
moms-life
Kisah Seru Keluarga Kusmajadi Keliling RI, Naik Campervan Dilengkapi Dapur & Toilet Bujetnya Berapa
HaiBunda
Sabtu, 26 Mar 2022 22:00 WIB

Rumahku, istanaku. Istilah ini tentu melekat erat pada kita ya, Bunda? Rumah selalu menjadi tempat tinggal, tumbuh, dan berkembangnya setiap orang. Namun bagi keluarga Kusmajadi, mobil telah menjadi rumah mereka selama menjelajah nusantara.
Keluarga yang terdiri dari Abah Dodi, Ambu Melati, Abang Hakim, dan Dek Sabiya ini menghabiskan waktu lebih dari tiga tahun berkeliling Indonesia dengan menaiki campervan. Mereka tinggal di mobil tersebut selama melakukan perjalanan panjang.
Kisah keluarga Kusmajadi bermula ketika mereka berlibur ke Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2017 silam. Tak disangka, keluarga ini menemukan sisi lain dari kehidupan yang tak pernah mereka ketahui sebelumnya.
Di desa terpencil itu, mereka melihat para penduduk yang hidup tenang dan bahagia meski jauh dari keramaian. Tak ada listrik dan ponsel di Desa Wae Rebo. Masyarakat desa memilih untuk hidup berdampingan dengan alam dan mempertahankan kelestarian budaya mereka.
Seketika, Ambu Melati terinspirasi untuk melakukan perjalanan bersama keluarga. Bunda dua anak itu ingin mempelajari kehidupan di setiap pelosok Indonesia, tak melulu soal hiruk-pikuk kota metropolis.
"Saya ajukan pada suami, dan itu banyak sekali konsekuensinya. Pada saat itu kami sedang berada di Kuala Lumpur, sehingga kita harus pulang," cerita Ambu Melati kepada HaiBunda, belum lama ini.
"Perjalanan ini harus dilakukan sebagai pembelajaran, bukan sebagai liburan. Kami akan belajar dari masyarakat Indonesia selama 2 tahun. Dengan berbagai pertimbangan, Abah Dodi pun harus berhenti bekerja," sambungnya.
Awalnya, terjadi percakapan panjang antara Ambu Melati dan suaminya yang diselingi berbagai argumentasi yang alot. Namun pada akhirnya, pasangan ini memutuskan untuk tancap gas dan melakukan perjalanan seperti yang direncanakan.
Abah Dodi yang bekerja di sebuah stasiun TV, berhenti dari pekerjaannya dan membawa pulang keluarga ke Indonesia. Ia kemudian mempertimbangkan berbagai jenis mobil yang akan mereka gunakan untuk berkeliling Indonesia, mulai dari SUV, MPV, hingga campervan.
Pertimbangannya tidak mudah, sebab mobil tersebut bukan cuma menjadi kendaraan saja. Melainkan juga tempat tinggal mereka selama berpetualang.
"Kemudian kami menemukan ada satu karoseri di Bogor yang bisa membuat campervan. Kita pertimbangkan ternyata mobil sejenis campervan ini cukup bisa untuk memenuhi kebutuhan kami selama melakukan perjalanan keliling Indonesia lewat road trip," papar Abah Dodi.
Budget yang dibutuhkan untuk membeli campervan tidaklah murah. Abah Dodi harus merogoh kocek ratusan juta demi membuat campervan yang diberi nama Si Moti.
"Untuk mendapatkan kualitas dan harga terbaik, sempat mengontak ke seluruh karoseri di Indonesia. Tapi yang paling memungkinkan untuk mengerjakan secara legal dan teknisnya hanya yang ada di Bogor. Budget-nya sendiri total dari mobil, aksesori, dan dokumen yang dikeluarkan mencapai Rp700 juta," ungkapnya.
Seperti apa campervan yang digunakan oleh keluarga Kusmajadi? Lanjutkan membaca di halaman berikutnya, Bunda.
Saksikan juga video tentang rumah susun yang disulap jadi rumah minimalis, di bawah ini:
LIHAT ISI 'MOTI' SI CAMPERVAN
Si Moti, Campervan Milik Keluarga Kusmajadi/Foto: Instagram @keluarga.kusmajadi
Campervan bernama Si Moti dipilih untuk menjadi teman perjalanan keluarga Kusmajadi. Didesain sebagai rumah portable, Si Moti menjadi saksi perjalanan keluarga Kusmajadi selama berpetualang.
Mobil berukuran besar itu didesain sedemikian rupa sehingga mampu melakukan perjalanan jauh. Di mobil ini, keempat anggota keluarga Kusmajadi juga dapat melakukan berbagai kegiatan sehari-hari seperti layaknya di rumah.
Bagian depan campervan merupakan kabin untuk Abah Dodi menyetir. Di sebelah kursi pengemudi, ada kursi panjang yang biasa digunakan oleh Ambu, Hakim, atau Sabiya ketika menemani sang Ayah.
Kemudian di bagian belakang, terdapat kursi, tempat tidur, area dapur dan toilet mini, serta meja lipat yang bisa digunakan untuk belajar hingga makan bersama.
Keluarga Kusmajadi meninggalkan rumah mereka di Jakarta dan mengawali perjalanan pada 3 September 2018. Kala itu, Hakim masih berusia 15 tahun. Sedangkan adiknya, Sabiya baru berusia 13 tahun. Kedua remaja ini melakukan kegiatan belajar selama melakukan perjalanan bersama Abah dan Ambu.
Meski awalnya sempat menolak dan ragu untuk ikut, Hakim dan Sabiya mendapatkan banyak pengalaman seru ketika berkeliling Indonesia menaiki Si Moti. Mereka berkenalan dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, di setiap tempat yang dikunjungi. Kedua remaja ini juga melihat berbagai macam kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang itu.
"Seperti di Palu kami bertemu anak muda yang melakukan hal baik mulai dari sekolah, bikin kebun mandiri untuk para penyintas gempa, dan berbagai macam kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang. Jadi anak-anak bisa lihat bahwa hidup bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain," tutur Ambu.
"Pada umumnya mereka belajar dari apapun yang mereka lihat di jalan, seperti budaya, sejarah, kearifan lokal, alam dan proses pembetukannya. Gurunya juga macam-macam ada guide, kepala suku, masyarakat lokal, tukang ojek, pedagang di pasar, Wikipedia, YouTube, jadi segala macam yang jadi sumber pengetahuan mereka di jalan adalah guru," imbuhnya.
"Ketika kami memilih tempat juga disesuaikan dengan keinginan kita belajar. Misalnya ketika kita ingin mengetahui tentang proses pembentukan Danau Toba, kami pergi ke sana. Jadi bukan hanya belajar akademis di sekolah, tapi juga dapat life skill," sambung Abah.
Selama melakukan perjalanan, keluarga Kusmajadi mengalami banyak suka dan duka. Baca di halaman berikutnya, Bunda.
PAHIT MANIS PERJALANAN
Keluarga Kusmajadi / Foto: Instagram @keluarga.kusmajadi
Di perjalanan, keluarga Kusmajadi mengalami hal menyenangkan hingga yang pahit. Mereka bisa menjelajahi berbagai tempat yang mereka inginkan, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Ketika sedang lelah, keluarga ini biasa memarkir Si Moti di tempat umum seperti SPBU, atau halaman rumah warga lokal. Mereka juga bisa berhenti di tempat yang berhadapan langsung dengan pemandangan alam, mulai dari tepi sawah, kaki bukit, hingga pantai.
"Semua daerah punya kecantikan dan pesona masing-masing. Tempat kamping favorit kami itu di Sumbawa, ada padang savana dengan ribuan ekor kerbau dan bunyi lonceng di gantungan leher mereka, lalu di belakang kita ada Gunung Tambora, serta Teluk Saleh. Udaranya sejuk. Kalau keindahan alam bawah laut tentu saja di Raja Ampat", kata Ambu.
Enggak cuma menikmati pemandangan indah setiap hari, keluarga Kusmajadi juga selalu menjalin hubungan dengan warga lokal. Dari perkenalan itu, mereka mendapatkan banyak cerita menarik yang menambah wawasan.
"Kami senang dengan pesona alam, tapi paling berkesan justru ketika berinteraksi dengan warga lokal, berbincang soal kehidupan mereka. Banyak sekali pertukaran pengetahuan dan informasi yang kami dapatkan. Hingga saat ini juga banyak warga lokal yang menjalin kontak dengan kami," ujarnya.
Selain mengenal budaya, mereka juga berkesempatan mencicipi kuliner lokal di setiap daerah. "Apalagi Indonesia itu kan kaya dengan boga laut, seafood. Itu kesempatan kami makan seafood yang belum dibekukan, ikan segar langsung dari laut, jadi cukup sering kulineran itu," imbuhnya.
Meski begitu, keluarga Kusmajadi juga telah melewati banyak situasi menegangkan. Seperti ketika campervan mereka disatroni para pemabuk di tengah malam. Beruntung, mereka dibantu oleh warga lokal yang mengamankan orang-orang itu.
Keluarga Kusmajadi pernah mengalami hal yang sangat menyakitkan. Suatu ketika, mereka sempat mengajak salah satu kerabat dekat untuk menjelajahi Sulawesi Tenggara. Namun malang tak dapat ditolak. Suatu insiden menyebabkan kerabat mereka meninggal dunia dalam perjalanan.
"Beliau meninggal di Lembah Bada, Sulawesi Tenggara. Itu adalah pengalaman paling kelam yang kami alami karena berkecamuk sekali perasaan ini. Sedih rasanya ditinggalkan. Akhirnya kami membawa kembali jenazah beliau ke Garut untuk dimakamkan di desa kelahirannya," tutur Ambu.
Baca Juga : 5 Tips Liburan On Budget Rasa Mewah |
Meski sempat trauma, hal itu tak menghentikan keluarga Kusmajadi dalam menjelajahi setiap provinsi di Indonesia. Hingga saat ini, mereka sudah mengunjungi seluruh provinsi, Bunda.
Perjalanan terakhir mereka adalah wilayah Indonesia Timur. Keluarga Kusmajadi mengunjungi Maluku, Ternate, hingga Papua. Setelah menyelesaikan misi mereka, perjalanan keluarga ini tamat pada 20 Maret 2022 lalu. Mereka baru saja pulang ke Jakarta, Bunda.
"Alhamdulillah sampai dengan tanggal 20 Maret 2022, sudah seluruh provinsi kita kunjungi. Lalu sampai Jakarta tanggal 20 Maret di rumah kami di Pondok Cabe, Jakarta. Jadi berkelana dengan Si Moti sudah selesai. InsyaAllah sekarang istirahat dulu," kata Abah.
Abah Dodi dan Ambu Melati tak memungkiri bahwa mereka bisa saja memulai kembali perjalanan suatu saat nanti. Namun mereka mengaku tidak memiliki target.
"InsyaAllah kami akan terus berkelana jika mau. InsyaAllah kalau ada rezeki, usia, dan kesempatan. Enggak ada target sih, kapan kita harus terus jalan. Pokoknya kalau ada rezeki kita jalan lagi, kalau tidak ya kita stay di rumah," ujar Abah.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
10 Negara dengan Harga Rumah Termahal di Dunia, Indonesia Urutan Berapa?

Mom's Life
Simak Syarat dan Prosedur KPR Rumah dengan BPJS Ketenagakerjaan

Mom's Life
Sudah Punya Rumah Tetap Harus Bayar Iuran Wajib Tapera, Ini Alasannya

Mom's Life
Kisah Rumah Paling 'Kesepian' di Dunia, Ternyata Menyimpan Fakta Menarik Bun

Mom's Life
Hidup di Campervan Sambil Keliling Indonesia, Begini Keseharian Keluarga Kusmajadi


9 Foto
Mom's Life
9 Potret Seru Keluarga Kusmajadi, Keliling Indonesia Naik 'Moti' Si Campervan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda