HaiBunda

MOM'S LIFE

Mengenal Penyakit Jantung Koroner, Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia

Dilla Atqia Rahmah   |   HaiBunda

Rabu, 25 Sep 2024 10:50 WIB
Ilustrasi Mengenal Penyakit Jantung Koroner, Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia/ Foto: Getty Images/Peerapat_Lekkla

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit berbahaya. Pasalnya, penyakit ini merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia.

Meskipun jantung koroner tidak tergolong penyakit menular. Namun, penyakit kardiovaskular yang satu ini dapat memicu komplikasi seperti gagal ginjal dan serangan jantung.

Bagaimana cara pencegahannya? Berikut penjelasan lengkapnya.


Penyakit jantung koroner masih jadi momok di 2024

Penyakit jantung koroner di tahun 2024 ini perlu diwaspadai. Karena, kasus kematian akibat penyakit jantung koroner berpotensi meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Data dari jurnal Buletin Penelitian Kesehatan berjudul Faktor Risiko Dominan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia oleh Ghani, dkk, menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan 45 persen kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Diperkirakan angka tersebut akan meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030.

Apa itu penyakit jantung koroner?

Penyakit jantung koroner  adalah penyakit gangguan jantung dan pembuluh darah. Kondisi ini terjadi akibat adanya penebalan pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah koroner menyempit dan tersumbat. 

Hal ini mengakibatkan terganggunya aliran darah ke otot jantung. Sehingga, aliran darah ke jantung berkurang dan membuat fungsi jantung terganggu.

Penyebab penyakit jantung koroner

Penyebab jantung koroner dapat dipicu dari berbagai faktor, baik dari gaya hidup maupun kondisi kesehatan.

1. Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah penyakit arteri yang ditandai oleh penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak. Ketika plak terbentuk di arteri koroner, otot jantung tidak dapat menerima cukup darah.

Jadi, jantung tidak bisa mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkannya untuk berfungsi dengan baik.

2. Kualitas tidur buruk

Tidak mendapatkan cukup tidur berkualitas dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

Pastikan Bunda mendapat waktu tidur yang cukup minimal 7 jam sehari, agar terhindar dari risiko penyakit ini.

Selain itu, perlu diperhatikan, ya, untuk tidak bangun tidur secara tiba-tiba. Melansir laman National Lung, Heart, and Blood Institute, bangun secara tiba-tiba dapat menyebabkan peningkatan tajam pada tekanan darah dan detak jantung yang dapat memicu angina atau nyeri dada, serta serangan jantung.

3. Pola makan yang tidak sehat

Terlalu sering mengonsumsi lemak jenuh dan karbohidrat olahan dalam jumlah tinggi seperti roti putih, pasta, dan nasi putih, berpotensi memicu obesitas, kolesterol darah tinggi, dan penumpukan plak di arteri jantung.

4. Diabetes

Diabetes dapat meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Diabetes tipe 2 dan penyakit arteri koroner memiliki beberapa faktor risiko yang sama, seperti obesitas dan tekanan darah tinggi.

4. Stres

Stres emosional dapat merusak arteri dan memperburuk faktor risiko lain untuk penyakit arteri koroner. 

5. Preeklamsia

Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah tinggi dan protein dalam urine. Kondisi ini dapat  berisiko menyebabkan penyakit jantung. 

Gejala penyakit jantung koroner

Gejala penyakit arteri koroner dapat terjadi saat jantung tidak mendapatkan pasokan darah yang mengandung oksigen. Berikut beberapa gejala penyakit jantung koroner.

1. Nyeri dada

Nyeri dada atau angina merupakan gejala serangan jantung yang paling umum. Gejala ini biasanya membuat dada penderitanya terasa berat, sesak, tertekan, atau nyeri.

Nyeri dada biasanya terasa di bagian tengah atau sisi kiri dada.

2. Kelelahan

Kelelahan bisa disebabkan karena jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. 

3. Mual dan muntah

Penyebab ini tampak tidak berhubungan dengan penyakit jantung, tetapi patut diwaspadai, Bunda. Sebab, dilansir laman Mayo Clinic, gejala yang satu ini biasanya dialami oleh sebagian wanita, lansia, dan penderita diabetes. 

4. Nyeri di bagian tubuh atas

Gejala penyakit jantung dapat berupa nyeri di bagian lengan, punggung, leher, atau rahang.

Kelompok yang berisiko terkena penyakit jantung koroner

Jantung koroner bisa terjadi kepada seseorang tanpa pandang usia dan gender. Namun, terdapat beberapa kelompok yang lebih besar kemungkinan terserang penyakit ini.

Lalu, siapa saja yang berisiko menderita jantung koroner? Berikut pemaparannya.

1. Usia lanjut

Bertambahnya usia dapat meningkatkan risiko kerusakan dan penyempitan arteri.

2. Berjenis kelamin pria

Umumnya pria lebih berisiko besar terkena penyakit jantung koroner. Sedangkan, pada wanita, risiko penyakit ini lebih meningkat setelah menopause.

3. Riwayat keluarga

Memiliki anggota keluarga yang punya riwayat penyakit jantung berpotensi  terkena penyakit jantung koroner. 

Mengutip laman Mayo Clinic, risiko penyakit ini lebih tinggi apabila ayah atau saudara laki-laki Bunda menderita penyakit jantung sebelum usia 55 tahun atau jika ibu atau saudara perempuan menderita penyakit ini sebelum usia 65 tahun.

4. Kebiasaan merokok

Orang yang merokok lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner.

Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif juga dapat terkena penyakit jantung, sebab menghirup asap rokok juga dapat meningkatkan risiko tersebut.

5. Memiliki hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi  yang tidak terkontrol dapat menyebabkan arteri menjadi keras dan kaku.

Hal ini dapat menyebabkan aterosklerosis yang bisa memicu penyakit jantung koroner.

6. Trauma mental

Mengutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention, terdapat hubungan antara trauma mental dan penyakit jantung,

Seseorang yang mengalami depresi, kecemasan, stres, dan bahkan gangguan stres pascatrauma (PTSD)  dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami efek fisiologis tertentu pada tubuh.

Hal tersebut meliputi peningkatan reaktivitas jantung (misalnya, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah), berkurangnya aliran darah ke jantung, dan peningkatan kadar kortisol.

Efek fisiologis tersebut seiring berjalannya waktu dapat menyebabkan penumpukan kalsium di arteri, penyakit metabolik, dan penyakit jantung.

Cara mendiagnosis penyakit jantung koroner

Berikut cara mendiagnosis penyakit jantung koroner.

1. Elektrokardiogram (EKG)

Elektrokardiogram merupakan diagnosis yang memanfaatkan penggunaan elektroda sementara di dada dan anggota tubuh pasien untuk memantau, melacak, dan mendokumentasikan aktivitas listrik jantung.

Aktivitas jantung tersebut nantinya akan diterjemahkan komputer menjadi pola gelombang yang dapat diterjemahkan oleh dokter.

Biasanya, tes ini berlangsung cepat dan tidak menyakitkan.

2. Ekokardiogram

Ekokardiogram adalah tes ultrasonografi yang digunakan untuk  memeriksa struktur dan fungsi jantung. 

Saat tes berlangsung, sonografer jantung atau teknisi yang melakukan tes ini akan menggunakan ultrasound (gelombang suara frekuensi tinggi) dari tongkat genggam yang diletakkan di dada pasien untuk mengambil gambar katup dan bilik jantung. 

Hal ini membantu dokter mengevaluasi aksi pemompaan jantung.

3. Tes stres latihan

Tes yang satu ini umumnya dilakukan dengan menginstruksikan pasien untuk berjalan di atas treadmill atau mengayuh sepeda statis sambil dihubungkan ke EKG.

Tes stres latihan membantu menentukan seberapa baik jantung seseorang merespons saat bekerja paling keras.

4. CT scan jantung

Penggunaan banyak sinar-X dari berbagai sudut digunakan dalam tes ini. Fungsinya adalah membuat gambar jantung tiga dimensi (3D) berkualitas tinggi menggunakan pemindai dan komputer. 

Salah satu tujuan CT scan jantung yaitu memeriksa arteri jantung untuk melihat adanya penumpukan kalsium atau plak, penyempitan atau penyumbatan.

