Jakarta -
Saat
tantrum, anak bisa menangis kejer, berguling-guling di lantai sambil menangis dan bahkan ada yang membanting-bantingkan badannya. Saat kita berupaya menggendong, anak menolak dan menangisnya makin kencang. Tapi kalau dibiarkan, tangisannya pun nggak berhenti. Duh, sabar, sabar....
Sebagai bunda yang baru punya anak umur 1 tahun 7 bulan, Sabai Dieter Morscheck juga pernah mengalami saat anaknya
tantrum. Kata Sabai, saat tantrum itu, sang putra semata wayang, Bjorka menangis kenceng banget seperti lagi disiksa.
"Baru semingguan ini tantrumnya guling-gulingan gitu. Nggak jelas maunya apa," ujar Sabai saat ngobrol sama HaiBunda, beberapa waktu lalu.
Kadang
Sabai membiarkan Bjorka menangis sampai puas terlebih dahulu. Setelah agak mereda tangisannya, Sabai baru membujuk dan mengalihkan perhatian Bjorka atau menanyakan apa yang sedang diinginkan Bjorka.
Lalu gimana dong saat kesabaran hampir habis? Kata Sabai, biasanya dirinya akan memanggil sang suami, Ringgo Agus Rahman, untuk meminta bantuan.
"Jadi aku minta gantian bentar. Daripada aku kehilangan kesabaran dan jadi ngamuk kan. Pas aku pergi, udah pasti anaknya makin jejeritan sih," tambah Sabai.
Iya, benar banget Sabai, kita perlu menyingkir bentar untuk 'ngademin' diri. Soalnya tantrum sebenarnya kan hal yang wajar ya pada anak. Psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi menyarankan kita agar membiarkan dulu anak menangis untuk melepas energinya. Ratih juga mewanti-wanti agar orang tua tidak ikut-ikutan tantrum saat anaknya sedang tantrum.
Pernah Bun, punya pengalaman seperti Sabai? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar.
(Nurvita Indarini)