Jakarta -
Saat sedang emosi dan
marah, anak-anak seringkali melampiaskannya lewat berbagai reaksi. Mulai dari berteriak, memukul, sampai berbaring di lantai sambil menangis. Seperti apa sebaiknya Bunda memberikan respons?
Menurut penulis buku
Roots and Wings 3, Raksha Bharasia, respons umum yang biasanya dilakukan oleh orang tua adalah ikut marah atau berteriak. Terutama jika anak tidak patuh dinasihati dengan nada pelan.
"Respons seperti ini sebaiknya dihindari. Tindakan seperti ini menunjukkan seakan-akan marah dilarang. Padahal nyatanya tidak demikian, lho," kata Reksha.
Marah adalah salah satu bentuk emosi yang wajar, sama seperti rasa bahagia. Raksha mengutip pernyataan psikolog Lloyd J. Thomas, PhD, bahwa marah adalah reaksi alami terhadap frustrasi, sedih, atau kehilangan.
 Ilustrasi anak marah/ Foto: iStock |
Jika
kemarahan dilampiaskan atau direspons dengan cara yang tidak tepat, anak bisa menjadi dendam dan terganggu secara psikis.
Pikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani S.Psi, M.Si., Psi atau Nina, mengatakan agar
anak bisa mengelola emosinya, orang tua bisa melatih anak mengekspresikan emosinya tanpa mengganggu diri sendiri dan orang lain.
"Misalnya saat anak marah karena tidak diberikan permen seperti yang dia minta. Kemudian dia merespons dengan berteriak dan menangis. Orang tua juga perlu konsisten dengan keputusan awal," ujar Nina.
(rdn/muf)