Jakarta -
Pernah nggak sih Bun menanyakan cita-cita pada si kecil, lalu jawabannya 'nggak tahu' atau 'terserah bunda'. Yaaah, kok kesannya si kecil nggak punya impian dan ekspektasi ya.
Soal anak yang ekspektasinya rendah ini beberapa kali dikeluhkan saudara saya. Jadi anak saudara saya ini masih kelas 5 sekolah dasar (SD). Nah, si kecil ini sering banget terkesan ogah-ogahan kalau berangkat sekolah. Bahkan saat akan diikutkan kegiatan di luar sekolah biar nggak cuma main game di rumah, anak ini menolak.
"Kalau ditanya mau jadi apa nanti kalau udah besar, dia males banget jawabnya. Kata dia 'biar nanti hidup mau membawaku ke mana'. Di saat yang lain dia bilang nggak tahu atau terserah bundanya. Suka gemes saya sama dia ini. Semangatnya kalau main game doang sama jalan-jalan," curhat saudara saya.
Dengar curhatan saudara ini, saya juga jadi ikut gemes nih. Lalu saya pun ngobrol dengan psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi. Kata Ratih, dirinya juga kerap menjumpai anak yang ekspektasinya rendah karena tanggung jawab dan kemandirian anak tersebut juga rendah.
"Ekspektasi rendah itu terkait responsibility dan kemandirian yang rendah. Agar responsible, maka anak harus mandiri dulu. Kalau anak nggak mandiri lalu dituntut untuk bertanggung jawab biasanya nggak berhasil," tutur Ratih.
Ada hal-hal kecil yang sebenarnya bikin anak nggak mandiri, Bun. Misalnya nih, saat mereka usia balita yang merupakan usai bermain, anak membiarkan mainannya berantakan. Lalu Bundanya deh yang membereskan. Padahal nih Bun, di usia balita yang sudah paham instruksi sederhana, mereka bisa diajarkan kemandirian mulai dari membereskan mainannya itu.
"Kita sebagai ibu nggak perlu jadi wonder woman, yang mana semua hal harus kita yang melakukan. Anak boleh memberantakkan mainannya, tapi bukan berarti harus kita yang membereskan. Ajak anak untuk membereskan, karena dari situ anak akan belajar," sambung Ratih.
Hmm, bener juga ya. Saudara saya itu memang selalu mengerjakan semua pekerjaan rumahnya sendiri. Anaknya jadi sama sekali nggak kenal pekerjaan rumah. Usai makan, piring ditinggal begitu saja di meja makan. Membereskan tempat tidur pun nggak pernah. Mungkin hal ini yang membuat si kecil kurang bertanggung jawab dan akhirnya ekspektasinya pun rendah.
"Saat anak nggak mandiri, nantinya orang tuanya juga yang susah. Jadi kita jangan tiba-tiba bilang kalau anak kita nggak mandiri padahal nggak dikasih kesempatan untuk mandiri. Kalau kita nggak kasih kesempatan ke anak, itu artinya kita nggak percaya ke anak," papar psikolog yang berpraktik di RaQQi - Human Development & Learning Centre ini.
Hmm, bagaimana dengan buah hati Bunda, apa cita-citanya? (Nurvita Indarini/rdn)