MOM'S LIFE
Menangis, Puryanto Menyesal Tega Bakar Istri karena Cemburu
Yuni Ayu Amida | HaiBunda
Jumat, 18 Oct 2019 10:20 WIBMengutip detikcom, Maspuryanto ditangkap di rumah kos di Jalan Ketintang Baru II Surabaya. Diakui Maspuryanto, ia tega membakar sang istri, Putri, lantaran kesal digugat cerai tanpa sebab.
Kekesalannya semakin memuncak karena permintaan cerai tersebut tanpa sebab. Menurutnya, selama ini rumah tangganya baik-baik saja dan tidak ada masalah. Ia juga menampik tudingan kerap melakukan kekerasan pada istrinya.
"Saya minta maaf, saya minta maaf," ujar Maspuryanto sambil terus menangis dan tertunduk.
Sementara itu, saat ini Putri masih menjalani perawatan di RSU Dr Soetomo Surabaya. Kondisinya pun belum menunjukkan perkembangan.
Belajar dari kasus pembakaran istri di Surabaya ini, sangat penting mengelola emosi ya, Bun. Bicara soal KDRT, biasanga ada tiga hal yang jadi penyebab suami istri rentan mengalaminya, yaitu:
1. Masalah ekonomi
Menurut Dr.Elza Syarief SH MH, pengacara dan co-founder Ladies International Program (LIP) Indonesia, masalah ekonomi masih sering menjadi faktor utamanya. Istri yang tak bekerja dan bergantung pada suami akhirnya tak berdaya ketika dipukuli suaminya.
2. Perempuan yang terlalu cinta
Kata Elza, perempuan kalau cinta kebangetan. Elza juga menceritakan pengalamannya mengurus kasus selama tiga tahun yang tak kunjung selesai karena alasan ini.
"Saya pernah menangani kasus saya pegang 3 tahun, istrinya sampai babak belur. Tiap kali cabut lapor, cabut lapor. Polisi akhirnya menahan suami karena kebangetan. Begitu ditahan, istrinya memohon untuk tidak ditahan suaminya. Kan bingung, saya sama jaksa, polisi, akhirnya dua-duanya masuk ke penjara," tutur Elza.
3. Pendidikan yang tak setara
Khariroh Ali STh MA, komisioner Komnas Perempuan, mengatakan, akses pendidikan yang setara dengan laki-laki bisa membuat perempuan sadar akan kesetaraan gender, berani melapor jika mengalami KDRT dan memiliki kemampuan untuk memutus lingkaran kekerasan yang dialami.
"Perempuan akhirnya bisa menentukan nasib dan masa depan sendiri," tutup Khariroh.
(yun/rap)