Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Anak Bukan Investasi & Jangan Jadikan Generasi Sandwich, Ini kata OJK & Pakar

Annisa A   |   HaiBunda

Rabu, 01 May 2024 15:50 WIB

Woman with coins jar taking note to checklist expenses. Concept of doing accounting plan with coin jar and woman writing in a book.
Ilustrasi mengelola keuangan/ Foto: Getty Images/kohei_hara

Generasi sandwich menjadi topik yang banyak dibicarakan saat ini. Fenomena tersebut banyak ditemukan di keluarga kelas menengah.

Mereka yang terlahir sebagai generasi sandwich memiliki tantangan tersendiri dalam mengatur urusan finansial.

Pasalnya, generasi sandwich tidak hanya memiliki tanggungan terhadap dirinya sendiri. Mereka juga dihadapkan dengan kewajiban mengurus generasi di atas atau di bawahnya.

Lantas, apa yang disebut dengan generasi sandwich?

Mengenal Generasi Sandwich

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi memaparkan tentang fenomena sandwich generation.

Perempuan yang akrab disapa Kiki itu mengatakan, generasi sandwich atau generasi roti lapis merupakan orang dewasa yang harus menanggung hidup tiga generasi.

Julukan itu melekat pada mereka yang tidak hanya menanggung biaya hidup sendiri, generasi sandwich juga menanggung biaya hidup orang tua dan anaknya.

Saran OJK untuk Para Bunda, Anak Bukan Investasi!

Menurut Friderica, orang tua tidak seharusnya membebani dan berharap mendapatkan 'balik modal' dari anak. Pasalnya, anak bukanlah investasi orang tua.

Hal itu ia ungkapkan ketika menghadiri agenda Edukasi Keuangan Bagi Perempuan Dalam Rangka Memperingati Hari Kartini, Selasa (23/4/2024) pekan lalu.

"Kalau kita sudah menyekolahkan anak, jangan berharap 'anak-anak yang nanti menyokong hidupku nanti kalau tua.' Kalau iya, dari keinginan anak sendiri, alhamdulillah. Karena itu cara mereka berbakti dan mengumpulkan pahala, tapi kita sendiri harus siap," kata Friderica, dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (30/4/2024).

Menjadi generasi sandwich akan memberikan tekanan yang berat untuk anak ketika mereka sudah dewasa. Selain merasakan sulitnya menunjang kebutuhan hidup generasi lain, anak tidak bisa menikmati penghasilan dari jerih payahnya sendiri.

Generasi sandwich akan selalu memiliki tuntutan untuk mendahulukan kebutuhan dan kepentingan generasi lain ketimbang keinginannya sendiri.

Sebagai orang tua, tentunya kita tidak ingin anak-anak kita merasakan hal tersebut. Lantas, bagaimana caranya agar anak selamat dari peran generasi sandwich? Baca di halaman setelah ini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


AGAR ANAK TAK JADI GENERASI SANDWICH

Woman with coins jar taking note to checklist expenses. Concept of doing accounting plan with coin jar and woman writing in a book.

Ilustrasi mengelola keuangan / Foto: Getty Images/iStockphoto/StockerThings

Tips Investasi Selamatkan Anak dari Generasi Sandwich

Anak yang menjadi generasi sandwich dihadapkan dengan tanggung jawab besar. Mereka harus rela membagi penghasilan untuk orang tua, anak, atau bahkan saudaranya.

Oleh karena itu, orang tua sebaiknya menyelamatkan anak agar tidak jatuh ke dalam posisi tersebut. Salah satu yang bisa Bunda lakukan adalah dengan memulai investasi sejak awal.

Investasi dapat dilakukan untuk menyiapkan diri di masa tua. Ketika kondisi finansial di masa tua sudah aman, Bunda tak perlu merepotkan anak dengan beban generasi sandwich.

"Kalau enggak punya bakat bisnis enggak apa-apa, bisa investasi di emas, reksadana, dan macam-macam, itu silahkan belajar. Jadi kita semua yuk, mumpung masih kuat, berjiwa muda, Insha Allah kita bisa menyiapkan masa depan lebih baik," kata Friderica.

Banner Gejala Awal Autoimun

Berikut ini merupakan beberapa tips memulai investasi di tahun 2024 untuk Bunda yang masih pemula:

1. Tetapkan tujuan investasi

Sebelum memilih produk investasi, Bunda harus menentukan tujuan investasi lebih dahulu. Apa yang menjadi tujuan Bunda?

Melansir dari US News, tujuan investasi dapat dikelompokkan ke dalam jangka pendek, menengah, atau panjang. Misalnya, tujuan jangka pendek Bunda berinvestasi adalah untuk liburan ke luar negeri di tahun depan.

Sementara itu untuk tujuan menengah, Bunda ingin berinvestasi untuk membayar uang muka rumah dalam tiga sampai lima tahun ke depan.

2. Bedakan dengan menabung

Meski sama-sama bersifat menguntungkan, investasi dan tabungan adalah dua hal yang berbeda. Keduanya bisa dilakukan secara bersamaan, lho.

"Antara tabungan dan investasi adalah dua hal yang berbeda, kemudian tidak perlu dibandingkan juga karena dua-duanya memang harus kita punya. Kalau terjadi risiko dalam jangka waktu dekat, maka tabungan bisa digunakan, tapi kalau risikonya untuk jangka panjang atau menengah, investasi bisa kita gunakan," ujar Head of Advisory & Investment Operations PINA Rista Zwestika, dalam IG Live bersama HaiBunda, Selasa (10/10/2023).

3. Tentukan target keuangan

Sebelum berinvestasi, Bunda harus memiliki target keuangan yang ingin Bunda capai dalam beberapa tahun ke depan.

"Target keuangannya berapa yang ingin dicapai dari hasil investasi tersebut," tutur Rista.

4. Memilih instrumen investasi

Dalam memilih instrumen investasi, Bunda harus mempelajarinya dengan baik. Setiap instrumen investasi memiliki karakteristik dan keuntungan yang berbeda.

"Investasi ada dua jenis, ada investasi riil artinya asetnya kelihatan, contoh tanah, emas, atau bangunan. Kemudian, ada investasi yang bentuknya aset, seperti saham, reksadana deposito, dan obligasi," Rista memaparkan.

"Apapun jenis investasinya punya plus dan minus yang memang harus kita pahami karakteristik dari masing-masing jenis investasi yang nanti para bunda akan pilih," imbuhnya.


(anm/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda