Jakarta -
Seiring kemampuan bicara anak meningkat, rasa penasaran anak pun semakin bertambah. Nggak heran nih, di usia anak saya yang sudah tiga tahun, ada saja
pertanyaan yang dia lontarkan.
Seperti beberapa waktu lalu, dia tiba-tiba tanya kenapa bisa ada hujan, apakah karena awan yang sedang menangis. He-he-he kadang bingung juga mau menjawabnya, nih, soalnya khawatir penjelasan kita bikin anak nggak paham. Bunda punya pengalaman serupa?
Menurut sebuah penelitian di Inggris, karena rasa penasarannya, anak bisa mengajukan 73
pertanyaan yang mengejutkan setiap harinya lho, Bun. Hmm...
Peneliti menemukan pertanyaan yang sering dilontarkan anak-anak umumnya siapa, mengapa, kapan, di mana, dan masih banyak lagi. Nah, ternyata dari sekian banyak orang tua, hanya setengahnya yang berusaha mencari tahu jawabannya.
Baca juga:
Menjawab Pertanyaan Sulit si Kecil (1)Anak-anak umumnya mulai penasaran dan ingin tahu lebih banyak di usia empat tahun, terlepas dari jenis kelaminnya. Nah, bombardir pertanyaan tersebut tentu bisa bikin Bunda dan Ayah kewalahan. Kalau di rata-rata, empat dari 10 orang merasa putus asa setelah mendapat serangan pertanyaan.
Menurut situs Independent, kebanyakan orang tua beralih ke Google untuk mendapatkan jawabannya atau menjawab seadanya saat itu juga.
Wajar juga ya kalau anak bisa memborbardir dengan puluhan pertanyaan, soalnya mereka mulai bertanya sejak bangun tidur sampai akan tidur malam. Iya, anak saya juga nih, Bun. Pagi-pagi saat bangun tidur sudah memulai hari dengan pertanyaan, "Sekolahnya masuk atau libur?" dan "Ini hari apa?".
Lalu menjelang tidur, ketika saya membacakan cerita untuknya, dia akan banyak bertanya seputar tokoh-tokoh dalam ceritanya. Misalnya kalau tokohnya dinosaurus, anak saya akan tanya makanan dinosaurus apa, lalu dinosaurus rumahnya di mana, bundanya bekerja di mana, dan seterusnya.
Dari survei yang digelar di Inggris pada 1.500 ayah dan bunda yang disurvei, sepertiganya mengatakan menjawab pertanyaan anak-anak tersebut sering kali sangat melelankan. Namun, empat dari 10 orang mengaku bangga dengan ketertarikan anaknya pada lingkungan di sekitarnya.
Masih dari survei, anak-anak yang tinggal di ibukota lebih sering banyak ingin tahunya. Di London saja, anak-anak rata-rata mengajukan 93 pertanyaan setiap hari. Jadi hampir empat pertanyaan setiap jamnya sejak anak bangun tidur.
 Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: thinkstock |
Sebenarnya apa yang membuat anak bertanya terus? Menurut psikolog anak Dr Sam Wass, selain penasaran, merasa aneh dengan lingkungannya juga menjadi penyebab munculnya pertanyaan tanpa henti.
Separuh orang tua melihat anak makin banyak pertanyaan saat mereka mendengar percakapan orang dewasa. Selain itu Bun, sekitar 46 persen menghubungkannya dengan anak-anak lain, juga imajinasi liar mereka.
Untuk membantu orang tua menjawab beberapa pertanyaan anak-anak yang lebih menantang, Tots Town di Argos bekerja sama dengan Dr Sam Wass menciptakan serangkaian video yang membahas berbagai topik. Mereka juga mengembangkan permainan yang membantu perkembangan anak.
"Saat anak-anak tumbuh dewasa, wajar bila ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka. Sebagai orang tua, kita gampang lupa sebagian besar pengetahuan anak-anak kita itu berasal dari yang kita katakan kepada mereka," kata Wass.
Baca juga:
Menjawab Pertanyaan Sulit si Kecil (2)Menurut Wass dengan menggunakan alat bantu pendidikan dan visual, seperti mainan, bisa membantu mengatasi kesulitan dalam menjawab pertanyaan anak. "Mengekspresikan pemikiran dan gagasan kompleks melalui barang-barang yang akrab, sering kali bisa membantu memahami pemikiran anak-anak," sambung Wass.
Chad Valley Tots Town telah meluncurkan tiga video, masing-masing menggunakan permainan peran untuk menjelaskan pertanyaan orang tua yang paling menantang. Nah, berikut ini beberapa pertanyaan anak yang sering kali dirasa sulit bagi orang tua:
1. Mengapa orang mati?
2. Bagaimana aku lahir?
3. Apa itu Tuhan?
4. Apa artinya 'kita tidak mampu'?
5. Mengapa aku harus pergi ke sekolah?
6. Kalau bunda meninggal, aku bagaimana?
7. Mengapa langit warnanya biru?
 Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: dok.HaiBunda |
Menurut dr Meta Hanindita, SpA, dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, pada satu masa memang wajar bagi seorang anak untuk banyak bertanya karena rasa ingin tahu yang besar, Bun. "Bakat banyak omong bisa dilihat sejak kecil, sebetulnya bukan 'bakat' ya itu, tapi biasanya memang begitu. Ini nggak ada penelitiannya sih," ujar dr Meta ketika dihubungi detikHealth.
Terapis wicara di RS Harapan Kita, Rita Rahmawati, Amd. TW, SPd, mengatakan anak banyak bicara pada usia tertentu karena kemampuan kognitifnya berkembang pesat. Banyak perbendaharaan kata baru yang diserap dan digunakan anak.
"Banyak omong bukan berarti bakat tetapi itu adalah kemampuan memiliki banyak perbendaharaan kata yang biasanya beriring sejalan dengan tingkat kecerdasan yang tinggi atau kemampuan kognitif yang tinggi," kata Rita.
Untuk menyikapinya, Bun, orang tua sebaiknya memfasilitasi dengan hal-hal yang positif dan mampu menyikapi pembicaraan anak sesuai dengan kemampuan berbahasa yang ia miliki sesuai tahap usia perkembangan.
Nah, kalau si kecil biasanya bertanya soal apa, Bun?
(Nurvita Indarini)