Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Terlanjur Sayangi Pria Beristri? Ini 7 Cara Tak Terjerumus Jadi Pelakor

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Selasa, 23 Feb 2021 13:55 WIB

Young woman sitting on a bed and feeling depressed after an argument with her boyfriend. Copy space.
Ilustrasi Pelakor/ Foto: Getty Images/skynesher

Selain harus menyiapkan kondisi fisik, pasangan yang akan menikah juga memerlukan kesiapan mental yang kuat nih, Bunda. Bukan tanpa alasan, hal ini karena pernikahan merupakan tentang bagaimana setiap pasangan saling berusaha dan bekerja sama untuk menjaga komitmen.

Setelah menikah dan membina rumah tangga selama bertahun-tahun, akan ada suatu kemungkinan jika pasangan memiliki fase kejenuhan nih. Ini dianggap wajar karena Bunda merasakan rutinitas yang sama secara berulang setiap harinya.

Dijelaskan psikolog klinis dewasa, Wulan Ayu Ramadhani, M.Psi, Psikolog, kejenuhan dalam pernikahan mulai terasa ketika emosi-emosi yang menyenangkan dianggap sudah jarang atau tidak lagi dirasakan.

"Misalnya, ada konflik sama yang terus berulang, mulai merasa hubungannya menjauh, lebih fokus pada anak, dan lupa pada kebutuhan sebagai diri sendiri dan pasangan, tidak memiliki waktu untuk mengembangkan diri, serta hal lainnya," katanya, melalui pesan teks pada HaiBunda, Senin (22/2/2021).

Untuk mengatasi kejenuhan, biasanya seseorang akan mulai mencari jalan keluar. Ada yang mulai melirik orang lain dan berselingkuh. Perselingkuhan memang bisa dijadikan sebagai jalan keluar, namun ini hanya berlaku sementara.

"Idealnya, jika isu kejenuhan ada di dalam pernikahan, maka pasangan perlu membicarakan dan mencari tahu penyebab kejenuhan dan cara mengatasinya bersama. Jika ini tidak dapat dilakukan, perlu adanya evaluasi terhadap individu dan relasi dalam pernikahan itu sendiri. Bukan tidak mungkin situasi yang sama akan terulang kembali, jika isu sebenarnya tidak tertangani dengan baik," tuturnya.

Banner tanaman hias

Dalam penjelasannya, Wulan mengatakan, hal yang memungkinkan terjadinya sebuah perselingkuhan adalah karena adanya peluang. Hal ini juga didukung dengan adanya kebutuhan yang tak terpenuhi dari pasangan.

"Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan seks, kebutuhan untuk dikagumi, diperhatikan, dilindungi, menghindari konflik, kebutuhan untuk menunjukkan adanya power, balas dendam, dan sebagainya," terangnya.

Sebagai seorang wanita, Bunda mungkin menginginkan segala hal bisa terpenuhi lewat suami. Tapi saat tidak mendapatkannya karena sudah berpisah dengan suami, Bunda mungkin berpikir bisa mendapatkannya dari orang lain, meski dengan pria yang sudah berkeluarga.

Nah, sebelum terjerumus lebih jauh, Bunda perlu segera menahan diri agar tidak menjadi perebut laki orang (pelakor) nih, Bunda. Dalam hal ini, Wulan pun membagikan tips. Klik baca halaman berikutnya ya, Bunda.

Simak juga makanan yang harus dihindari agar durasi seks jadi lebih lama, dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]


TIPS TAK TERJERUMUS JADI PELAKOR

Boy cheating to his girlfriend with her best friend sitting on a couch at home

Ilustrasi Pelakor/ Foto: Getty Images/iStockphoto/AntonioGuillem

Tips agar Bunda tak terjerumus jadi pelakor

Merasa nyaman saat menjalin hubungan dengan seseorang bisa dipengaruhi dengan beragam faktor, Bunda. Hal ini meliputi adanya ketertarikan, persamaan, dan kebutuhan yang terpenuhi.

Jika memutuskan berhubungan dengan pria yang sudah berkeluarga, tak menutup kemungkinan Bunda akan disebut sebagai pelakor. Jika ini terjadi, Bunda harus belajar untuk mengakui dan mempertanggungjawabkan pilihan yang sudah diambil.

Jika tidak ingin menerima tekanan dan dicap sebagai pelakor, lebih baik mengakhiri hubungan itu ya, Bunda. Supaya tak terjerumus dalam hubungan terlarang, sebaiknya lakukan pencegahan.  Menurut Wulan Ayu Ramadhani, M.P.si, Psikolog, berikut caranya:

1. Kontrol diri

Memiliki perasaan nyaman dan sayang adalah hal yang wajar bagi seorang manusia ya, Bunda. Namun Bunda juga bisa sadari bahwa sebagai manusia Bunda memiliki kontrol untuk memilih suatu tindakan. Setelah itu, Bunda juga perlu sadari jika setiap tindakan yang dipilih memiliki konsekuensi yang perlu dipertanggungjawabkan.

2. Kenali nilai

Bunda perlu mengenali nilai yang dimiliki dalam hidup. Nilai ini biasanya akan menjadi panduan atau rambu dalam membuat keputusan. Misalnya saja nilai kejujuran dan kesetiaan. Perselingkuhan terjadi karena adanya ketidakjujuran dan ketidaksetiaan dalam hubungan.

3. Sadari kebutuhan diri sendiri

Tidak jarang Bunda sulit untuk keluar dari hubungan ini karena adanya kebutuhan yang terpenuhi. Padahal, hubungan ini bisa jadi tidak sehat karena salah satu pihak menggantungkan diri pada pihak yang lainnya.

Bunda bisa tanyakan pada diri sendiri apakah benar-benar bisa bahagia di dalam hubungan ini, atau hanya menutup mata karena ada ketakutan di dalam diri jika tidak bisa bersama dengannya.

Klik baca halaman berikutnya untuk melihat cara lain agar tidak terjerumus menjadi pelakor ya, Bunda.

TIPS TAK TERJERUMUS JADI PELAKOR

Couple in vacations standing on harbor, man hoding other woman's hand.

Ilustrasi Pelakor/ Foto: Getty Images/Vladimir Vladimirov

4. Sadari diri Bunda berharga

Menjadi pihak ketiga tentu akan memiliki banyak konsekuensi nih, Bunda. Terutama karena dianggap telah melanggar norma yang ada, hubungan pun dijalani secara sembunyi-sembunyi.

Hubungan yang seperti ini tentu membutuhkan banyak adaptasi karena pasangan tidak menjadikannya sebagai prioritas. Tanyakan seberapa besar kita dapat menghargai diri sendiri, sehingga berhak untuk menerima hubungan yang seperti ini dan bukannya hubungan yang lain.

5. Cari informasi

Tidak jarang orang yang Bunda sukai merahasiakan tentang status pernikahannya. Jika ketahuan dan diketahui ia akan segera bercerai, maka biarkan ia menyelesaikan proses perceraiannya terlebih dahulu. Hal ini untuk melindungi diri Bunda agar tidak disalahkan atas isu rumah tangga mereka.

6. Bangun rasa empati

Bayangkan bagaimana perasaan istri dan keluarga dari orang yang Bunda suka, jika mengetahui hubungan gelap itu. Bukan tidak mungkin jika nantinya Bunda bisa berada dalam posisi yang sama.

7. Konsekuensi sosial

Pihak ketiga tentu memiliki konsekuensi sosial ya, Bunda. Menerima banyak hujatan dan disalahkan sebagai perusak hubungan bisa jadi konsekuensi yang berdampak pada psikologis. Kalau bisa menerima hal tersebut, pertimbangkan juga dampak yang akan terjadi pada anak, yang nantinya akan lahir dari hubungan ini.

Apapun pilihannya, Bunda harus sadari setiap konsekuensi yang akan terjadi. Pastikan Bunda melakukannya secara sadar dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah dibuat.


(mua/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda