Jakarta -
Kita tak hanya cukup menyediakan telinga untuk mendengar seseorang yang berbicara. Termasuk ketika mendengarkan suami atau rekan kerja. Untuk menjadi pendengar yang baik, dibutuhkan perhatian penuh alias fokus.
Mendengarkan tapi pikiran melayang ke mana-mana, yang ada Bunda jadi tidak mendengarkan. Ujung-ujungnya bertanya, 'Maaf, tadi Ayah bilang apa? Bisa diulangi lagi?'.
Penasihat dan konsultan etiket Nancy R. Mitchell mengatakan, saat ini mendengarkan secara efektif itu butuh usaha. Maksudnya untuk bisa menjadi pendengar yang aktif butuh melibatkan pikiran dan tubuh.
Mitchell menuturkan, dari penelitian ditemukan rata-rata orang bisa berbicara sekitar 100 hingga 150 kata per menit, dan mampu memproses hingga 400 kata per menit.
"Jadi, ke mana pikiran Anda melayang dengan semua waktu berlebih itu?" tutur Mitchell.
Menurutnya, ketika orang mendengarkan, seringnya sibuk merumuskan respons dari komentar pembicara. Ini memungkinkan mata Bunda melayang di atas bahu pembicara, memikirkan tugas setelah ini apa ya, atau perlu menjawab telepon yang masuk, atau bagaimana supaya bisa berselancar lagi media sosial.
"Dengan kata lain, pikiran Anda berkeliaran, dan ketika pikiran berkeliaran, Anda tidak mendengarkan secara aktif," tegas Mitchell, dalam bukunya yang berjudul
Etiquette Rules! A Field Guide to Modern Manners.
 Ilustrasi suami istri/ Foto: iStock |
Untuk menjadi pendengar yang baik, sehinggaÂ
hubungan suami istri makin harmonis, Mitchell berbagi panduannya:
1. FokusMitchell menyarankan untuk tidak membiarkan pikiran berkelana, dan jangan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memikirkan respons dari Bunda.
"Mendengarkan bukanlah menunggu waktu, menunggu orang lain selesai berbicara sehingga Anda bisa berbicara. Ini adalah proses mendengar dan berpikir aktif tentang apa yang dikatakan," katanya.
Untuk bisa fokus, kata Mitchell, cobalah meminimalkan perhatian yang mengganggu di kepala Bunda demi meningkatkan keterampilan. Misalnya saja saat mendengarkan rapat atau pasangan berbicara, abaikan ponsel dan perangkat elektronik lainnya dan jangan mengirim pesan teks.
2. Kontak mataMitchell bilang, ketika mendengarkan usahakan mempertahankan kontak mata dengan tepat. Berlebihan atau kurang memperhatikan bisa membuat pasangan atau lawan bicara tidak nyaman.
"Di Amerika Utara, harus kontak mata 60 hingga 70 persen dari waktu percakapan Anda," ungkapnya.
Kata Mitchell, ketika bepergian Bunda juga perlu mempelajari kontak mata dalam berbagai budaya. Formulanya ternyata bervariasi di seluruh dunia. Tapi usahakan tetap berada dalam segitiga imajiner yang Bunda bayangkan di atas kepala pasangan.
"Puncak segitiga posisinya di bagian atas kepala pembicara, dan dasarnya merupakan garis yang menghubungkan bahu. Ketika pendengar tetap memperhatikan segitiga, pembicara tahu mereka tidak kehilangan perhatian," jelas Mitchell.
Dalam sebuah pernikahan, semua orang ingin didengar. Apabila pasangan dalam perkawinan bermasalah, seringkali tidak saling mendengarkan secara efektif.
Ketika seseorang tidak merasa didengarkan, orang itu tidak membagikan bagian paling intim dari dirinya. Itu karena dia tidak ingin ada kesalahpahaman. Namun sebaliknya, ketika seseorang merasa didengar, pembicaraan akan semakin dalam.
"Ketika kita tidak mendengarkan, kita mendengar sebuah kata yang memicu kita dan kemudian kita merespons dengan argumen kita," kata terapis perkawinan dan keluarga Sharon Rivkin, dilansir
Wed MD.
Bunda, simak juga rahasia keharmonisan keluarga Oka Antara, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)