.

Saat jam tidur sudah tiba, ibu akan memandu anaknya tidur. Namun ibu tidak akan kehilangan ketegasan jika menyangkut disiplin dan 'menjinakkan' perilaku gaduh anak.

Cara yang dilakukan untuk menjinakkan perilaku gaduh ini misalnya dengan mengeluarkan anak dari rumah sebagai hukuman. Ketika berada di luar rumah, anak akan merasakan ancaman dan merasa sendirian. Karena itu mereka akan mengetuk pintu dan meminta maaf serta berjanji akan menjadi anak yang baik.

4. Memuji (Praise the Right Way)

Bila menyangkut pengasuhan anak di Jepang, tidak ada yang namanya bayi genius. Anak-anak dipuji dan diakui atas usaha mereka, bukan karena kemampuan mereka.

Anak-anak dan orang tua mereka bangga dengan prestasi mereka di sekolah. Ini bukan karena anak dianggap pintar, tapi karena anak itu bekerja keras untuk mendapatkan prestasi.

Jadi anak-anak diminta melakukan sesuatu dengan diperlihatkan contohnya. Setelah itu anak dibiarkan melakukannya sendiri dengan caranya yang unik.

Orang tua tidak segan mengungkapkan kepercayaan pada anaknya. Bukan karena dia dilahirkan dengan gen yang baik, tapi karena dia adalah seseorang yang bisa diandalkan.

Pola asuh anak ala JepangPola asuh anak ala Jepang Foto: Thinkstock

5. Tata Krama (Manners)

Orang Asia biasanya memiliki kesopanan yang tampak tak terbatas, terkait dengan kecenderungan alami mereka untuk mengakui hierarki sosial. Anak-anak Jepang tidak terkecuali. Mereka dilatih sejak dini untuk menghormati orang-orang yang lebih tua.

Dengan menghormati orang lain dan orang yang lebih tua, akan membuat anak memahami bagaimana caranya bersikap pada orang lain. Selain itu membuat mereka bisa mengembangkan sikap kooperatif.

(Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda