Jakarta -
Mungkin Bunda pernah tahu tokoh Minion, itu lho tokoh kartun fenomenal yang berwarna kuning dan bermata besar. Wujudnya mirip pisang dan memiliki bahasa yang aneh. Di balik booming-nya tokoh kartun tersebut, siapa sangka salah satu penciptanya itu pria berdarah Indonesia, Pierre Coffin.
Pierre Coffin baru diketahui berdarah Indonesia ketika salah satu Minion bernama Bob berkata 'terima kasih' kepada Ratu Inggris. Nah, apa saja fakta soal Pierre Coffin selain berdarah Indonesia?
Berikut lima faktanya seperti dilansir
CNNIndonesia.com.
1. Anak dari penulis Nh DiniPierre Coffin merupakan anak penulis Nh Dini dan warga Prancis, Yves Coffin. Ayahnya Yves Coffin, yang menikahi Dini pada 1960 di Jepang. Pierre lahir sebagai anak kedua, pada 1967 setelah sang kakak Marie-Claire Lintang yang lahir pada 1961.
Sayangnya, pria bernama asli Pierre-Louis Padang Coffin itu harus menghadapi perceraian orang tuanya pada 1984. Usianya masih 17 tahun. Ia ikut ayahnya, sementara Dini kembali ke Indonesia.
2. Tidak bisa Bahasa IndonesiaMeski berdarah Indonesia dan beberapa kali menemui ibunya, Pierre tak bisa Bahasa Indonesia. Ia cuma mengenal beberapa kosa kata seperti makanan 'nasi goreng','sate' dan ungkapan sederhana seperti 'terima kasih'.
"Ayah dan ibu saya bercerai terlalu cepat, dan saya ikut ayah saya. Jadi saya tidak bisa bahasa Indonesia," ujarnya.
Pierre Coffin/ Foto: Mark Davis/Getty Images |
3. Belum pernah baca novel ibunyaPierre mengungkap, ia tak membaca buku-buku ibunya yang populer di Indonesia. Nh. Dini dikenal dengan buku seperti Sekayu, Pada Sebuah Kapal. Alasan Pierre belum pernah membaca novel sang ibu karena tidak diterjemahkan dalam Bahasa Prancis atau Inggris.
Akan tetapi, Pierre ingat 20 tahun lalu ia pernah membaca salah satu cerita pendek sang ibunda. Itu bagian dari antologi. "Tapi saya sangat menikmatinya," ujarnya.
4. Asah bakat menggambar berkat tidak pernah nonton TVMemiliki orang tua diplomat dan penulis, Pierre banyak membaca sejak kecil. Sang ayah tidak memperbolehkannya menonton televisi. Pierre kecil pun frustrasi. Ia akhirnya mencari kegiatan yang bisa dilakukan saat bosan.
"Saya banyak membaca, saya banyak menggambar," katanya.
Namun, dengan aturan ketat sang ayah, Pierre bisa mengembangkan bakat yang lain. Di waktu luang, Pierre menyibukkan diri dengan menggambar.
5. Sekolah animasi di ParisAwalnya Pierre merasa tak percaya diri dan tak merasa berbakat. Namun, ketika Pierre mencoba menggambar hewan, hasilnya lumayan. Ia pun bersekolah di sekolah film animasi Gobelins di Paris.
Dari situ, Pierre mulai bekerja di rumah produksi Amblimation yang berbasis di London, Inggris. Di rumah produksi itulah karya pertama Pierre dikenal yaitu
We're Back! A Dinosaur's Story.
Pierre juga sempat menjadi pekerja lepas di studio CGI Perancis, Ex Machina. Lalu,
Pings (1997) adalah film pertama di mana ia menjadi sutradara. Tak cuma mengerjakan
film, Pierre juga memproduksi beberapa iklan komersial.
Simak juga video tentang tips mengajari anak bahasa asing:
(aci/som)