Jakarta -
Yuli Rahmawati alias Julia Perez (Jupe) meninggal dunia pada 10 Juni 2016 silam setelah sebelumnya melawan kanker serviks atau leher rahim yang ia idap. Seperti kita tahu, suami
Sarwendah, Ruben Onsu adalah sahabat mendiang Jupe dan merupakan orang yang sering menjenguk atau menjaga Jupe ketika di RS.
Ternyata Jupe sempat meminta Ruben Onsu dan Sarwendah menghadiri beberapa kegiatan kanker, untuk menggantikan dirinya yang saat itu sudah sakit. Karena waktunya yang berbenturan dengan kegiatan lain, Sarwendah dan suami kadang tak sempat datang. Kini, Jupe telah pergi dan penyesalan pun mendatangi pasangan ini.
"Iya, menyesal, dulu kenapa nggak didatengin acaranya. Kak Jupe sempat beramanah, supaya aku bisa ikut berpartisipasi dalam acara edukasi kanker. Tapi ya namanya nggak terlalu ngeh, karena aku sama suami fokusnya doa buat Kak Jupe sembuh aja dulu," papar Sarwendah dalam acara sosialisasi dan edukasi tentang bahaya kanker payudara dan serviks 'Pink Ribbon Campaign' di Mal Ciputra, Grogol Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
 Foto: shutterstock |
Sebelumnya wanita yang akrab disapa Wendah ini mengakui, tak terlalu sadar dengan kanker serviks. Namun, karena sering menjenguk dan mendampingi Jupe, Sarwendah lebih sadar akan bahaya kanker serviks. Sejak saat itu, Sarwendah belajar semua hal mengenai kanker serviks seperti penanganan, pencegahan dan lainnya. Bahkan kini Sarwendah jadi Duta Kanker Serviks.
"Lihat proses Kak Jupe yang menyakitkan, bikin aku mau nangis tapi nggak bisa dan nggak mungkin, karena tujuannya saat itu mau dukung dia. Nggak mungkin nangis, jadi sejak saat itu aku banyak belajar soal kanker serviks, rajin vaksinasi HPV (Human Pappiloma Virus)," ungkap Sarwendah.
Nggak ingin sehat untuk diri sendiri, Sarwendah pun mulai mengedukasi para perempuan bahwa penting banget cek organ intim dengan pap smear atau IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dan vaksinasi HPV. Sayangnya, beberapa orang atau perempuan masih tabu dan takut untuk melakukannya.
"Kayak adikku sempat takut suntik vaksin ini. Dia merasa nggak sakit apa-apa, kenapa mesti divaksin? Nggak, bukan berarti merasa nggak ada apa-apa terus nggak periksa atau dicegah. Lebih baik mencegah kan, daripada mengobati. Gini, ketika kita berobat, biayanya lebih mahal, usahanya nggak kalah banyak. Nah, mendingan dicegah kan?" tutur Sarwendah.
Menurut
Sarwendah deteksi dini kanker serviks dan pencegahan dengan vaksinasi HPV penting banget, Bun. Sarwendah sendiri sering cari info soal kanker serviks dan jika dirasa ada yang nggak beres dengan tubuhnya dia konsultasi ke dokter.
Sebelum hamil anak pertamanya, Thalia, Sarwendah rutin melakukan suntik HPV tiga kali yaitu dosis pertama, dosis kedua (dua bulan setelah dosis pertama) dan dosis ketiga (enam bulan setelah dosis pertama). Namun karena di pertengahan vaksinasi dia hamil, vaksinasi ditunda dan dilanjutkan setelah Sarwendah melahirkan.
 Foto: shutterstock |
"Untuk semua wanita, jangan tabu dengan vaksinasi HPV. Karena vaksin ini fungsinya untuk mencegah, ingat kan mencegah lebih baik daripada mengobati. Bukan berarti kita vaksin karena kita sakit, nggak, justru kita menghindarkan tubuh kita dari sakit," pesan
Sarwendah.
Dalam kesempatan sama, dr Venita dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menambahkan tiap jamnya perempuan bisa meninggal karena kanker baik kanker payudara maupun serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim bentukannya tak bisa diraba, diperkirakan karena ini merupakan penyakit bagian dalam dan perlu pemeriksaan dokter lebih lanjut. Deteksi dini kanker serviks dengan pap smear atau IVA penting dilakukan jika wanita sudah aktif secara seksual. Nah, pencegahan bisa dilakukan dengan vaksinasi HPV.
"Kanker yang satu-satunya bisa dicegah dengan sebuah vaksin ya serviks ini. Vaksin yang beredar sekarang utamanya mencegah virus, yaitu virus HPV. Nah, virus ini bukan virus biasa melainkan virus penyebab kanker," tutur dr Venita.
(aml/rdn)