HaiBunda

MOM'S LIFE

3 Pesan Moral untuk Orang Tua dalam Film 'Searching'

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Sabtu, 01 Sep 2018 19:01 WIB
3 Pesan Moral untuk Orang Tua dalam Film 'Searching'/Foto: imdb.
Jakarta - Tak terasa sudah akhir pekan aja nih, Bun. Ayah Bunda ada rencana ingin menghabiskan couple time dengan menonton film di bioskop? HaiBunda coba rekomendasikan film berjudul 'Searching' nih. Film ini boleh banget dijadikan pilihan karena sarat akan pesan moral untuk orang tua.

Intinya film ini bercerita tentang seorang ayah bernama David Kim (John Cho) yang kehilangan putrinya, Margot (Michelle). Demi mencari sang anak, David mati-matian melacak keberadaan Margot dengan bala bantuan seorang detektif perempuan bernama Vick (Debra). Sambil menanti hasil penyidikan sang detektif, David pun menyusuri semua akun medsos yang dipunya anaknya. Nah, dari sanalah David mengenal Margot yang 'sebenarnya'.

Film ini memiliki kategori untuk remaja atau anak umur 13 tahun ke atas. Nah, Bunda dan Ayah tertarik menonton film 'Searching' weekend ini? Berikut HaiBunda simpulkan 3 pesan moral yang disampaikan dalam film ini.




1. Pentingnya Komunikasi Orang Tua dan Anak

Foto: imdb.

Saat investigasi berlangsung, David mengatakan bahwa ia kenal anaknya dengan sangat baik. Namun faktanya berlawanan. Saat David menemukan hal mengejutkan dalam medsos putrinya yang ia telusuri dapat disimpulkan realitanya dia melakukan komunikasi yang cukup baik pada putrinya, David nggak tidak tahu apapun soal putrinya.

Kata psikolog anak dari Tiga Generasi Anastasia Satriyo yang akrab disapa Anas, berkomunikasi yang lancar sama anak harus dipupuk sejak mereka kecil. Misalnya saat si kecil berusia bayi, ketika kita mandikan dan suapin, sering-sering ajak mereka ngobrol, Bun.

"Kadang kita suka lupa interaksi kita kebanyakan nyuruh, bukan meluangkan waktu ke anak supaya bisa berinteraksi kayak ke teman. Contohnya kita tanya ke anak dia lagi main apa, terus tokoh di mainannya kok dia suka sih. Nah, pengalaman komunikasi kayak gitu memperlancar komunikasi orang tua ke anak," tutur Anas waktu ngobrol sama HaiBunda.

2. Awasi Pemakaian Gadget Anak

Foto: thinkstock

Banyak hal tak terduga saat David 'mengulik' semua akses gadget dan akun medsos sang putri. Ia merasa shock lantaran Margot yang biasa berkomunikasi hari-hari dengan dirinya, berbeda 180 derajat dengan Margot yang ada di medsos. Ya, gadget dan medsos bisa jadi dua kutub yang berbeda, bisa positif tapi jika salah pemakaian maka sisi negatifnya lebih banyak.

Esai Erika Christakis, 'The Dangers of Distracted Parenting' mengatakan ada kondisi yang bisa jadi alarm untuk orang tua dalam pemakaian gadget anak. Dalam esainya Erika menulis tentang penurunan kualitas, kuantitas dan waktu secara bertahap yang kita habiskan bersama si kecil.

"Kita tampaknya menerapkan model pengasuhan terburuk, hadir secara fisik tapi tidak secara emosional. Dengan begitu nggak ada interaksi dengan anak," tulis Erika seperti dilansir The Star.

Bisa dibilang, gadget seperti cara halus namun berbahaya yang mungkin bisa mengubah cara anak dan orang tua berinteraksi. Gaya interaksi yang cuma menghadirkan fisik kata Erika bisa mengganggu sistem syarat emosi dengan ciri khas komunikasi responsif yang merupakan dasar dari sebagian besar pembelajaran manusia. Apalagi, kecanduan gadget bukan nggak mungkin juga dialami orang dewasa.

Belum lagi kekakhawatiran saat anak mulai punya akun medsos, rasanya ingin kita kepoin semua isi medsosnya. Psikolog anak dan keluarga, Amanda Margia Wiranata mengatakan, sah-sah aja kok kita mau berteman atau saling follow di media sosial sama anak.



3. Kenali Teman Anak

Foto: thinkstock

Saat mencari anaknya yang hilang, David baru sadar bahwa ia tak kenal sama sekali dengan teman-teman anaknya. Maka ia pun kebingungan mau mencari ke siapa dan bertanya ke siapa.

Ini mengapa kita perlu tahu atau kenal dengan siapa anak berteman. Terkadang anak lebih merasa nyaman curhat dengan teman ketimbang orang tuanya sendiri. Dr dr Tan Shot Yen M.Hum mengatakan pada umumnya, seorang anak akan lebih merasa nyaman ketika menceritakan masalah kepada orang tuanya. Karena baginya, orang tua merupakan figur pertama yang ia kenal.

"Nah, ketidaknyamanan anak ketika curhat sama orang tua bisa terjadi pada masa tumbuh kembang. Misalnya ada konflik di antara mereka," kata dr Tan seperti dilansir detikHealth.

Ia memberi contoh ketika anak berkata jujur, namun orang tua merespons dengan memarahi sang anak. Sehingga hal tersebut membuat anak merasa tidak nyaman dan lebih menyukai kebohongan.

Kembali lagi, komunikasi orang tua dan anak jadi kunci. Ketika anak terbiasa terbuka dengan anak, maka dia nggak segan menceritakan siapa saja temannya. Orang tua juga perlu bertanya siapa teman anak dan apa aja kegiatan mereka, nggak melulu menanyakan urusan akademik di sekolah, Bun.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Parenting Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Parenting ZAHARA ARRAHMA

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Menyusui Amrikh Palupi

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Cerita Perempuan 30 Th Alami Kanker Serviks Stadium Akhir, Ini Gejala yang Dialami

Berobat Pakai Asuransi Bayar 10% Ditunda, Ini Penjelasan OJK

Arti Nama Axel dan 30 Rangkaiannya untuk Anak Laki-laki, Modern & Damai Maknanya

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Khayru Putra Gunawan Sudrajat Kerap Dibully saat Kecil, Kini Sudah Kuliah di Australia

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK