
moms-life
WHO Wajibkan Pasien COVID-19 yang Isoman Punya Pulse Oximeter
HaiBunda
Jumat, 29 Jan 2021 05:30 WIB

Pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri kini wajib memiliki pulse oximeter, Bunda. Ya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan saran klinis baru pada 26 Januari 2021 untuk merawat pasien COVID-19. Hal ini termasuk mereka yang menunjukkan gejala persisten setelah pemulihan.
"Hal lain dalam pedoman yang baru adalah bahwa pasien COVID-19 di rumah harus menggunakan pulse oximeter, yang mengukur kadar oksigen," kata juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan pada pengarahan PBB di Jenewa, Swiss.
"Sehingga Anda dapat mengidentifikasi apakah di rumah kondisi memburuk dan akan lebih baik dirawat di rumah sakit," paparnya, dikutip dari Reuters.
Selain itu WHO juga menyarankan dokter untuk menempatkan pasien dalam posisi tengkurap. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan aliran oksigen. WHO kemudian merekomendasikan penggunaan anti-koagulan dosis rendah guna mencegah pembekuan darah.
"Juga kami merekomendasikan, kami menyarankan penggunaan, anti-koagulen dosis rendah untuk mencegah penggumpalan darah di pembuluh darah. Kami menyarankan penggunaan dosis yang lebih rendah daripada dosis yang lebih tinggi karena dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan masalah lain," kata Harris.
Sebenarnya seperti apa alat pulse oximeter itu? Bagaimana cara bekerjanya? Baca kelanjutannya di halaman berikut, Bunda.
Simak juga cerita pengalaman Fanny Fabriana tentang hikmah di balik musibah, semua keluarganya terkonfirmasi positif COVID-19:
Cara kerja pulse oximeter
WHO Wajibkan Pasien COVID-19 yang Isoman Punya Pulse Oximeter/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Juanmonino
Pulse oximeter atau oksimetri denyut adalah perangkat medis yang memantau tingkat oksigen dalam darah pasien dan memperingatkan petugas kesehatan jika kadar oksigen turun di bawah tingkat yang aman sehingga memungkinkan intervensi cepat.
Perangkat ini penting di mana kadar oksigen dalam darah pasien memerlukan pemantauan seperti operasi, perawatan darurat dan intensif, serta perawatan dan pemulihan di bangsal rumah sakit.
Bagaimana cara bekerjanya? Dilansir Healthline, selama pembacaan pulse oximeter atau oksimetri nadi, perangkat kecil seperti penjepit ditempatkan di jari, daun telinga, atau jari kaki. Berkas cahaya kecil melewati darah di jari, mengukur jumlah oksigen.
Ini dilakukan dengan mengukur perubahan penyerapan cahaya dalam darah beroksigen atau terdeoksigenasi. Bunda tak perlu khawatir karena ini adalah proses yang tidak menyakitkan.
Oksimeter denyut dengan demikian akan dapat memberi tahu Bunda tingkat saturasi oksigen bersama dengan detak jantung.
Mengapa mengukur saturasi oksigen dalam darah penting selama isoman? Baca kelanjutannya di halaman berikut.
Alasan mengukur saturasi oksigen dalam darah penting
WHO Wajibkan Pasien COVID-19 yang Isoman Punya Pulse Oximeter/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Juanmonino
Mengutip laman resmi Yale Medicine, saturasi oksigen adalah ukuran penting dari seberapa baik paru-paru bekerja. Saat kita menghirup udara, paru-paru kita mengirimkan oksigen ke pembuluh darah kecil yang disebut kapiler.
Pada gilirannya, kapiler ini mengirim darah yang kaya oksigen ke jantung, yang kemudian memompanya melalui arteri ke seluruh tubuh. Organ kita membutuhkan suplai oksigen yang konstan untuk bekerja dengan baik.
Ketika kapasitas paru-paru untuk mengangkut oksigen ke dalam darah terganggu, saturasi oksigen darah menurun, berpotensi membahayakan organ tubuh kita. Sebuah pulse oximeter dapat dengan cepat mendeteksi penurunan saturasi oksigen ini, mengingatkan orang-orang akan perlunya intervensi medis.
Jika Bunda pernah menjalani pemeriksaan fisik atau mengunjungi dokter untuk prosedur medis, saturasi oksigen darah diukur dengan pulse oximeter. Nah, baru-baru ini, penyebaran COVID-19, yang dapat menyebabkan penurunan saturasi oksigen darah secara signifikan, telah mendorong lonjakan popularitas penggunaan pulse oximeter di rumah.
Sesuai dengan saran WHO, penting untuk memilikinya. Namun, menurut Denyse Lutchmansingh, MD, ahli paru Yale Medicine, penting untuk diingat bahwa tidak semua perubahan oksimetri nadi terkait dengan COVID-19.
Ia mengatakan untuk perlu didiskusikan dengan dokter kalau ternyata hasil pembacaan menunjukkan saturasinya rendah.
"Masalah terkait paru-paru lainnya, seperti pneumonia dan pembekuan darah, juga dapat menyebabkan rendahnya pembacaan oksimetri nadi. Jadi, pembacaan (hasil) yang terus-menerus rendah harus didiskusikan dengan dokter," katanya.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
WHO Resmi Cabut Status Darurat COVID-19, Bagaimana dengan Kemenkes RI?

Mom's Life
WHO Berencana Akhiri Darurat Pandemi COVID-19, Ini 3 Skenario yang Disiapkan

Mom's Life
Siap-siap Bun! WHO Ungkap Kabar Bahagia Terkait Berakhirnya Pandemi COVID-19

Mom's Life
Viral RI Masuk Negara A1 High Risk COVID-19 oleh WHO, Ini Faktanya Bun

Mom's Life
Gawat! WHO Perkirakan Kematian Akibat COVID-19 3x Lipat dari yang Tercatat


7 Foto
Mom's Life
7 Foto BCL Isoman Usai Positif COVID-19, Hibur Diri Berjemur Bareng Teman
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda