Jakarta -
ArtisÂ
Dian Sastro angkat bicara mengenai pemberitaan ditangkapnya aktivis Dandhy Dwi Laksono dan musisi Ananda Badudu. Dian Sastro mempertanyakan, apa yang sebenarnya terjadi?
"Breaking news pagi ini: 1. Dandhy Laksono, aktivis, ex jurnalis, founder watchdoc, produser film sexy killers. Ditangkap polisi dgn UU ITE. 2. Ananda Badudu, musisi. Ditangkap polisi karena dianggap mendanai demo. Padahal dia cuma galang dana di kitabisa, utk bantu logistik mahasiswa," tulis Dian Sastro di Instagram Stories.
"Kenapa jadi begini sih... ?" tanyanya dengan emoticon lesu.
Sebelumnya, di Twitter juga sudah ramai digaungkan tagar #
BebaskanDandhy dan #
BebaskanAnandaBadudu. Tak ketinggalan, sutradara Joko Anwar juga ikut bersuara.
"Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat" Undang-Undang Dasar 1945 #
BebaskanAnandaBadudu #
BebaskanDandhyLaksono #
hapuspasalkaretUUITE " tulisnya.
Apa yang menimpa Dandhy danÂ
Ananda Badudu ini mungkin bisa kita kaitkan pada suhu politik Tanah Air yang sedang memanas, Bun. Bicara soal
situasi politik yang bisa menyebabkan rakyat bereaksi, dikatakan sosiolog dari Universitas California, Francesca Polleta, hal-hal terkait syok moral, pengkhianatan moral yang merugikan seorang individu bisa memicu protes masyarakat atau kelompok.
 Foto: Datuk Haris Molana |
Selain itu, hal yang juga bisa memicu kemarahan, seperti hukum yang berubah, seorang yang dibungkam, atau perusahaan yang mendadak ditutup.
"Jika target terlalu besar, maka kemarahan semakin sulit dikendalikan," ujarnya, dilansir
NYTimes.
Selain itu, menurut psikolog Leigh Thompson, dari Universitas Northwestern, kemarahan itu bisa menular. Misalnya, pada tingkat dasar, orang-orang secara tidak sadar meniru ekspresi pasangan percakapan untuk proses merasakan jejak emosi orang lain. Begitu pula dalam suatu kelompok atau masyarakat, bila ada yang memicu emosi, maka yang lainnya bisa merasakan.
"Ini bisa sangat kuat dalam kelompok-kelompok kecil di mana pemimpin memproyeksikan emosi yang kuat seperti kemarahan," terang Thompson.
Psikolog Ratih Zulhaqqi, M.Psi., juga membenarkan bahwa kemarahan memang bisa menular. Hal ini karena marah merupakan bentuk energi negatif yang dikeluarkan seseorang, dan energi tersebut menular.
"Pasti akan merasa tidak nyaman karena kita menyerap energi negatif tersebut dan akhirnya jadi ikut marah," terang Ratih, dilansir
detikcom.
Kemudian, kata Ratih, emosi negatif sendiri itu harus dikeluarkan, Bun. Tujuannya agar tidak jadi beban pikiran bagi orang yang bersangkutan. Jadi, berikan waktu tersendiri pada orang yang sedang uring-uringan. Dan supaya tidak tertular, kita harus menghindari energi negatif itu.
"Jadi supaya tidak ikut-ikutan marah, lebih baik menghindar saja agar tidak menyerap energi negatif tadi," saran Ratih.
Simak pula tayangan kronologi penangkapan Ananda Badudu ini, Bun.
[Gambas:Video 20detik]
(yun/muf)