Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Suka Duka WNI Tinggal di Swiss, Mulai dari Kesulitan Bahasa hingga Penghasilan Merata

Annisa Afani   |   HaiBunda

Jumat, 29 Sep 2023 18:15 WIB

evelyn
Suka Duka WNI Tinggal di Swiss, Mulai dari Kesulitan Bahasa hingga Penghasilan Bulanan/Foto: Instagram @evelyntrivena

Pengalaman hidup di luar negeri memang banyak dibagikan di media sosial, Bunda. Termasuk Evelyn Trivena, WNI yang memutuskan pindah ke Swiss bersama sang suami.

Evelyn menceritakan kehidupan di Swiss melalui akun TikTok @evelyntrivena. HaiBunda sudah mengontaknya dan diizinkan untuk mengangkat kisahnya.

Dalam salah satu konten, ia membeberkan beberapa pengalaman menarik selama tinggal di Swiss. Di kesempatan itu pula, ada beberapa suka dan duka yang ia beberkan.

Suka dan duka tinggal di Swiss

Di manapun kita tinggal, pasti ada suka duka yang dilalui, ya. Begitu pula yang dialami oleh Evelyn selama di Swiss, negara yang diimpikan banyak orang untuk dikunjungi.

Dalam video berdurasi kurang lebih 2 menit tersebut, Evelyn menjabarkan hal-hal tersebut dengan rinci. Penasaran apa saja? Simak sebagai berikut, ya.

1. Banyak bahasa

Ternyata, Swiss tak jauh berbeda seperti di Indonesia, Bunda. Diungkap Evelyn, negara tersebut menggunakan beragam bahasa yang berbeda. Di Swiss, ternyata menggunakan empat bahasa.

"Yang pertama itu kebanyakan bahasa buat yang mau kerja atau tinggal di sini wajib tahu kalau di Swiss itu ada 4 bahasa nasional. Pembagian bahasa ini tuh tergantung dari wilayah di mana kita tinggal," ucapnya.

Untuk Evelyn yang tinggal hampir berdekatan ke  Jerman, wilayahnya menggunakan bahasa dari negara tersebut. Tapi, tak hanya itu. Ia masih harus berjuang karena bahasa tersebut memiliki dialek berbeda.

"Contoh kalau di kota aku tuh pakai Jerman karena lebih dekat ke part Jerman kan yang bikin pusing itu adalah biarpun kita sudah belajar Bahasa Jerman di sini, tetap ada bahasa lokal atau dialeknya yang namanya itu Swiss-Jerman," katanya.

"Ini agak beda sama Bahasa Jerman dan enggak ada sekolah atau les nya gitu. Jadi ya belajarnya harus ambil praktis sama lokal di sini."

2. Sulit berteman dengan orang lokal

Kesulitan selanjutnya yakni bersosialisasi dengan warga lokal, Bunda. Hal ini bukan karena warga di sana sombong melainkan memang memiliki kepribadian tertutup. Diungkap Evelyn, orang-orang di sana biasanya berteman dengan orang yang sudah dikenal sejak lama.

"Sulit untuk punya teman orang Swiss bukan mereka sombong ya guys, tapi orang Swiss itu terkenal introvert atau susah terbuka sama orang baru. That's why, orang Swiss kebanyakan teman-temannya ya teman SD, teman TK, yang sudah lama kenal gitu."

Teruskan membaca di halaman berikut ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! 


TAK ADA AKTIVITAS MALAM HINGGA AKSES MENIKMATI ALAM

evelyn

Suka Duka WNI Tinggal di Swiss, Mulai dari Kesulitan Bahasa hingga Penghasilan Bulanan/Foto: Instagram @evelyntrivena

3. Tak ada aktivitas malam

Berbeda seperti di Indonesia, aktivitas malam di Swiss cenderung tak ada, Bunda. Bahkan, jalanan kota di sana sepi jika sudah memasuki pukul 7 malam.

"Yang ketiga, kurangnya kegiatan di malam hari. Kalau di kota aku, 7:00 malam pasti jalanan udah sepi.

Tak hanya jalanan, toko-toko di sana pun sudah pasti tutup. Ini termasuk supermarket, ternyata tak ada yang buka selama 24 jam.

Banner Perkembangan Psikologi Anak

"Toko-toko sudah tutup, terus enggak ada juga minimarket yang 24 jam gitu."

Evelyn mengatakan bahwa ini terjadi karena adanya aturan jam tenang. Apalagi, orang-orang di sana juga sangat menghargai waktu istirahat, Bunda.

"Karena peraturan jam tenang di sini cukup ketat dan orang orangnya pun lebih menghargai waktu istirahat," paparnya.

4. Kualitas hidup

Setelah hal-hal yang kurang mengenakkan, Evelyn membeberkan apa saja yang membuat Swiss memiliki nilai lebih. Ini terkait kualitas hidup, Bunda.

Disebutnya, kualitas hidup di Swiss sangat tinggi. Ini tak hanya karena negara tersebut memiliki udara yang bersih, juga berlakunya aturan terkait emisi yang sangat ketat sehingga bahan baku makanan menjadi jauh lebih sehat.

"Kualitas hidup yang tinggi selain udara yang bersih, karena aturan emisi yang sangat ditaati, kualitas bahan makanan yang kita beli di supermarket juga lebih sehat."

"Punya kadar lemak dan gula yang rendah, minim pengawet, maka itu juga produk olahan di swiss expired-nya enggak ada yang lama, guys."

5. Penghasilan cenderung merata

Selanjutnya soal penghasilan, Bunda. Siapa sangka, penghasilan warga Swiss juga diatur agar merata.

"Penghasilan yang lebih merata atau adil ini terbukti. Ini adalah tolak ukur kesetaraan berdasarkan distribusi pendapatan di suatu negara. Contoh gampangnya beberapa perusahaan di Indonesia bisa mengaji pegawai ratusan juta per bulan, which is menurut aku, itu tuh jauh banget sama UMR-nya."

"Kalau di sini pekerja kantoran paling hanya akan lebih besar nol koma sampai maksimal 10 kali lipat dari UMR, itu tergantung jabatan. Tapi enggak akan sejauh itu itu bedanya guys," tuturnya.

6. Akses ke alam mudah

Selanjutnya soal alamnya, Bunda. Elvelyn mengaku bahagia tinggal di Swiss karena alamnya yang indah.

Selain itu, orang-orang di sana juga mendapat akses yang mudah untuk menikmati alam di sana. Untuk menikmati pemandangat alam tertentu, tersedia transportasi umum atau bisa jalan langsung.

"Akses ke alam yang mudah, contohnya ini jaraknya cuma 20 menit jalan kaki dari rumah aku dan di sini tuh kalian bisa duduk duduk menikmati alam."

"Banyak wisata alam di Swiss yang bisa ditempuh dengan public transport cable car atau yang mau olahraga bisa hiking juga ke atas, jadi semua orang punya kesempatan yang sama untuk menikmati alam," tuturnya.


(AFN/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda