Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

5 Bahaya Sembarangan Pakai Antibiotik, Bikin Bakteri Kebal & Pengobatan Makin Mahal

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Kamis, 19 Sep 2024 19:20 WIB

Ilustrasi Virus
Ilustrasi Resistensi Antimikroba/Foto: Getty Images/iStockphoto/Evgenii Kovalev
Jakarta -

Antibiotik merupakan obat yang bisa menghancurkan atau memperlambat pertumbuhan bakteri, Bunda. Tidak hanya itu, antibiotik juga menjadi obat yang sangat kuat untuk mengatasi berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

Sayangnya, beberapa orang mungkin menggunakan antibiotik secara sembarangan. Hal ini akan menyebabkan bakteri kebal terhadap antibiotik tersebut.

Kondisi ini disebut dengan resistensi antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR). Jika terjadi, AMR akan berdampak pada semakin sulitnya pengobatan dan perawatan terhadap pasien.

Banner Tips Kesehatan Jantung

Data AMR di Indonesia

Fenomena AMR sendiri masih banyak dijumpai di Indonesia. Hal ini turut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Azhar Jaya, SH, SKM, MARS.

"Data AMR di Indonesia secara khusus didapatkan dari data yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, di mana hasil pengukuran Extended-spectrum Beta-Lactamase (ESBL) tahun 2022 pada 20 rumah sakit sentinel site sebesar 68 persen," ungkap Azhar pada rilis Kementerian Kesehatan yang ditulis pada Selasa (17/9/2024).

"Kemudian, di tahun 2023 pada 24 rumah sakit sentinel site sebesar 70,75 persen dari target ESBL tahun 2024 yakni sebesar 52 persen. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan resistensi antimikroba pada bakteri jenis Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae," sambungnya.

Kedua bakteri ini bisa menyebabkan kematian serta menyerang seluruh sistem organ dalam tubuh manusia, Bunda.

Sementara itu, data WHO Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS) tahun 2022 menyebutkan bahwa resistenti antimikroba pada Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae di Indonesia terdeteksi melalui pemeriksaan spesimen darah atau urine pasien yang terinfeksi AMR.

Dampak AMR pada pasien

Ada beberapa dampak AMR yang mungkin terlihat pada pasien, Bunda. Berikut ini deretannya:

1. Pengobatan butuh upaya besar

Berdasarkan laporan rumah sakit yang diterima Kemenkes, penanganan pasien dengan infeksi antimikroba membutuhkan upaya yang besar. Hal ini karena bakteri yang kebal terhadap antibiotik memengaruhi perawatan pasien.

"Merawat pasien dengan infeksi AMR sangat sulit karena beberapa faktor. Yang pertama adalah pilihan obat terbatas. Obat yang efektif untuk pasien AMR mungkin tidak tersedia atau mahal dan patogen bisa menjadi resisten terhadap antibiotik yang ada," jelas Azhar.

2. Penegakan diagnosis lambat

Ketika seseorang mengidap AMR, penegakan diagnosis akan menjadi lambat. Kondisi ini terjadi karena dibutuhkan pemeriksaan kultur dan uji kepekaan dalam menegakkan diagnosis pasien.

"Kedua, penegakan diagnosis menjadi lambat. Dibutuhkan pemeriksaan kultur dan uji kepekaan dalam menegakkan diagnosis pasien infeksi lama, di mana untuk pemeriksaan tersebut memerlukan waktu, sehingga memperlambat perawatan yang tepat. Kemudian, dibutuhkan komitmen pimpinan rumah sakit untuk optimalisasi fungsi laboratorium," sambungnya.

3. Memerlukan antibiotik dengan efek samping berat

Tidak hanya itu, ada pula efek samping lainnya yang mungkin terjadi. Pengobatan resistensi antimikroba sering kali memerlukan antibiotik dengan efek samping yang berat atau risiko roksisitas.

4. Penyebaran infeksi

AMR mungkin saja mengalami penyebaran infeksi, Bunda. Infeksi resistensi antimikroba bisa menyebar cepat, terutama di lingkungan rumah sakit, sehingga memerlukan langkah-langkah pengendalian infeksi yang ketat.

5. Biaya yang tinggi

Pengobatan AMR membutuhkan biasa yang sangat tinggi. Hal ini karena perawatannya membutuhkan waktu yang lama.

"Kelima, biaya tinggi. Karena perawatan AMR membutuhkan waktu yang lama (Length of Stay/Los memanjang) sehingga pengobatan AMR menjadi sangat mahal, produktivitas pasien dan keluarga penunggu menurun, serta membebani pasien dan jaminan kesehatan," lanjut Azhar.

Tips bijak mengonsumsi antibiotik

Dirjen Pelayanan Kesehatan Azhar Jaya turut menyampaikan berbagai tips bijak dalam mengonsumsi antibiotik. Berikut ini deretannya:

  • Gunakan antibiotik hanya jika diresepkan oleh dokter. Ikuti petunjuk dokter mengenai dosis dan durasi pengobatannya, Bunda.
  • Jangan menggunakan antibiotik yang dibeli tanpa resep atau sisa obat dari perawatan sebelumnya.
  • Jika dokter meresepkan antibiotik untuk infeksi yang tampaknya ringan, tanyakan alasan dan manfaatnya, serta alternatif pengobatan yang mungkin tersedia.
  • Jika Bunda memiliki hewan peliharaan, pastikan antibiotik yang diberikan pada hewan peliharaan juga digunakan secara bijaksana, ya. Hal ini karena resistensi dapat terjadi di antara hewan dan manusia.
  • Untuk menghindari risiko infeksi dan kebutuhan antibiotik, lakukan kebiasaan higienis yang baik seperti mencuci tangan secara teratur, serta melakukan vaksinasi yang diperlukan untuk mencegah infeksi yang memerlukan antibiotik.
  • Diskusikan kekhawatiran Bunda dengan tenaga medis tentang penggunaan antibiotik, manfaat, serta risikonya. Pertanyaan ini bisa membantu Bunda memahami keputusan perawatan yang akan diambil.

Dalam rilis yang sama, Azhar menyebut bahwa Strategi Nasional (Stranas) Antimicrobial Resistance 2025-2029 telah mengatur kampanye penggunaan antibiotik yang bijak. Tidak hanya kepada masyarakat, kampanye ini juga ditujukan kepada tenaga medis

Pengawasan terhadap pemberian antibiotik perlu dilakukan melalui Rekam Medis Elektronik (RME) yang digunakan oleh tenaga medis. Selain itu, perlu juga kewajiban melaporkan penggunaan antibiotik golongan cadangan (reserve antibiotics) pada pasien beserta alasannya.

"Tenaga kesehatan selain dokter, tidak diperkenankan memberikan resep, kecuali mendapatkan kewenangan tambahan dari Menteri atau peraturan perundang-undangan," tutur Azhar.

Demikian informasi seputar resistensi antimikroba, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda