
moms-life
Cerita Bunda Diaspora Besarkan Anak di Australia, Kesehatan Mental Ibu Jadi Prioritas
HaiBunda
Sabtu, 10 Feb 2024 14:20 WIB

Menjadi seorang ibu dan membesarkan anak bukan hal yang mudah bagi semua perempuan, terutama mereka yang merantau jauh dari keluarga. Hal inilah yang dirasakan oleh seorang Bunda Diaspora bernama Tina.
Tina adalah ibu rumah tangga yang kini tinggal di Australia bersama suami dan anak perempuannya. Selama menjadi ibu rumah tangga yang merantau, banyak hal yang sudah ia rasakan.
Pengalamannya itu ia bagikan kepada para Bunda lainnya dengan membuat konten di media sosialnya. Salah satu kontennya yang cukup menarik perhatian adalah pernyataannya soal kesehatan mental para bunda di Australia menjadi prioritas nomor satu.
Dalam konten tersebut, Tina membagikan pengalamannya yang sempat mengalami masalah mental saat baru pertama kali memiliki anak.
“Pernah banget ngalamin mental down berkali-kali di tiga bulan pertama sampe muncul indikasi buat menyakiti diri sendiri karena ternyata menjadi ibu dari seorang newborn sangatlah consuming hingga akhirnya mentalku kena,” ujar Tina, dikutip dari laman Instagram@tinaceuentin, Jumat (9/2/2024).
Kendati demikian, Tina sangat beruntung karena Australia memiliki kebijakan di mana kesehatan mental seorang ibu menjadi hal utama yang harus dijaga dan dikelola dengan baik.
Ketika mengikuti pemeriksaan kesehatan mental ibu, Tina disebut mengalami stres dengan level berbahaya berdasarkan hasil pemeriksaan. Beruntung, tak membutuhkan waktu lama Tina segera mendapat penanganan dari terapis profesional.
“Beberapa minggu kemudian, aku terima SMS dari salah satu Social Worker yang dijadwalkan rutin datang ke rumah untuk konseling. Dit It Help? YES,” tutur Tina.
Langsung Bergabung dengan Group Ibu Baru Setelah Melahirkan
“Istilah ibu dan bayi enggak boleh keluar sebelum 40 hari enggak berlaku di sini. Selain enggak ada yang percaya mitos, beruntungnya di sini banyak hal yang bisa bikin ibu baru tetap waras,” ujar Tina.
Salah satunya yang tetap menjaga kesehatan mental Tina adalah dengan bergabung bersama grup para Bunda yang bisa diakses di tiap wilayah. Parents Group ini dibentuk oleh departemen kesehatan setempat.
“Yang juga ngadain parenting class with newborn tiap seminggu sekali buat new mum lewat zoom. Lewat parents group ini, ibu baru bisa berbagi suka duka sama mums lainnya, atau janjian keluar bareng buat ngopi atau nge-brunch di café terdekat, atau janjian buat playdate sambil piknik di taman,” tutur Tina.
Selain itu, ada juga culture shock Tina selama menjadi orang tua di Australia. Lanjut baca halaman berikutnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
CULTURE SHOCK MENGASUH ANAK DI AUSTRALIA
Kisah Bunda Diaspora Hamil dan Melahirkan di Australia, Kesehatan Mental Jadi Prioritas Nomor Satu/Foto: Instagram@tinaceuentin
Culture Shock Mengasuh Anak di Australia
Tina mengaku terkejut melihat beberapa ayah di Australia yang tidak malu mengasuh anak-anak mereka.
“Awalnya pertama datang ke sini 10 tahun lalu waktu tinggal sama Australian Host Family pas jadi AuPair itu kaget bener. Ada beberapa host dad yang bangun paling pertama dan masakin sarapan buat keluarga, mandiin anak-anak, masakin dinner, dan put them down to bed at night,” tutur Tina
“Sempat gumam juga dalam hati, ‘kok bapaknya oke-oke aja ya ngurus anak dan chores di rumah? kok ya enggak gengsi dorong-dorong stroller ngajak belanja ke supermarket?” sambungnya.
Meski sempat bingung dengan kebiasaan tersebut, setelah berkeluarga Tina justru bersyukur bisa membesarkan anaknya di Australia bersama suami.
“Karena masyarakat di sini mengajarkan kita tentang bagaimana berbagi tanggung jawab mental sebagai orang tua. Jadi, paham kapan waktunya melangkah padahal pasangan kita belum 100 persen,” ujarnya.
Meski sebagian besar kebijakan di Australia membuat Tina merasa beruntung bisa mendapatkan kesejahteraannya sebagai orang tua, ia mengaku tidak bisa mengikuti peraturan tidur anak di sana, Bunda.
Australia memiliki aturan soal keselamatan tidur untuk mengurangi risiko SIDS atau Sudden Infant Death Syndrome. Peraturan ini menganjurkan para orang tua untuk tidur semalaman pisah kamar dengan bayi mereka.
Akan tetapi, Tina mengaku tidak bisa mengikuti peraturan itu karena menurutnya itu bisa membuat dia stres.
“Kesehatan mental aku adalah prioritas! Aku memilih untuk tidur nyenyak, dengan bayiku di sampingku, tidak hanya aku merasa aman tapi dia juga,” ujar Tina.
“Aku rasa merasa lebih aman daripada tertidur di ranjang bayi dalam keadaan gelap gulita. Ada waktunya dimana bayiku akan tidur sendiri tapi untuk saat ini.. biarkan aku memeluk labu kecilku sepuasnya,” ungkapnya.
Saksikan video alasan Gracia Indri membesarkan anak di Belanda di bawah ini.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
5 Kartini Modern Tinggal di Luar Negeri, Ada yang Bisnis Tempe hingga Jadi Guru Ngaji

Mom's Life
Cerita WNI Jadi Guru TK di Jerman, Bergaji Rp60 Juta per Bulan tapi Sepi Peminat

Mom's Life
Kisah WNI Satu Anak di Australia, Tak Ada Tetangga Suka Gosip & Dapat Uang dari Botol Plastik

Mom's Life
Wanita Semarang Dinikahi Bule dan Tinggal di Jerman, Kini Sibuk Berkebun dan Berbisnis

Mom's Life
Kisah Eks Artis FTV Nanda Gita Beli Rumah Tua 3 Lantai di Belanda, Ada Cerobong Asap


7 Foto
Mom's Life
7 Potret Jill Carissa, Mantan Aktris Drama Kolosal yang Kini Jadi Suster di Australia
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda