Jakarta -
Apa Bunda pernah mengalami hal seperti saya? Setelah marah-marah ke
anak, timbul perasaan bersalah, sedih, dan menyesal. Memang, Bun, ada saatnya kita sebagai orang tua tidak bisa mengontrol emosi. Jika itu terjadi, apa yang baiknya dilakukan ya?
Ahli Gentle Parenting, Sarah Ockwell-Smith dalam bukunya
The Gentle Discipline Book mengatakan apabila orang tua kelepasan alias tak bisa mengontrol emosi, terimalah dan coba memaafkan diri sendiri. Kemudian, lanjutkan aktivitas seperti biasa.
"Semua orang pernah punya hari yang buruk. Saat kita melakukan kesalahan, maafkan diri sendiri. Introspeksi diri. Ibaratnya sepatu Anda kotor karena jalan di lumpur, cuci sepatu itu dan gunakan lagi dengan lebih baik dan hati-hati," kata Ockwell-Smith.
Dia menambahkan, coba identifikasi pemicu emosi dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Hal yang tak kalah penting yaitu luangkan waktu untuk tenang dan kemudian minta maaf ke anak.
Mengatasi rasa bersalah setelah marah-marah ke anak/ Foto: iStock |
"Anak-anak lebih tangguh dari yang kita kira. Jika usianya lebih besar, ini adalah saat yang tepat untuk berdiskusi dengan mereka bahwa merasa marah tidak apa-apa, tetapi bukan menunjukkannya dengan
kekerasan verbal atau fisik. Katakan kepada mereka bahwa Anda melakukan kesalahan dan akan mencoba lebih baik lagi ke depannya," imbuh Ockwell-Smith.
Kalau Bunda merasa sedih dan kurang sabar, Ockwell-Smith menyarankan minta anak membantu. Dalam artian, bilang pada anak jika Bunda sedang cukup sibuk dan akan jadi hal yang membahagiakan kalau anak membantu dengan bertingkah baik.
Sebenarnya, memang enggak semestinya orang tua melampiaskan amarah ke anak, apalagi sampai melakukan tindakan yang buruk. Misalnya, kalau kita kesal dengan pasangan, jangan sampai anak jadi pelampiasan.
"Hal ini menjadi bukti bahwa dalam membesarkan anak perlu adanya hubungan suami istri yang baik. Anak sering kali menjadi menjadi sasaran kekesalan orang tua," papar psikolog klinis, Christina Tedja yang akrab disapa Tina.
Dan katanya, penyebab kekerasan terhadap anak itu luas. Bisa saja bersifat mengancam atau sebagai pelampiasan kekesalan.
"Bedanya,
mengancam mungkin sebatas menyiksa sampai mendapatkan apa yang dikehendaki. Sedangkan pelampiasan, lebih kepada menempatkan anak pada posisi pasangan yang dibenci," ujarnya.
[Gambas:Video 20detik]
(rdn/rdn)