Jakarta -
Tak ada pasangan menikah yang ingin bercerai. Tapi, karena beberapa alasan, cerai bisa dilakukan sebagai jalan terbaik bagi pasangan suami istri. Ini pula yang sedang dialami pasangan
Gading Marten dan Gisella Anastasia.
Seperti yang kita lihat, pasangan ini selalu mesra di depan publik baik di media sosial (medsos) maupun kehidupan nyata. Belum lagi mereka selalu kompak kalau udah bertiga dengan anaknya yang menggemaskan, Gempita Nora Marten alias Gempi. Tapi, kenyataan berkata lain.
"Semua pasangan, ketika awalnya mereka memutuskan untuk menikah, pasti tidak berpikir untuk bercerai kan. Tapi, ya nggak ada yang tahu proses kehidupan kan. Mungkin ada beberapa orang yang berhasil tapi ada pula yang tidak," kata Gading dikutip dari Insert Trans TV.
Buat Gading, tiap orang dan tiap keluarga punya cara berpikir masing-masing. Belum tentu tiap orang bisa berada di posisi orang lain.
"Ya mungkin saya nggak bisa seperti ada di posisi kalian. Atau, kalian mungkin belum tentu bisa ada di posisi saya. Ini proses pembelajaran, nggak ada yang sangka pastinya," imbuh Gading.
Gading menjelaskan, masalah perceraiannya sudah dibicarakan dengan baik dengan Gisel. Nah, jalan perceraian sepakat diambil Gisel serta Gading dan ini bukan keputusan yang tiba-tiba.
"Ya, ini sudah bagian dari proses. Bukan yang tiba-tiba, 'Mas aku mau cerai'. Setiap masalah memang ada akarnya, yang penting bisa memahami kesalahan masing-masing dan ya memang harus dihadapi. Pastinya saya sedih juga," papar
Gading.
Menurut psikolog klinis, Christina Tedja MPsi, jika ditanya mengenai penyebab perceraian, pasti banyak sebabnya. Menurutnya, zaman sekarang usia pernikahan tampaknya bukan lagi sebagai tolok ukur untuk memprediksikan terjadinya perceraian.
"Dari mulai usia pernikahan yang 2 jam sampai puluhan tahun juga bisa aja
bercerai," kata psikolog yang akrab disapa Tina.
Tina mengatakan, untuk mempertahankan suatu pernikahan terutama yang sedang dalam masalah, butuh daya juang lebih. Biasanya, contoh kasus yang paling sulit ditolerir hingga berujung dengan jalan cerai misal, perselingkuhan tak berkesudahan, adiktif atau kecanduan sesuatu seperti alkohol, dan narkoba.
"Belum lagi kalau ada KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), permasalahan mental seperti gangguan kepribadian, dan sebagainya," kata psikolog yang berpraktik di Ciputra Medical Center, Lotte Shoping Avenue, Jakarta.
Tina menambahkan, masalah tersebut bukan berarti tidak krusial, tapi bisa teratasi karena keinginan pasangan untuk membenahi rumah tangga lebih besar. Jadi,
perceraian pun bisa terhindarkan.
"Sayangnya, ada beberapa kasus yang jalan keluarnya justru lebih baik cerai. Jika tidak, maka akan merusak kesejahteraan istri atau pasangan dan anak," ungkap Tina.
Contohnya nih, Bun, kasus narkoba. Tina menjelaskan, sangat sulit seseorang di bawah pengaruh narkoba untuk berubah, sekalipun demi keluarganya. Ketika tubuh adiksi akan sesuatu, jika tidak dituruti maka akan muncul tuh perilaku agresif dan marah.
"Hal seperti ini akan mengorbankan istri dan anak. Juga memengaruhi kesejahteraan anak dan istri karena akan ada efek seperti memukul dan melukai," tutur Tina.
(aml/rdn)