5. Kateterisasi jantung dan angiogram

Kateterisasi adalah proses diagnosis jantung koroner dengan cara memasukkan tabung panjang dan sempit (kateter) ke dalam pembuluh darah di kaki atau lengan pasien dan menggerakkannya ke arteri koroner. 

Prosedur diagnostik berisiko rendah ini dapat memberi tahu pihak medis seberapa baik jantung seseorang bekerja dan jenis perawatan seperti apa yang diperlukan.

Sedangkan, angiogram merupakan tes pencitraan untuk melihat pembuluh darah dan jaringan. Tes ini menggunakan suntikan pewarna kontras dan sinar-X khusus. 

Cara mengobati penyakit jantung koroner

Berikut ini beberapa cara mengobati penyakit jantung koroner.

1. Menerapkan gaya hidup sehat

Beberapa penyebab jantung koroner berasal dari gaya hidup tidak sehat seperti jarang melakukan aktivitas fisik, terlalu sering mengonsumsi makanan yang tidak sehat, merokok, dan mengonsumsi alkohol.

Salah satu cara mengobati penyakit ini adalah dengan merubah pola hidup menjadi lebih sehat seperti rutin makan makanan yang bergizi baik, perbanyak aktivitas fisik, hindari merokok, dan rajin berolahraga. 

2. Mengonsumsi obat tertentu

Melansir laman Mayo Clinic, obat-obatan seperti aspirin, obat kolesterol, beta blocker, dan nitrogliserin bisa membantu mengobati atau meminimalisasi risiko jantung koroner. 

Namun, Bunda perlu berkonsultasi dengan pihak medis sebelum mengonsumsi obat tersebut. Penggunaan obat-obatan tersebut juga harus dikonsumsi sesuai anjuran dokter.

3. Operasi jantung

Operasi bisa saja dilakukan bergantung hasil diagnosis dan kondisi jantung seseorang. Operasi jantung dilakukan untuk memperbaiki arteri yang tersumbat dan meningkatkan aliran darah. 

Beberapa operasi jantung yang dilakukan misalnya angioplasti koroner dan pemasangan stent, serta operasi cangkok pintas arteri koroner (CABG).

Cara mencegah penyakit jantung koroner

Pencegahan jantung koroner bisa dilakukan dengan menerapkan cara-cara berikut.

1. Konsumsi makanan sehat

Dikutip dari laman National Library of Medicine, menurut uji coba DASH, menerapkan pola makan Mediterania berbasis tanaman seperti sayur, buah, polong-polongan, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan ikan sangat direkomendasikan.

Mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh dalam makanan terbukti bermanfaat untuk mengurangi risiko kardiovaskular. 

Selain itu, mengurangi konsumsi garam berlebih dalam makanan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan risiko kejadian kardiovaskular.

2. Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik bermanfaat untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan misalnya  jalan cepat, bersepeda, yoga, dan berenang, joging, atau bermain tenis.

3. Hindari rokok

Merokok adalah faktor risiko signifikan dari penyakit jantung koroner. Tidak mudah untuk berhenti dari kebiasaan merokok, perlu ada niat yang kuat dan bantuan pihak medis. 

Melansir laman National Library of Medicine, terdapat terapi penggantian nikotin yang tersedia dalam bentuk koyo, permen karet, tablet hisap, semprotan hidung, dan inhaler oral. 

4. Jaga berat badan yang sehat

Menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi faktor risiko penyakit arteri koroner. Diet Mediterania atau olahraga bisa dilakukan untuk menjaga berat badan.

5. Periksa kolesterol

Penumpukan kolesterol dapat memicu penyakit jantung koroner. Dengan rutin melakukan pengecekan, Bunda bisa lebih memantau kadar kolesterol.

Tidak hanya kolesterol, kadar gula darah juga penting untuk dicek, ya.

Daftar makanan untuk penderita jantung koroner 

Berikut daftar makanan untuk penderita jantung koroner.

1. Ikan

Kandungan baik omega 3 dalam hewan laut yang satu ini tidak diragukan lagi khasiatnya untuk jantung.

Dilansir laman Cleveland Clinic, Omega-3 berfungsi untuk melindungi dari penumpukan plak arteri dengan menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan kolesterol baik dalam darah.

