moms-life
Ketegaran Seorang Ibu Saat Putranya Didiagnosis ADHD
Sabtu, 15 Sep 2018 14:00 WIB
Jakarta -
Anak adalah titipan Tuhan, untuk itu bagamanapun kondisinya sudah semestinya orang tua menjaga dengan baik sang buah hati. Kalimat ini setidaknya bisa menggambarkan bagaimana ketegaran hati seorang ibu bernama Retno Ardan ketika sang anak didiagnosis ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Anak lelaki Retno, Naufal Rizky Muhammad, mengidap ADHD sejak usianya 2 tahun. Saat umur 1 tahun, Naufal masih jarang bersuara. Jika mau sesuatu bocah ini hanya menarik baju ibunya, menunjuk-nunjuk atau memberi kode lain. Di umur 2 tahun Naufal sudah bisa bersuara tapi bicaranya masih gagap dan tanpa arti. Merasa aneh dengan perkembangan Naufal, Retno lantas membawanya konsultasi. Saat itulah Retno dihadapkan pada kenyataan putranya didiagnosis ADHD.
"Begitu tahu Naufal mengidap ADHD, saya nggak terlalu kaget karena sudah sempat alami pada anak pertama. Anak pertama saya lahir dengan down syndrome, kemudian meninggal pada usia 1 tahun 8 bulan karena anemia aplastik," kata Retno saat ngobrol dengan HaiBunda.
Anemia aplastik adalah penyakit langka di mana sumsum tulang tidak menghasilkan cukup sel darah, mulai dari sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Walaupun begitu, Retno bersyukur karena Naufal yang didiagnosis ADHD cenderung lebih mudah diatur. Berkaca dari pengalaman memiliki anak pertama dan hamil di atas usia 30 tahun, seakan Retno sudah punya feeling bahwa anaknya akan terlahir spesial.
"Selama terapi anak pertama, saya jadi kenal tuh gimana ciri anak-anak spesial lain. Jadi, ketika anak kedua ini 'dititipkan' yang seperti ini lagi, saya pasrah dan bersyukur aja. Mungkin emang udah rezekinya," tutur Retno yang merupakan Dosen di Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (PKN STAN), Bintaro.
Padahal dikatakan Retno, Naufal kecil adalah juara bayi sehat se-Jabodetabek lho, Bun. Sedikit throwback, Retno bilang ketika mengandung Naufal dokter sudah memberi warning tentang kondisi si janin. Namun, Retno memilih menerima bagaimanapun kondisi si kecil nantinya.
Ya, dengan kegigihan Retno, Naufal tumbuh dengan baik hingga saat ini. Retno juga mendapat dukungan penuh dari suami. Retno dan suami bahkan nggak malu mengajak Naufal berinteraksi dengan orang sekitar. Kebetulan, Naufal menjalani terapi di Art Therapy Center (ATC) Widyatama, Bandung. Untuk itu, Retno terpaksa ambil cuti untuk fokus mengurus Naufal.
"Ya, bolak-balik aja. Senin hingga Jumat di Bandung, nanti Jumat sampai Minggu balik ke Jakarta," kata Retno.
Itulah seorang ibu. Akan melakukan apa saja demi kesehatan dan kesejahteraan buah hati. Padahal, seperti kita tahu mengurus anak dengan kebutuhan khusus pastinya memiliki tantangan lebih. ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders) sendiri merupakan gangguan yang ditandai ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang dihadapi. Sehingga, rentang perhatian anak sangat singkat waktunya.
Biasanya, gangguan ini disertai gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif. Jika diabaikan, kelainan ini dapat mengganggu perkembangan kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi anak. Disampaikan dr Dharmawan A Purnama SpKJ, ada beberapa tanda yang bisa dikenali pada anak dengan ADHD.
Salah satunya adalah kurangnya perhatian pada sesuatu. Dalam tanda ini, umumnya anak tidak rapi, sulit mempertahankan konsentrasi, mudah terdistraksi, gagal menyelesaikan tugas dan menghindari usaha yang berkepanjangan, karena mereka cenderung cepat bosan.
"Saat belajar kan mereka sulit konsentrasi ya, jadi begitu ada suara televisi atau ada suara anjing misalnya, itu belajarnya bisa langsung ditinggalkan," tutur dr Dharmawan dilansir detikHealth.
(aml/rdn)
Anak lelaki Retno, Naufal Rizky Muhammad, mengidap ADHD sejak usianya 2 tahun. Saat umur 1 tahun, Naufal masih jarang bersuara. Jika mau sesuatu bocah ini hanya menarik baju ibunya, menunjuk-nunjuk atau memberi kode lain. Di umur 2 tahun Naufal sudah bisa bersuara tapi bicaranya masih gagap dan tanpa arti. Merasa aneh dengan perkembangan Naufal, Retno lantas membawanya konsultasi. Saat itulah Retno dihadapkan pada kenyataan putranya didiagnosis ADHD.
"Begitu tahu Naufal mengidap ADHD, saya nggak terlalu kaget karena sudah sempat alami pada anak pertama. Anak pertama saya lahir dengan down syndrome, kemudian meninggal pada usia 1 tahun 8 bulan karena anemia aplastik," kata Retno saat ngobrol dengan HaiBunda.
Baca juga: Ketika Anak Jadi Pelampiasan Emosi Orang Tua |
![]() |
Anemia aplastik adalah penyakit langka di mana sumsum tulang tidak menghasilkan cukup sel darah, mulai dari sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Walaupun begitu, Retno bersyukur karena Naufal yang didiagnosis ADHD cenderung lebih mudah diatur. Berkaca dari pengalaman memiliki anak pertama dan hamil di atas usia 30 tahun, seakan Retno sudah punya feeling bahwa anaknya akan terlahir spesial.
"Selama terapi anak pertama, saya jadi kenal tuh gimana ciri anak-anak spesial lain. Jadi, ketika anak kedua ini 'dititipkan' yang seperti ini lagi, saya pasrah dan bersyukur aja. Mungkin emang udah rezekinya," tutur Retno yang merupakan Dosen di Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (PKN STAN), Bintaro.
Padahal dikatakan Retno, Naufal kecil adalah juara bayi sehat se-Jabodetabek lho, Bun. Sedikit throwback, Retno bilang ketika mengandung Naufal dokter sudah memberi warning tentang kondisi si janin. Namun, Retno memilih menerima bagaimanapun kondisi si kecil nantinya.
Ya, dengan kegigihan Retno, Naufal tumbuh dengan baik hingga saat ini. Retno juga mendapat dukungan penuh dari suami. Retno dan suami bahkan nggak malu mengajak Naufal berinteraksi dengan orang sekitar. Kebetulan, Naufal menjalani terapi di Art Therapy Center (ATC) Widyatama, Bandung. Untuk itu, Retno terpaksa ambil cuti untuk fokus mengurus Naufal.
"Ya, bolak-balik aja. Senin hingga Jumat di Bandung, nanti Jumat sampai Minggu balik ke Jakarta," kata Retno.
![]() |
Biasanya, gangguan ini disertai gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif. Jika diabaikan, kelainan ini dapat mengganggu perkembangan kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi anak. Disampaikan dr Dharmawan A Purnama SpKJ, ada beberapa tanda yang bisa dikenali pada anak dengan ADHD.
Salah satunya adalah kurangnya perhatian pada sesuatu. Dalam tanda ini, umumnya anak tidak rapi, sulit mempertahankan konsentrasi, mudah terdistraksi, gagal menyelesaikan tugas dan menghindari usaha yang berkepanjangan, karena mereka cenderung cepat bosan.
"Saat belajar kan mereka sulit konsentrasi ya, jadi begitu ada suara televisi atau ada suara anjing misalnya, itu belajarnya bisa langsung ditinggalkan," tutur dr Dharmawan dilansir detikHealth.