moms-life

7 Gangguan Menstruasi yang Umum Terjadi, Waspada dan Jangan Sepelekan

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Sabtu, 10 Jun 2023 21:55 WIB

Gangguan menstruasi yang umum terjadi biasanya menandakan sesuatu hal dalam organ reproduksi. Berat atau ringan, baiknya hal tersebut tak disepelekan.

Beberapa wanita hanya merasa kurang nyaman tanpa terasa sakit yang tajam saat sedang menstruasi. Meski demikian, Bunda harus waspada.

Penyakit terkait reproduksi wanita yang membahayakan kesehatan secara keseluruhan mungkin saja terjadi di dalam tubuh Bunda. Karenanya, segera konsultasikan ke dokter apabila mendapati gejala-gejala tertentu.


Banner Susah Turun BB Meski Sudah Diet

Seperti apa gangguan menstruasi yang umum terjadi dan bagaimana cara mengatasinya? 

Gangguan menstruasi pada wanita

Mengutip dari Healthy Women, gangguan menstruasi merupakan gejala fisik dan/atau emosional yang mengganggu sebelum serta selama menstruasi, termasuk pendarahan hebat, terlambat haid, dan perubahan suasana hati yang tidak terkendali.

Beberapa wanita melewati periode bulanan dengan mudah bahkan hanya sedikit atau tanpa kekhawatiran. Menstruasi datang seperti jarum jam, mulai dan berhenti pada waktu yang hampir sama setiap bulan, menyebabkan ketidaknyamanan.

Pada beberapa kasus, wanita bisa mengalami sejumlah gejala fisik atau emosional sebelum dan selama menstruasi yang mengganggu kehidupannya. Entah itu rasa sakit yang luar biasa atau mood swing. 

Tipe gangguan menstruasi 

1. Pendarahan menstruasi yang berat

1 dari 5 wanita mengeluarkan banyak darah selama menstruasi sehingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pendarahan dianggap berat jika mengganggu aktivitas normal. 

Darah yang keluar selama periode menstruasi normal itu sekitar 5 sendok makan. Jika Bunda mengalami pendarahan menstruasi yang berat, Bunda mungkin mengalami pendarahan sebanyak 10 hingga 25 kali lipat dari jumlah tersebut setiap bulan. 

Bunda juga harus mengganti pembalut setiap jam, misalnya, tiga atau empat kali sehari. Pendarahan menstruasi yang berat dapat terjadi pada berbagai tahap kehidupan, selama masa remaja ketika Bunda pertama kali mulai menstruasi dan di usia akhir 40-an atau awal 50-an, saat mendekati menopause.

Perdarahan menstruasi yang berat dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, kelainan struktural pada rahim, seperti polip atau fibroid, dan kondisi medis lainnya.

2. Amenorea

Bunda mungkin juga pernah mengalami masalah sebaliknya, yakni tidak ada periode menstruasi sama sekali dalam satu bulan. Kondisi ini disebut amenorea atau tidak adanya menstruasi normal yang terjadi dalam satu bulan.

Terdapat dua jenis amenorea:

1. Amenorea primer

Ini dapat didiagnosis jika Bunda belum menstruasi saat berusia 16 tahun. Ini biasanya disebabkan oleh beberapa masalah pada sistem endokrin yang mengatur hormon. 

Terkadang hal ini disebabkan oleh berat badan rendah yang terkait dengan gangguan makan, olahraga berlebihan, atau obat-obatan. Kondisi medis ini juga dapat disebabkan oleh beberapa hal lain, seperti masalah pada indung telur, area otak yang disebut hipotalamus, atau kelainan genetik.

2. Amenorea sekunder

Amenorea sekunder dapat didiagnosis jika Bunda mengalami menstruasi teratur tapi tiba-tiba berhenti selama tiga bulan atau lebih. Ini bisa disebabkan oleh masalah yang memengaruhi kadar estrogen, termasuk stres, penurunan berat badan, olahraga, atau penyakit.

Selain itu, masalah yang memengaruhi kelenjar hipofisis (seperti peningkatan kadar hormon prolaktin) atau tiroid (termasuk hipertiroidisme atau hipotiroidisme) dapat menyebabkan amenore sekunder. 

Kondisi ini juga dapat terjadi jika pernah mengalami kista ovarium atau ovarium diangkat melalui pembedahan.

3. Kram menstruasi yang parah (dismenore)

Kebanyakan wanita pernah mengalami kram menstruasi sebelum atau selama haid dalam hidupnya. Bagi sebagian orang, ini bagian dari 'tamu bulanan'. Namun jika Bunda mengalami kram yang sangat menyakitkan dan terus-menerus, ini disebut dismenore.

Dismenore adalah nyeri akibat kram menstruasi disebabkan oleh kontraksi rahim. Pemicunya adalah prostaglandin, zat mirip hormon yang diproduksi oleh sel lapisan rahim dan beredar di aliran darah.

Jika Bunda mengalami nyeri haid yang parah mungkin hingga diare atau terkadang merasa ingin pingsan, itu karena prostaglandin mempercepat kontraksi di usus. Hal tersebut bisa mengakibatkan diare, menurunkan tekanan darah, dan menyebabkan pusing.

4. Premenstrual syndrome (PMS)


PMS adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan berbagai macam gejala fisik dan psikologis yang berhubungan dengan siklus menstruasi. Sekitar 30% sampai 40% wanita mengalami gejala yang cukup parah hingga mengganggu gaya hidupnya.

Gejala PMS lebih parah dan mengganggu daripada pramenstruasi ringan yang dialami oleh 75% wanita. Ada lebih dari 150 gejala PMS yang parah, paling umum depresi.

Gejala biasanya berkembang sekitar 5 hingga 7 hari sebelum menstruasi dan menghilang begitu menstruasi dimulai.

PMS tampaknya disebabkan oleh naik-turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron. Ini dapat memengaruhi zat kimia otak, termasuk serotonin, zat yang memiliki pengaruh kuat pada suasana hati. 

5. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)

Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) adalah gangguan pramenstruasi jauh lebih parah daripada PMS. Wanita yang mengalami PMDD (sekitar 3% sampai 8%) mengatakan hal itu sangat mengganggu kehidupan. 

Para ahli menyamakan antara PMS dan PMDD dengan perbedaan antara sakit kepala tegang ringan dan migrain. Gejala PMDD yang paling umum adalah peningkatan amarah, kecemasan, dan perubahan suasana hati.

Wanita yang memiliki riwayat depresi berat, depresi pascamelahirkan, atau gangguan mood berisiko lebih tinggi terkena PMDD dibandingkan lainnya. Gejala terkait PMDD (baik emosional maupun fisik) bersifat siklus. 

Ketika seorang wanita mulai menstruasi, gejalanya bisa mereda dalam beberapa hari. Gejala terkait depresi dapat bertahan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. 

6. Oligomenore

Oligomenore adalah salah satu tanda gangguan menstruasi. Jika Bunda mengalami menstruasi yang tidak teratur, mungkin Bunda mengalami Oligomenore.


Mengutip dari WebMed dan Healthline, Bunda yang sering terlambat haid atau jarang menstruasi setiap bulan bisa saja mengalami oligomenore. Ini suatu kondisi di mana haid sering datang terlambat setiap bulan dan tidak teratur. 

Menstruasi biasanya terjadi setiap 21 hingga 35 hari. Seorang wanita yang secara teratur tidak menstruasi lebih dari 35 hari dapat didiagnosis oligomenore. 

Diagnosis juga termasuk oligomenore jika Bunda telat haid lebih dari 90 hari tapi tidak hamil. Ini bisa berarti Bunda hanya mengalami empat hingga sembilan kali haid setiap tahun.

Oligomenore terjadi pada sekitar 13,2% populasi umum. Jumlah ini meningkat menjadi 20% di antara wanita dengan masalah kesuburan yang ada.

Meskipun tidak berbahaya tapi bisa mempengaruhi kesuburan Bunda, terutama bagi yang berencana hamil. Untuk itu, Bunda dianjurkan mengonsultasikannya ke dokter jika sering mengalami telat haid.

7. Menorrhagia

Jika Bunda sering haid lebih dari seminggu mungkin mengalami menorrhagia. Menorrhagia merupakan istilah medis yang menggambarkan perdarahan berat saat menstruasi, umumnya lebih dari satu minggu. 

Jangan disepelekan ya, Bunda. Ini bisa menjadi tanda adanya kondisi kesehatan tertentu yang mungkin butuh pengobatan medis.

Itulah 7 gangguan menstruasi yang umum terjadi. Jika dirasa sangat mengganggu, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! 

(fia/fia)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT