Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Waspadai Dampak Stres Akibat Perceraian

Niken Widya Yunita   |   HaiBunda

Rabu, 11 Jul 2018 15:05 WIB

Perceraian dengan pasangan bisa menimbulkan stres. Nah, lebih jauh bisa berdampak pada kesehatan, terutama kaum perempuan.
Waspadai Dampak Stres Akibat Perceraian (Foto: ilustrasi/thinkstock)
Jakarta - Di dunia ini pasti nggak ada satu orang pun yang memimpikan rumah tangganya berakhir dengan perceraian. Nggak heran kabar perceraian sering kali mengejutkan banyak pihak, apalagi jika public figure yang bercerai. Seperti baru-baru ini, kabar perceraian Opick pun menjadi perhatian.

Bicara tentang perceraian, Bun, hal itu bisa menjadi buruk dan memengaruhi mental serta fisik selama bertahun-tahun. Bahkan ketika keputusannya dirasa sebagai yang terbaik untuk semuanya,

"Emosi negatif yang menyertai perceraian, seperti kesedihan, kecemasan, khawatir, dan merasa kewalahan, adalah jenis stres bagi tubuh," kata psikolog dan ahli terapi fisik, Elizabeth Lombardo, PhD, seperti dilansir Health.

Elizabeth menambahkan peristiwa yang menyebabkan putusnya hubungan dan proses perceraian dapat berlangsung berlarut-larut. Nah, hal seperti itu menciptakan 'stres kronis' yang berdampak buruk pada setiap organ dan sistem di tubuh.

Perceraian juga disebut dapat menjadi masalah serius pada jantung. Sebuah studi pada 2015 dari jurnal Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes, menemukan bahwa perempuan yang bercerai 24 persen lebih mungkin mengalami serangan jantung. Sementara perempuan yang telah mengalami lebih dari satu perceraian memiliki risiko 77 persen lebih tinggi.

Penelitian ini dikuatkan studi Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. Selain penyakit jantung, diabetes dan masalah mobilitas seperti kesulitan naik tangga juga menjadi risiko lainnya yang mengintai.

Selain itu berdasarkan penelitian dari Journal of Applied Social Psychology menemukan bahwa konflik berkelanjutan dengan mantan pasangan menempatkan beban yang lebih berat pada kesehatan mental. Penelitian lain menemukan bahwa orang dengan riwayat depresi lebih mungkin untuk kambuh jika mengalami perceraian.

Stres membuat kekacauan seperti itu karena berbagai alasan. Hal ini dapat meningkatkan tekanan darah dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Kalau menghadapi banyak beban pikiran, pasti bikin tubuh lelah ya, Bun. Kelelahan yang terus-menerus juga bikin kita lebih sulit untuk menjalani hidup sehat.

"Saat sedang stres, kita tidak makan salad segar, sementara botol anggur terlihat seperti memanggil-manggil. Kita melewatkan waktu tidur, dan itu dapat menambah atau mengurangi berat badan," sambung Elizabeth.

Ketika ada gejala penyakit tertentu, banyak pikiran membuat kita jadi lebih abai. Alhasil kita nggak mengecek kesehatan kita dan malah melewatkan janji dengan dokter.


Menurut Elizabeth, ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk tetap 'bersahabat' dengan kondisi setelah perceraian. Misalnya kita bisa menjaga tingkat stres agar tidak makin meningkat. BIsa juga mengurangi level stres melalui interaksi dengan mantan secara lebih produktif, dan membuat keputusan terbaik untuk kehidupan di masa depan.

"Ayo keluar dari zona merah dengan cara yang sehat," ajak Elizabeth.

Saat kepala terasa mau meledak, bisa juga kita berjalan dengan seorang teman, menari dengan iringan lagu-lagu favorit, atau yoga untuk menenangkan pikiran. Terkadang kita memang perlu keluar dari situasi normal untuk menghilangkan stres.


(nwy)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda