Jakarta -
Namanya Natarini Setianingsih dan ia didiagnosis leukemia saat berusia 12 tahun. Serangkaian pengobatan
kanker ia jalani. Berkat tekat kuatnya dan dukungan orang terdekat, akhirnya ia berhasil terbebas dari kanker. Simak kisahnya yuk, Bun.
"Pertama kena umur 12 tahun yakni kelas 1 SMP baru masuk sekolah. Lagi masa orientasi siswa. Jadi ngedrop karena kecapean. Tanda-tanda awalnya pucat, demam, dikasih obat paracetamol reda sebentar, tapi besoknya kambuh lagi," tutur gadis yang akrab disapa Rini ini.
Rini bercerita, bahwa saat mendapati kondisi tersebut, ia sempat dibawa ke beberapa dokter. Ada dokter yang mengatakan ia malaria, ada pula yang bilang liver. Karena tidak sembuh dalam sebulan, ia pun dibawa ke spesialis penyakit dalam, lalu dirujuk ke RSCM. Di sanalah akhirnya ia tahu bahwa ia terkena Leukemia.
"Saya kaget, sebelumnya saya pernah tahu penyakit leukemia dari tetangga, jadi tahun 1996 kan masih jarang kanker. Aduh saya sembuh nggak ya? Terbayangnya sih kematian waktu itu, karena ganas kan," cerita Rini ketika berbincang dengan Haibunda.
Rini didiagnosis leukemia tahun 1996, kemudian ia menjalani pengobatan selama 3 tahun sampai 1999. Ia akui, pengobatan yang ia jalani adalah pengobatan yang cukup berat, seperti kemoterapi dan radiasi. Belum lagi efek mual, muntah, dan rambut rontok adalah kenyataan yang harus ia terima.
Kesulitan menjalani masa kanak-kanaknya pun terasa. Ketika harusnya ia bermain dengan teman-temannya di sekolah, waktunya habis untuk serangkaian kemoterapi. Walaupun itu membuatnya sedih, tetapi juga menimbulkan semangat untuk sembuh agar cepat kembali bersekolah.
Ia mengaku pernah terpikir untuk menyerah, saat mulai merasa bosan karena harus bolak-balik ke rumah sakit. Untungnya orang-orang terdekat, terutama ibunya terus memberinya semangat.
"Di situlah ibu saya menyemangati bahwa kita sudah setengah jalan. Masa mau menyerah, jadi ayo lanjutkan. Akhirnya saya survive juga," lanjutnya.
Kemoterapi mungkin terdengar menyeramkan untuk sebagian orang, tapi rupanya tidak untuk Rini. Rini merasa, ia lebih baik sakit karena efek kemoterapi, daripada sakit karena kanker yang tak ada ujungnya. Kesabaran dan tekatnya yang kuat inilah yang akhirnya membuatnya sembuh, Bun.
 Natarini Setianingsih (Foto: Yuni Ayu Amida) |
Tahun 1999 Rini dinyatakan bebas Kanker. Kini usianya 34 tahun dan dia sudah bisa menjalani hidup dengan normal. Meski masih harus check up rutin setiap tahunnya.
Sekretaris Indonesian Journal of Cancer di Pusat Kanker Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais sejak 2007 ini mengakui, dukungan orang terdekat terutama ibu adalah faktor semangat untuk terus menjalani pengobatan agar sembuh. Rini percaya kanker anak bisa disembuhkan selama orang tua tanggap dengan gejalanya.
Menurut dr Cut Putri Arianie, MH. Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, banyaknya pasien kanker anak yang tidak tertolong, karena kurangnya kesigapan orang tua dalam pendeteksian dini gejala kanker pada anak. Bila orang tua cepat tanggap, seperti yang dilakukan orang tua Rini, maka anak bisa sembuh 90 persen dari kanker.
Dr Cut Putri juga menjelaskan, jika anak sudah terdiagnosis
kanker peran ibu sangat penting dalam upaya perjuangan kesembuhan sang anak. Seorang ibu, haruslah kuat sekalipun berada pada kondisi yang tidak diinginkan.
"Orang tua harus kuat dulu, baru dia bisa memberikan kekuatan pada anaknya. Ibu adalah tiang, tempat bersandar anak. Kalau ibunya sedih, ini berpengaruh pada anak, jadi perlihatkanlah tidak menyerah. Jadi anak pun akan bangkit dengan itu," kata dr Cut Putri di sela-sela diskusi 'Kenali Gejala Dini Kanker pada Anak', Selasa (16/10/2018).
(nwy/nwy)