Jakarta -
Anak nggak mau langsung nurut saat diminta melakukan sesuatu. Nggak disadari, kita pun berubah jadi 'satpam' buat anak. Ya, satpam yang mengawasi anak dan bisa aja ditakuti atau bahkan disebali si kecil.
Ini pernah saya lakukan ke keponakan saya kalau dia nggak mau mandi, Bun. Setiap saya main ke rumahnya dan jam 17.00 dia belum mandi, ngomel-ngomellah saya menyuruh dia mandi. Kalau kata orang, saya ubrak-ubrak tuh keponakan saya supaya dia mau mandi. Habis, sama bundanya dia nggak mau nurut. Tapi kalau sama saya, dia langsung beranjak dari kursi dan mandi.
Awalnya saya pikir sukses juga nih jadi 'satpam' buat keponakan saya. Tapi lama-lama saya mikir juga apa nurutnya keponakan saya ini benar-benar dari hati atau terpaksa. Nah, daripada penasaran, saya tanyain deh hal ini ke psikolog anak dari Tiga Generasi Anastasia Satriyo yang biasa dipanggil Anas.
Mendengar cerita saya, Anas menyarankan untuk tahu apakah keponakan saya ini beneran nurut dan melakukan sesuatu karena sadar diri, lihat ketika nggak ada saya. Artinya, saat nggak ada sosok yang jadi 'satpam' buat anak, lihat apa mereka akan tetap melakukan itu. Kalau iya, berarti
anak memang sadar dia perlu melakukan hal itu dan kalau nggak berarti anak melakukan hal tersebut karena takut.
"Atau bisa juga dia melakukan itu supaya si orang yang jadi satpam ini nggak berisik. Jadi diturutin aja. Makanya kalau jadi ibu atau orang tua kunci yang susah kan tarik ulur kapan harus tegas dan kapan kasih kebebasan ke anak. Kita harus tahu apa yang mau diajarin ke anak, apa yang di keluarga itu penting banget atau masih bisa ditolerir berdasar value keluarga kan?" kata Anas.
Anas bilang, ketika anak terbiasa 'disatpamin' kayak gini, Bun, efeknya dia bisa melakukan sesuatu tanpa tahu manfaatny apa. Kayak mandi. Padahal ini penting banget buat kebersihan dan kesehatan. Tapi berhubung anak melakukannya karena takut dimarahin atau males denger cerewetan si satpam, jadilah dia melakukan itu tanpa memperhatikan manfaat di balik sesuatu yang udah semestinya dilakukan.
Atau, ke orang yang jadi satpam, dia bisa sebal bukan main, Bun. Makanya, Anas menyarankan lagi-lagi orang tua dan orang dewasa di keluarga perlu ngobrol sama anak. Dalam menyuruh anak melakukan sesuatu, lagi-lagi perlu buat kita menunjukkan alasan kenapa anak harus melakukan itu sehingga dia melakukannya dengan senang hati dan sadar diri.
Wah, saya jadi sadar nih. Besok-besok, nggak jadi satpam lagi deh. Hi-hi-hi. Kalau Bunda sama Ayah gimana? Pernah jadi satpam buat
anak?
(rdn/rdn)