Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kerja di Bengkel, WNI asal Bandung Ini Dibayar Rp77 Juta per Bulan di Swiss

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 28 Jan 2022 15:31 WIB

WNI di Swiss
Kisah WNI Kerja di Swiss/ Foto: YouTube Syarif Zapata

WNI asal Bandung bernama Angga ini telah bekerja lebih dari 10 tahun di Swiss. Gaji Angga dari pekerjaannya mencapai Rp77 juta per bulan, Bunda.

Belum lama ini, Angga membagikan kisahnya tentang suka duka kerja di Swiss dalam akun YouTube Syarif Zapata. HaiBunda mengontak pemilik akun YouTube Syarif Zapata dan dipersilakan untuk mengutip kisahnya.

Sudah tinggal di Swiss sejak tahun 2003, Angga sekarang bekerja sebagai mekanik di sebuah bengkel mobil di sana.

Saat berusia 15 tahun, Angga mengambil pendidikan ausbildung atau seperti program vokasi di Swiss. Ia mengikuti program ini selama empat tahun dan mengambil jurusan mekanik, Bunda.

"Ausbildung dari 2005. Kerja sama sekolah bareng, jadi empat hari kerja, satu hari sekolah," kata Angga, dikutip dari YouTube Syarif Zapata, Kamis (27/1/22).

"Di sekolah itu mempelajari ilmu mekanik, mathematics, dan physics. Di bengkel itu praktiknya," sambungnya.

Selama empat tahun mengikuti program ini, Angga mendapatkan gaji per tahun. Gajinya meningkat setiap tahun hingga akhir program.

Menurut Angga, mencari pekerjaan di Swiss termasuk mudah bila sudah mengikuti program ini, Bunda. Perusahaan pun tak akan ragu mempekerjakan anak muda yang ingin bekerja sambil belajar.

Banner Nama Bayi Perempuan Islami

"Dari sisi perusahaan kasih kesempatan buat kita bisa maju, supaya masa depannya bagus," ujar Angga.

Kini, Angga termasuk pegawai berpengalaman di tempatnya bekerja. Ia bisa mendapatkan penghasilan 5.000 Swiss Franc atau setara Rp77 juta rupiah per bulan.

"Tergantung ijazah apa? Sampai sekarang saya sudah lebih dari 10 tahun pengalaman, jadi di atas 5.000 per bulan, ya hampir 80 juta," katanya.

Meski mendapatkan gaji tinggi, Angga tetap harus mengatur keuangannya selama tinggal di Swiss. Seperti apa ceritanya?

Baca halaman berikutnya.

Simak juga kisah WNI perempuan yang bekerja sebagai supir bus di AS, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

GAJI DAN PENGELUARAN BIAYA HIDUP DI SWISS

WNI di Swiss

Kisah WNI Kerja di Swiss/ Foto: YouTube Syarif Zapata

Angga bercerita tentang suka dukanya tinggal di Swiss. Pria asal Bandung ini memang mendapatkan gaji tinggi dari pekerjaan sebagai mekanik, Bunda. Tapi, pengeluaran biaya hidup di sana ternyata juga tinggi lho.

"Asik enggak asik, kata orang gajinya gede, tapi pengeluarannya juga gede. Kerja di sini harus benar-benar bertanggung jawab," ungkap Angga.

Pengeluaran Angga kebanyakan dihabiskan untuk membayar apartemen, tagihan telepon dan internet, serta berbagai jenis asuransi. Tak hanya itu, dia pun wajib membayar pajak sekitar 8.000 Swiss Franc atau setara Rp124 juta per tahun.

Meski pengeluarannya tak sedikit, Angga tetap bisa menabung lho. Menurutnya, gaji di Swiss seharusnya masih bisa ditabung bila pandai mengatur keuangan nih, Bunda.

"Masih bisa nabung kalau bisa ngatur, harus bisa nabung dan atur sendiri, banyak caranya kalau mau pintar nabung," ujar Angga.

Mendapatkan pekerjaan di Swiss dianggap lebih mudah dari di Indonesia. Setidaknya, inilah yang dirasakan Angga dan WNI lain bernama Padhi. Seperti apa ceritanya?

Baca halaman berikutnya ya.

PERBANDINGAN CARI KERJA DI SWISS DAN DI INDONESIA

WNI di Swiss

Kisah WNI Kerja di Swiss/ Foto: YouTube Syarif Zapata

Setiap orang yang ingin bekerja di Swiss ternyata tak perlu menyandang gelar sarjana lho. Di Swiss, Bunda bisa mendapatkan pekerjaan layak bila mengantongi sertifikat dari program ausbildung.

"Kalau menurut saya, sistem Indonesia dan Swiss memang beda. Di Indonesia harus sekolah tinggi supaya hidup enak, gaji besar. Kalau Swiss beda, dari muda sudah dikasih kesempatan buat ausbildung dapat ijazah bisa hidup nyaman," kata Angga.

Hal ini juga dibenarkan Padhi, WNI yang bekerja di Swiss sebagai instruktur zumba dan aerobik. Padhi juga tak kesulitan mendapatkan pekerjaan di Swiss karena memiliki ijazah dari ausbildung.

Padahal, Padhi adalah lulusan STM jurusan mekanik di Indonesia. Tapi karena sulit mencari kerja dari pendidikan formalnya, dia banting stir jadi instruktur di Swiss dan kini hidup sukses.

Padhi kini bekerja di tujuh studio fitness yang memiliki gaji berbeda. Paling rendah dia mendapatkan gaji 40 Swiss Franc atau setara Rp625 ribu per jam.

"Kalau di sini ausbildung lebih tertata, kerja sesuai skill. Aku dulu sekolah di Indonesia di STM ambil elektrik. Abis itu aku cari kerja elektrik sulit, jadi aku banting stir pindah ke olahraga dan itu masuk ke skill aku," ujar Padhi.

"Aku kerja lebih nyaman, dapat lebih cepat. Ya mungkin ijazah aku itu enggak nyambung, elektrik sama olahraga."


(ank/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda