MOM'S LIFE
Suka Makan Berlebihan saat Stres? Mungkin Itu Emotional Eating Bun
Amira Salsabila | HaiBunda
Rabu, 08 Feb 2023 17:55 WIBEmotional eating adalah saat seseorang menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi perasaan alih-alih untuk memuaskan rasa lapar. Makan secara emosional tanpa disadari bisa mempengaruhi berat badan, kesehatan, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Meski tidak sering ditemukan orang yang menghubungkan antara makan dan perasaannya, tetapi memahami apa yang mendorong makan secara emosional dapat membantu seseorang mengambil langkah untuk mengubahnya.
Sebagian orang sering beralih ke makanan saat mereka stres, kesepian, sedih, cemas, atau bosan. Stres harian ringan dapat menyebabkan seseorang mencari kenyamanan atau gangguan dalam makanan.
Penyebab emotional eating
Melansir dari laman Healthline, hampir semua hal bisa memicu keinginan untuk makan. Alasan eksternal umum seseorang melakukan emotional eating adalah sebagai berikut:
- Stres kerja
- Kekhawatiran terhadap keuangan
- Masalah kesehatan
- Perjuangan dalam hubungan
Orang yang mengikuti diet ketat memiliki riwayat diet memiliki potensi lebih mungkin untuk makan secara berlebihan saat stres. Penyebab internal lainnya yang termasuk sebagai faktor risiko emotional eating adalah sebagai berikut:
- Kurangnya kesadaran introspektif, menyadari bagaimana perasaan Bunda.
- Alexithymia, kurangnya kemampuan untuk memahami, memproses, atau menggambarkan emosi.
- Disregulasi emosi, ketidakmampuan untuk mengelola emosi.
- Sumbu stres hipotalamus hipofisis adrenal terbalik, respons kortisol yang kurang aktif terhadap stres.
Bahaya emotional eating
Gangguan emotional eating adalah sebuah siklus. Siklus ini dapat menyebabkan efek samping kesehatan mental dan fisik, di antaranya:
- Kelelahan yang berlebihan
- Peningkatan lemak perut
- Fluktuasi berat badan
- Sakit perut, kram, atau masalah pencernaan lainnya
- Keasyikan dengan makanan
- Merasa di luar kendali
- Menyendiri
- Kesulitan membedakan antara rasa lapar emosional dan fisik
Stres, bersamaan dengan emotional eating, juga dapat meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan kondisi jantung.
Saat kortisol terbentuk dengan stres yang berlebihan, hal itu dapat meningkatkan kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida Bunda. Perubahan ini juga berkontribusi pada akumulasi plak arteri dan penyakit arteri koroner.
Sementara itu, kortisol juga dapat mempengaruhi fungsi metabolisme, yang dapat mempersulit penurunan berat badan. Obesitas adalah faktor pemicu dari masing-masing kondisi ini dan dapat menyebabkan lebih banyak stres.
Kondisi seperti kolesterol tinggi atau diabetes tidak terjadi dalam semalam atau hanya karena Bunda sesekali memanjakan diri.
Tanda-tanda yang lebih cepat bahwa stres membebani tubuh Bunda adalah masalah tidur seperti insomnia, ketegangan otot, nyeri otot, dan migrain. Jika stres dan masalah terkait seperti emotional eating tidak ditangani cukup lama, kesehatan jantung mungkin mulai terganggu.
5 Cara mengatasi emotional eating
Mungkin sulit untuk mengubah kebiasaan seperti emotional eating, tetapi itu mungkin saja bisa diubah. Di bawah ini adalah beberapa cara untuk membantu Bunda mengatasinya.
1. Menggerakkan tubuh
Menggerakkan tubuh bisa menjadi cara yang ampuh untuk mengelola stres dan kecemasan. Aktivitas ini membantu mengurangi kadar hormon stres dalam tubuh Bunda.
Selain itu, ini juga dapat melepaskan endorfin untuk meningkatkan suasana hati. Rutinitas olahraga dapat membantu mengelola pemicu emosional yang mendasari untuk makan. Tidak perlu latihan intens, pertimbangkan untuk berjalan kaki lima menit atau melakukan peregangan ringan.
2. Cobalah perhatian penuh
Mindfulness memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mental. Ini menjadi cara yang ampuh untuk mengelola kecemasan dan depresi. Itu juga telah terbukti mengurangi stres makan.
Jika menemukan bahwa stres, suasana hati yang buruk, atau kecemasan adalah pemicu rasa ingin makan, praktik mindfulness dapat membantu Bunda.
3. Perhatikan nafsu makan
Jika telah melakukan diet untuk sebagian besar hidup, mungkin sulit untuk menyesuaikan dengan isyarat lapar dan kenyang. Perlu beberapa latihan untuk mulai menyadari seperti apa sebenarnya rasa lapar dan kenyang secara fisik.
Menyadari isyarat lapar fisik dapat membantu Bunda memperhatikan saat Bunda makan karena alasan emosional.
4. Mendapatkan dukungan
Pertimbangkan untuk mendapatkan bantuan tambahan dari para profesional. Cari ahli diet dengan pengalaman mendukung orang dengan gangguan emotional eating. Mereka dapat membantu Bunda mengidentifikasi pemicu makan dan menemukan cara untuk mengelolanya.
Seorang psikolog dapat membantu Bunda menemukan cara lain untuk mengatasi emosi yang sulit saat Bunda menjauh dari penggunaan makanan.
5. Membuat jadwal makan
Menjadwalkan makanan dapat membantu Bunda menahan rasa lapar secara fisik. Rasa kenyang juga dapat membantu menahan rasa lapar secara emosional. Menjadwalkan makanan tidak berarti Bunda perlu menyiapkan makanan untuk seminggu.
Sebagai gantinya, pertimbangkan untuk membuat rencana makan mingguan yang mencakup sarapan, makan siang, makan malam, dan camilan. Kemudian, tetapkan jam berapa akan makan setiap kali makan.
Nah, itulah beberapa hal yang perlu Bunda pahami seputar emotional eating, yakni makan secara berlebihan saat stres. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bunda, yuk, download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Saksikan juga video tanda-tanda kesehatan mental Bunda terganggu yang ada di bawah ini, ya, Bunda.
(asa)