Jakarta -
Zaman kita kecil dulu, saat perkembangan gadget belum sepesat sekarang, bermain di luar rumah adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Soalnya kita bisa
bermain bersama teman-teman dengan bebas di alam terbuka.
Tapi sekarang mungkin tempat bermain anak di luar rumah sudah tidak seluas zaman dulu. Ditambah lagi perkembangan gadget yang sangat luar biasa, sehingga anak-anak lebih suka menghabiskan waktunya di dalam rumah.
Karena itu ada baiknya nih, Bun, sesekali kita temani anak bermain di luar rumah, yuk. Sekarang kan banyak tuh taman-taman di sekitar permukiman. Setiap akhir pekan, nggak ada salahnya kita ajak anak main ke taman.
Selain menyenangkan, bermain di luar juga bermanfaat untuk motorik kasar anak. Kegiatan main di luar ruangan bisa melatih otot-otot kaki tangan secara fungsional sekaligus meningkatkan fungsi kerja otak.
"Kenapa harus melatih motorik kasar? Karena ada otot-otot di kaki dan tangan kita yang secara fungsional akan meningkatkan kinerja otak kita," ungkap Bayu Wijanarko, selaku ELC Toys Expert yang ditemui dalam acara ELC Indonesia bertajuk "The Joy of Outdoor Play" di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (24/8/2017).
 Manfaat main di luar ruangan Foto: Amelia Sewaka |
Bayu juga menyebutkan bermain di luar rumah dapat bermanfaat untuk meningkatkan social skill. Jadi social skill atau kemampuan sosialnya bukan hanya untuk berkomunikasi denga orang lain tapi sebenarnya anak juga melatih dirinya untuk bisa bicara dengan dirinya sendiri.
Baca juga:
Menyikapi Balita yang Berantem Gara-gara Rebutan Mainan"Ketika si dedek bermain dan bermain bersama temannya ia akan berpikir, 'oh ternyata bermain bersama itu menyenangkan ya atau duh aku butuh teman main nih', maka ketika ia bermain dengan teman sebayanya ia akan percaya diri, malah dengan sendirinya ia akan mencari teman bermain. Dari situ bisa dilihat secara komunikasi akan lebih baik," lanjut Bayu.
Menurut Bayu, kriteria permainan anak yang aman atau tidak tergantung dari jenis permainan dan juga segi usianya. Jika anak masih berusia balita, jika main di luar ruangan jangan berikan permainan yang berbahaya, misal mainan yang jenisnya panjat-panjatan atau aktivitas fisik yang benturannya cukup keras.
Bunda ingat nggak permainan di luar ruangan yang sering kita mainkan dulu? Sebut saja sunda manda atau tapak gunung, gobak sodor, dan lompat karet. Selain melatih motorik kasar, permainan seperti itu juga membakar kalori ya.
 Manfaat main di luar ruangan Foto: Amelia Sewaka |
"Kalau permainan tradisional sih rata-rata emang membakar kalori ya. Tapi kalau kita bicarakan melatih motorik halus, kasar atau fokus itu juga banyak sih kayak main tapak gunung. Dari mulai lempar batunya itu udah latih motorik kasar dan fokus, lalu kita jingkring itu udah ngelatih keseimbangan kita," tutur Bayu.
Yang kita juga perlu perhatikan adalah menyesuaikan
mainan dengan perkembangan anak. Kenapa? Menurut Bayu itu penting karena ketika kita tidak memilih mainan sesuai umurnya kita tidak dapat memberi pendampingan yang tepat pada usia mainnya.
"Misal nih ketika anaknya dalam usia belajar jalan, yang kita dampingi mainannya adalah walker. Untuk usia 3 tahun adalah usia kreatif jadi kita bisa kasih papan tulis, jangan tembok rumah, atau 5 tahun ke atas yang di mana dalam tahap imajinasi oh berarti kita beri mainan 'berpura-pura' seperti masak-masakan untuk chefs, dan lainnya untuk merangsang imajinasinya," tutur Bayu.
Baca juga:
Anak Kembar Nggak Harus Selalu Dibelikan Barang yang Sama LhoLalu gimana kalau anak keterusan main? Dalam kesempatan yang sama Danesya Juzar, seorang ibu yang juga founder komunitas Productive Mamma, menceritakan pengalamannya.
"Kalau anak udah keterusan pas main di luar apalagi di playground, kasih tahu ke anak kalau mau udahan main ya harus lebih spesifik kasih tahunya. Misal, '5 kali ayun lagi udah ya Kak'. Atau jika mereka udah ngerti jam, kasih tahu tahu secara waktu aja. Soalnya kalau kita nggak detil kasih tahunya ya anak bakal cranky atau tantrum," ungkap Danesya.
Hal tersebut disetujui oleh Bayu. Dengan memberi tahu waktu
main anak secara spesifik, maka anak akan belajar tentang konsep waktu, terutama waktu untuk mengakhiri kegiatan.
"Sebentar lagi selesai ya Nak, padahal kita nggak tahu kan sebentar laginya itu sampai kapan? Dan kalau lagi main di outdoor itu kita harus dampingi anak, karena anak belum tahu cara bermain yang sesuai untuk umurnya. Ketika dia lari ya udah lari gitu aja yang tahu tempatnya aman atau nggak tetap orang tuanya kan," papar Bayu.
(aml)