Jakarta -
Perseteruan antara
Arie Kriting dengan ibunda Indah Permatasari, Nursyah, belum menemui titik cerah. Hubungan asmara Arie dan Indah tak direstui sang ibu. Arie bahkan disebut setan, lantas bagaimana dia menyikapinya?
Nursyah menganggap, Indah telah banyak berubah sejak menjalin kasih dengan Arie. Setelah sempat bungkam, komika asal Kendari itu mengungkapkan isi hatinya lewat akun Instagram miliknya, @arie_kriting.
"Resah dan tertekan, menunggu giliran untuk membahagiakan orang lain. Begitulah kami para pekerja komedi," tulis Arie.
"Ketakutan terbesar kami adalah ketidakbahagiaan seseorang karena kehadiran kami di atas panggung."
Tak sedikit juga yang menyinggung perbedaan suku antara Indah dan Arie jadi penghalang restu sang ibu. Namun, Arie memastikan bahwa ini hanya anggapan orang yang tidak tahu permasalahan yang sebenarnya terjadi.
Arie pun menegaskan, komunikasi menjadi salah satu masalah dengan ibunda Indah. Ia bertekad menghadapi permasalahan ini dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
"Kalau saya sih lebih suka masalah ini kita hadapi dan kita pasrahkan pada Allah sajalah. Ini juga memang mungkin balik lagi ke masalah komunikasi. Ini komunikasinya belum ketemu. Itu saja sih," ucapnya, dikutip dari
detikcom.
Perseteruan antara orang tua dan anak karena masalah restu memang sering terjadi. Kisah asmara Arie Kriting dan Indah Permatasari salah satunya. Masalah mereka terekspose lantaran menyandang status selebriti.
Arie Kriting dan Indah Permatasari/ Foto: Dok. Instagram |
Menanggapi hal ini, Dr.Nur Rofiah, Bil. Uzm. mengatakan, dalam setiap pertikaian antara satu pihak dengan pihak lain sesungguhnya ada juga pertikaian antara masing pihak dengan ego masing-masing.
"Anak dan ibu punya hubungan darah yang berakibat pada hak dan kewajiban yang beda dengan orang lain. Namun demikian prinsip dasar dalam hubungan antar manusia sama saja yakni keduanya sama-sama wajib bersikap pada, sekaligus berhak disikapi oleh orang lain secara bermartabat," kata Rofiah kepada
HaiBunda.
Dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran (PTIQ) Jakarta ini menambahkan, pertikaian bisa menjadi jalan terjal untuk mencapai kesepahaman. Sehingga, masing-masing pihak jadi tahu apa yang disukai dan tidak disukai pihak lain.
"Lalu berusaha untuk menjaga hubungan dengan lebih baik. Tapi, jika pertikaian sudah dilakukan dengan cara yang membahayakan salah satu atau semua pihak, maka siapapun yang menang sesungguhnya ia juga telah dikalahkan oleh egonya," tutur Rofiah.
[Gambas:Video 20detik]
(muf/muf)