Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Menilik Kisah Malahayati, Laksamana Wanita Pertama Dunia dari Tanah Rencong

Annisa Afani   |   HaiBunda

Selasa, 07 Nov 2023 16:45 WIB

Laksamana Malahayati
Menilik Kisah Malahayati, Laksamana Wanita Pertama Dunia dari Tanah Rencong/Foto: Edy Wahyono
Jakarta -

Tanah Air merdeka berkat para pahlawan yang berjuang mati-matian. Dari Indonesia bagian Sabang, terdapat beberapa nama pahlawan perempuan, salah satunya Malahayati.

Perempuan asli Aceh kelahiran 1 Januari 1550 ini dikenal sebagai singa betina dari Tanah Rencong yang bernyali besar yang melawan kolonialisme, Bunda. Terlahir dengan nama Keumalahayati, ia merupakan putri dari Laksamana Mahmud Syah dan cucu Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530-1539 M.

Mengutip dari detikcom, sebelum terjun ke medan pertempuran, Malahayati pernah menjabat sebagai kepala protokol kerajaan Aceh. Ketika itu, tamu asing yang ingin menghadap Sultan harus melewati pemeriksaannya terlebih dulu sebelum berhadapan dengan Sultan.

Sultan yang bertakhta di masa itu yakni Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riatsyah (1588-1604), dan ia punya alasan tersendiri mengangkat Malahayati sebagai kepala protokol.

Diketahui, saat itu kondisi sultan sudah berusia lanjut. Ia pun memilih Malahayati karena dianggap dapat memegang amanah.

"Beliau (Malahayati) adalah wanita tangguh dan diberdayakan oleh sultan Aceh waktu itu. Beliau sangat dipercaya oleh sultan," kata Sejarawan Aceh, Dr Husaini Ibrahim.

Pemimpin pasukan Inong Balee

Pada tahun 1585-1604, Malahayati memegang jabatan sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Selain itu, ia juga menjadi memimpin dari 2.000 orang pasukan Inong Balee.

Inong Balee sendiri merupakan janda-janda pahlawan yang telah gugur. Mereka berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal.

Malahayati pun mendapat gelar Laksamana karena keberaniannya tersebut. Sehingga, ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.

Laksmana Malahayati kala itu memang sengaja membentuk pasukan Inong Balee. Tujuannya, untuk memperjuangkan nasib Aceh dan perempuan janda.

"Dalam hal ini beliau ingin memperjuangkan bukan hanya nasib sendiri tapi nasib Aceh dan juga nasib wanita pejuang yang suaminya juga gugur di medan pertempuran," ungkap Husaini.

Wafat di kapal perang

Mengutip buku Meniti Berkah dalam Setiap Langkah (Kisah Hebat para Sahabiyah, Ilmuan Muslimah, dan Muslimah Nusantara) karya Ririn Astutiningrum, Sultan Aceh Darussalam ke-20 yaitu Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam dilantik pada 1607. Di kala itu, Laksamana Malahayati dalam keadaan sakit-sakitan.

Sambil dipapah, ia menyaksikan pelantikan sang sultan yang kelak menjadi sultan terbesar kerajaan Aceh Darussalam. Usai pelantikan tersebut, Laksamana Malahayati meminta untuk dibawa ke kapal komandonya yang berada di pelabuhan Ulee Lheu.

Di situlah ia menghabiskan hari-harinya sebelum kembali menghadap Tuhan Yang Maha Esa. Seorang perempuan muslimah panglima perang pertama di dunia, bukan hanya di Aceh semata, Laksamana Malahayati dimakamkan di Desa Lamreh Krueng Raya, Aceh Besar, Aceh.

(AFN/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda