Jakarta -
Duka dari bencana Tsunami yang melanda Banten dan Lampung pada 22 Desember 2018 lalu rupanya belum usai. Tsunami yang memakan lebih dari 400 korban meninggal itu menyisakan pilu, utamanya bagi para keluarga yang ditinggalkan.
Baru-baru ini,
Juliana Moechtar, istri dari korban tsunami Banten almarhum Herman Seventeen, mengunggah foto mendiang suaminya di Instagram miliknya, @julianamoechtar. Dalam foto itu, tampak sang gitaris band Seventeen sedang duduk santai, sambil memegang handphone.
Foto tersebut adalah foto terakhir pria asal Tidore, Maluku Utara, itu yang diambil sesaat sebelum tsunami menerjang. Dalam tulisannya, Juliana menuturkan bahwa setiap Jumat malam, hari Jumat, dan Sabtu, hatinya menjadi lebih sensitif, tidak sekuat di hari biasanya.
Ia juga mengaku sangat rindu dengan suami yang menikahinya pada 2012 silam itu. Baginya, saat ini, kedua anaknya yang membuat dia kuat menjalani hidup sehari-hari.
"
Bingung skrg mau berbagi dan mengeluh kesiapa lg, doaiin hun ya Han biar bs sll tegar Dan kuat ... Miss u Han @hermanseventeen," tulis finalis Puteri Indonesia 2010 ini.
[Gambas:Instagram]
Atas unggahan tersebut, banyak netizen yang bersimpati. Mereka mendoakan semoga Juliana bisa tetap tabah. Banyak juga yang memuji wanita 39 tahun ini adalah sosok ibu yang tegar.
Ditinggal orang terkasih untuk selamanya pasti bisa menimbulkan shock, Bun. Senada dengan yang dikatakan psikolog anak, remaja, dan keluarga dari Tiga Generasi, Samanta Ananta, shock bisa jadi reaksi pertama yang muncul ketika seseorang yang kita sayangi
meninggal dunia lebih dulu. Terutama kalau peristiwanya mendadak atau tidak terprediksi.
Samanta menjelaskan, menurut hasil penelitian di The Journal of Gerontology: Series B, Volume 55, disebutkan kalau seseorang yang sangat bergantung pada pasangan yang meninggal dunia akan lebih sulit melewati fase berduka dibandingkan pasangan yang lebih mandiri.
Apalagi, Samanta menambahkan, tidak sedikit wanita yang fokus berperan jadi ibu
rumah tangga setelah menikah dan mengandalkan sumber pendapatan utama dari suami.
"Namun si wanita sering kali dituntut untuk lekas pulih dari periode berdukanya agar terlihat tegar dan kuat di depan anak-anak, serta mencari sumber penghasilan baru untuk memenuhi kebutuhan hidup selanjutnya, pasca suami meninggal dunia," jelas Samanta.
Samanta juga menuturkan, waktu yang dibutuhkan seorang istri dalam melewati periode berduka itu tidak bisa diperkirakan. Sebab, setiap orang memiliki periode masing-masing yang berbeda. Walau demikian, ada beberapa faktor yang bisa menunjang agar istri lebih cepat menerima kepergian suami.
"Yaitu dukungan emosional penuh dari keluarga dekat, kerabat, sahabat dan lingkungan sekitar rumahnya. Dukungan emosional seperti tidak membicarakan bagaimana proses meninggalnya suami, melainkan memberikan semangat agar dia bangkit dari rasa kesedihannya," tutur Samanta.
(yun)