Beberapa jenis ikan yang mengandung omega 3 yaitu ikan salmon, ikan kembung, dan ikan tuna.

2. Kacang kenari

Kacang kenari mengandung lemak omega 3 nabati yang disebut asam alfa-linolenat. Namun, mengonsumsi kacang kenari harus dalam porsi yang wajar, ya, Bunda. Karena, kacang ini tetap mengandung kalori yang tinggi.

3. Buah-buahan

Terdapat jenis-jenis buah yang berkhasiat untuk melindungi jantung Bunda, seperti apel, pepaya, jeruk, delima, dan buah pir.

4. Oatmeal

Ahli diet terdaftar di bidang kardiologi preventif, Julia Zumpano, RD, LD, menyarankan untuk rutin sarapan semangkuk oatmeal, karena oatmeal dapat membantu menurunkan kolesterol total dan kolesterol jahat.

5. Buah beri

Buah beri meliputi stroberi, raspberi, dan bluberi. Jenis buah ini mengandung antioksidan tinggi yang dapat mencegah kerusakan sel-sel dalam tubuh dan jantung.

Selain itu, dalam buah beri juga terkandung serat yang  mampu menurunkan kolesterol jahat.

Komplikasi penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner dapat menyebabkan timbulnya penyakit baru atau komplikasi. Beberapa penyakit seperti angina, serangan jantung, gagal jantung, dan aritmia perlu diwaspadai. Sebab, penyakit tersebut bisa saja muncul akibat penyakit jantung koroner.

Apakah penyakit jantung koroner bisa sembuh total?

Melansir dari laman NHS, penyakit jantung koroner tidak bisa sembuh total. Akan tetapi, pengobatan dapat membantu meminimalisasi gejala dan risiko penyakit jantung.

Perawatan yang bisa dilakukan meliputi menerapkan gaya hidup sehat, mengkonsumsi obat, angioplasi, dan operasi.

Kapan operasi perlu dilakukan oleh pengidap jantung koroner?

Operasi dilakukan berdasarkan pertimbangan beberapa faktor seperti seberapa buruk penyakit jantung koroner, gejala, dan kondisi medis lain yang dialami pasien.

Misalnya, operasi cangkok pintas arteri koroner (CABG) dilakukan apabila terjadi penyumbatan pada 1 atau lebih arteri koroner.

Sementara itu, angioplasti dan pemasangan stent bisa saja dilakukan, jika nyeri dada atau angina yang dialami penderita tidak kunjung membaik meskipun pasien telah mengubah gaya hidup dan mengonsumsi obat-obatan.

Demikian penjelasan tentang penyakit jantung koroner yang jadi penyebab kematian tertinggi di dunia. Segera berkonsultasi pada spesialis penyakit jantung koroner, apabila Bunda mengalami gejala penyakit ini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

10 Gejala Penyakit Jantung Bawaan pada Anak

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Terpopuler: Potret Kayla Dermawan Putri Becky Tumewu yang Lulus dari University of Western Australia

Mom's Life Annisa Karnesyia

5 Potret Steffi Zamora Kenakan Gaun Putih bersama Nino Fernandez, Banjir Ucapan Selamat

Mom's Life Amira Salsabila

Daftar Laki-laki atau Perempuan yang Tidak Boleh Dinikahi dalam Islam

Mom's Life Arina Yulistara

Apakah Boleh Berhubungan Intim Setelah Masa Ovulasi?

Kehamilan Asri Ediyati

5 Potret Anak Artis Sudah Masuk SD, Ada Putra Tasya Kamila hingga Tya Ariestya

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Terpopuler: Potret Kayla Dermawan Putri Becky Tumewu yang Lulus dari University of Western Australia

5 Potret Steffi Zamora Kenakan Gaun Putih bersama Nino Fernandez, Banjir Ucapan Selamat

Ketahui Berat Badan Bayi 5 Bulan yang Ideal dan Cara Mendapatkannya

Daftar Laki-laki atau Perempuan yang Tidak Boleh Dinikahi dalam Islam

5 Potret Anak Artis Sudah Masuk SD, Ada Putra Tasya Kamila hingga Tya Ariestya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK