
moms-life
Waspada Bun, Gejala DBD Kini Alami Perubahan Usai COVID-19
HaiBunda
Selasa, 07 May 2024 15:30 WIB

Kasus demam berarah dengue (DBD) kerap ditemukan belakangan ini. Bahkan, gejalanya disebut mengalami perubahan sejak pandemi COVID-19.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi, perubahan gejala DBD berkaitan dengan reaksi imunologi, Bunda.
"Memang ada beberapa laporan yang menunjukkan ada perubahan gejala DBD setelah pandemi COVID-19. Hal ini memang terkait perubahan reaksi imunologi yang terjadi pada tubuh seseorang yang pernah terinfeksi COVID-19," tutur Irman, dikutip dari detikcom, Selasa (7/5/2024).
Di sisi lain, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarzimi juga membenarkan adanya laporan terkait perubahan gejala DBD.
Di beberapa kasus, gejala klinis seperti timbulnya bintik-bintik merah pada permukan kulit tidak lagi ditemukan.
Meski begitu, Siti menilai bahwa hal ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Pasalnya, masih ada kemungkinan bintik-bintik merah tetap timbul, namun tersembunyi di bagian tubuh tertentu.
"Jadi orang bisa demam tiga hari kemudian tiba-tiba masuk ke dalam kondisi syok tanpa ada gejala perdarahan. Tapi memang agak sulit karena bintik-bintik merah itu kan tempatnya tersembunyi, mungkin di punggung tangan, di punggung badan sehingga tidak jelas," kata dr Nadia usai konferensi pers Hospital Based, Senin (6/5/2024).
Mengapa gejala DBDÂ berubah?
Perubahan gejala DBD terjadi usai pandemi COVID-19, khususnya di daerah dengan tingkat kasus DBD tinggi seperti Jawa Barat. Hal itu disampaikan oleh Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia.
Pada beberapa kasus yang ditemukan, tidak tampak gejala klasik seperti bintik merah dan mimisan ketika angka trombosit sudah rendah, bahkan di bawah 100. Hal ini tentunya menjadi kekhawatiran baru, Bunda.
"Nah ini jelas satu hal yang berkaitan dengan imunitas atau reaksi imun yang cukup kompleks untuk diketahui dan perlu waktu tentu, artinya menurut saya ya bisa jadi ada pengaruh dari seseorang setelah dia terinfeksi COVID-19, karena bicara COVID-19 kan ada perubahan dalam imunitas seseorang jadi dia lebih rentan sebetulnya," tuturnya.
Dicky memaparkan, hal ini menandakan bahwa bahaya dari COVID-19 tidak lantas hilang begitu saja usai pandemi. Mereka yang mengalami gejala long COVID-19, terpapar virus lebih dari dua kali, dan kelompok yang belum divaksinasi berisiko mengalami perubahan gejala DBD.
Bahaya perubahan gejala DBD
Perubahan gejala DBD tentunya berdampak pada diagnosa yang terlambat atau salah. Dikhawatirkan, sejumlah dokter dan tenaga medis tidak mengenali infeksi DBD yang kemudian menghambat pengobatan pasien.
"Itu kalau dia tidak update. Tapi kan kalau bicara teknologi skriningnya lah pemeriksaan sekarang sudah ada yang jauh lebih sensitif dan itu tentunya harusnya pemerintah dalam hal ini Kemenkes RI memastikan alat deteksi lebih sensitif ini di kabupaten atau kota," ujarnya.
TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(anm/som)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Kasus DBD di RI Tiba-tiba Meningkat, Menkes Beri Imbauan Begini Bun

Mom's Life
Beda Gejala Demam Berdarah dan Flu Biasa, Sama-sama Demam tapi...

Mom's Life
Penyebab DBD Naik di Indonesia, Gejala, dan Makanan Peningkat Trombosit Selain Jambu Biji

Mom's Life
Kenali Perbedaan Penyakit Malaria dan DBD yang Berasal dari Nyamuk

Mom's Life
5 Efek Setelah Sembuh dari Demam Berdarah, Tak Disadari tapi Bisa Terjadi

Mom's Life
Kasus DBD di Indonesia Tembus 52 Ribu, Tetap Waspada Bun
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda