Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

China Temukan Antibodi COVID-19 untuk Lawan Varian Delta

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Sabtu, 07 Aug 2021 13:27 WIB

COVID-19 named by WHO for Novel coronavirus NCP concept. Doctor or lab technician in PPE suit holding blood sample with novel (new) coronavirus  in Wuhan, Hubei Province, China, medical and healthcare
ilustrasi penelitian COVID-19/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Pornpak Khunatorn
Jakarta -

Varian Delta disebut makin mengganas di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kementerian Kesehatan memperbarui data pengurutan keseluruhan genom atau whole genome sequence (WGS) virus Corona. Kini kasus Corona varian Delta yang tersebar di Indonesia telah mencapai 1.329, Bunda.

Varian Delta (B1617.2) yang pertama kali muncul di India Desember 2020 lalu, diyakini memiliki penularan lebih cepat dibanding varian lain. Saking menularnya, bahkan para ilmuwan Amerika Serikat menyebut penularannya secepat cacar air.

Mengutip detikcom, Mantan direktur Food and Drug Administration (BPOM AS) dr Scott Gotlieb menyebut kasus varian Delta akan berkurang di pertengahan Agustus. Menurutnya, varian ini 'mengganas' di 2 minggu hingga lebih dari dua bulan.

Sementara para ahli dari Scenario Modeling Hub, konsorsium peneliti dari lembaga terkemuka yang berkonsultasi dengan CDC, mengatakan pandemi yang dipicu varian Delta akan terus meningkat sepanjang musim panas dan musim gugur, dan puncaknya terjadi pada pertengahan Oktober 2021 nanti.

Banner Pria Semarang Nikahi Bule Jerman

Sementara, dr. Amesh Adalja, senior di Johns Hopkins Center for Health Security belum bisa memastikan kapan pandemi COVID-19 yang kini dipicu lonjakan varian Delta mencapai puncaknya hingga akhirnya terkendali, Bunda.

Namun, setidaknya ada kabar baik di tengah mengganasnya varian Delta ini, Bunda. Sebuah penelitian di China berhasil menemukan antibodi COVID-19 untuk melawan varian Delta. Mereka mengklaim antibodi tersebut dapat menjadi pengobatan infeksi virus.

Penelitian ini ditemukan oleh Yang Xiaoming, Chairman Sinopharm China National Biotec Group, anak usaha Sinopharm. Temuan tersebut diumumkan perusahaan pada 4 Agustus, dan diklaim untuk pencegahan jangka pendek dan pengobatan dini COVID-19.

Tim itu menemukan antibodi monoklonal yang dapat memblokir peningkatan virus corona baru pada enzim pengubah Angiotensin 2. Enzim menempel pada membran sel dan berada di usus, ginjal, testis, kantong empedu dan jantung.

Menurut pengumuman perusahaan, Antibodi dapat mencegah virus untuk menginfeksi sel. Antibodi monoklonal ini diharapkan bisa memiliki efektivitas yang kuat saat dijadikan obat terapi.

Bagaimana kemanjuran dan toksisitasnya? TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

(aci)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda