5 Dampak Infeksi Luka Operasi karena Bakteri Resisten, Bunda Perlu Tahu

In the Hospital Sick Male Patient Sleeps on the Bed. Heart Rate Monitor Equipment is on His Finger.

Ilustrasi Infeksi Luka Operasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/gorodenkoff

Beberapa orang pernah melakukan tindakan operasi untuk berbagai macam hal, mulai dari melahirkan, peningkatan kesehatan, dan masih banyak lagi. Namun, bagaimana jika luka operasi ini mengalami infeksi?

Antimicrobial resistance (AMR) atau bakteri resisten merupakan salah satu masalah yang masih banyak terjadi baik secara nasional maupun global. AMR terjadi ketika kuman seperti bakteri dan jamur bermutasi dan berkembang untuk mengalahkan obat yang dirancang untuk membunuh mereka (antibiotik).

Kalau hal ini terjadi, kuman atau bakteri tidak akan mati dan terus berkembang. Hasilnya, luka akan terinfeksi dan bisa jadi tidak mungkin untuk diobati.

Penyebab bakteri resisten

Menurut dr. Harry Parathon, Sp.OG (K), Ketua Pusat Resistansi Antimikroba Indonesia (PRAINDO), salah satu penyebab dari bakteri resisten ini adalah penggunaan antibiotik yang tidak sesuai.

"Antibiotik bukan satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan pasien. Kelebihan antibiotik atau overused bisa menyebabkan masalah," katanya dalam Virtual Press Conference Inovasi Sorbact Mencegah Resistansi Anti Mikroba (AMR) dalam Perawatan Luka, Selasa (29/11/2022).

Berdasarkan sebuah penelitian di tahun 2021, sekitar 70 hingga 80 persen antibiotik disalahgunakan di Indonesia, Bunda. Dampaknya adalah angka bakteri resisten di Tanah Air pun meningkat.

Lebih lanjut, Harry mengatakan bakteri resisten adalah hal yang perlu diwaspadai dan ditindaklanjuti. Ia pun mengatakan kasus ini telah menarik perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"WHO sudah memandang perlu melakukan klasifikasi terhadap bakteri resisten," ungkap dia.

Dampak infeksi luka operasi

Bakteri resisten ini juga bisa menyebabkan terjadinya infeksi pada luka operasi. Harry pun menjelaskan beberapa dampak dari infeksi luka operasi. Berikut deretannya:

1. Pasien dan keluarga stres

Ketika luka operasi pasien mengalami infeksi, pasien dan keluarga tentunya akan merasa stres dan tertekan. Pasien dan keluarga pun akan mulai memikirkan dampak-dampak negatif yang mungkin terjadi.

"Stres karena lukanya tidak sembuh, stres karena lukanya tambah parah, stres juga karena tidak bisa mobilisasi," papar Harry.

2. Dokter ikut stres

Selain pasien dan keluarga, dokter yang menangani pasien dengan infeksi luka operasi juga akan merasa tertekan, Bunda.

"Dokternya juga bisa ikut stres. (Pasien) bisa sembuh atau enggak, ya? Nanti pasien bilang apa tentang saya di luar sana, ya?," imbuh Harry.

Klik baca halaman berikutnya untuk melihat dampak lainnya, Bunda.

Pilihan Redaksi

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Saksikan lagi video tips mengurangi rasa nyeri akibat luka operasi caesar berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]

DAMPAK INFEKSI LUKA OPERASI

Hospital Ward: Portrait of Beautiful Young Woman Sleeping in Bed, Fully Recovering after Sickness. Female Patient Dreaming About Her Happy Healthy Future.

Ilustrasi Infeksi Luka Operasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/gorodenkoff

3. Menular ke orang lain

Bakteri resisten yang terjadi pada luka bekas operasi yang dimiliki seseorang ini sebelumnya bisa saja didapatkan dari pasien lain. Itu artinya, bakteri resisten ini juga bisa ditularkan kepada pasien lainnya.

"Bakteri bisa saja didapat dari pasien lain, dan bisa juga menularkan (bakteri) ke pasien lain," ujar dr. Harry.

4. Adanya tambahan penanganan

Dokter Harry menjelaskan, infeksi luka operasi tidak bisa didiamkan begitu saja. Bisa jadi, pasien akan mendapatkan obat tambahan, operasi tambahan, hingga penanganan lainnya yang juga menyebabkan penambahan biaya.

5. Cacat fisik

Dampak parah lainnya yang bisa terjadi akibat infeksi luka operasi ini adalah adanya cacat fisik pada pasien.

"Salah satu yang tidak kita inginkan bisa terjadi cacat," ungkap Harry.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasannya, dr. Harry menyimpulkan bahwa antibiotik sangat baik digunakan jika secara baik dan teratur. Hindari penggunaan antibiotik jika tidak ada indikasi.

"Jadi gunakanlah secara bertahap dari yang (dosis) rendah, menengah, dan kalau gagal baru yang ke tinggi. Dan ini juga ada aturannya," jelas dia.