Jakarta -
Suatu kali anak saya yang berusia tiga tahun melihat hujan dan bertanya, "Kenapa bisa hujan? Apakah karena awan menangis?" Hmm, di saat dirinya sudah tertarik mengapa hujan terjadi, artinya dia sudah bisa mendapat penjelasan asal mula hujan dengan cara yang sangat simpel.
Soal belajar pengetahuan alam, Elvina Lim Kusumo, founder indonesiamontessori.com mendorong banget bisa banget kita lakukan bersama si kecil yang masih dalam kategori usia dini. Soalnya dengan
belajar pengetahuan alam, anak akan lebih peka dengan sekelilingnya dan bisa mengasah rasa ingin tahunya, lho.
"Kalau Caleb, anak saya tertarik matahari, saya ceritakan tentang matahari itu apa. Lalu kita mulai deh percobaan-percobaan sederhana yang terkait dengan matahari. Kalau kegiatan yang kita siapkan dimulai dari hal yang menarik dan jadi motivasi anak, akan lebih maksimal," papar Vina, panggilan akrabnya.
Hal itu disampaikan ibu satu putra itu di sela-sela launching buku 'IMC Little Scientist' di Gramedia, Central Park, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).
Kata Vina, kalau kita memaksakan si kecil berkegiatan dengan hal lain yang belum menarik perhatiannya, seturut pengalaman dia, anak biasanya nggak akan banyak tanya, Bun. Apalagi kalau hal itu memang belum pernah dilihat dan dirasakan si kecil, umumnya nggak terlalu semangat dan antusias untuk melakukan berbagai percobaan.
"Pas kecil kita mungkin sering mikir IPA itu berat dan susah, nggak bisa dimengerti. Itu sebenarnya nggak 100 persen tepat. Kalau dikenalkan dengan natural, sehari-hari, bisa jadi kegiatan yang fun dan anak bisa nangkap kok," sambung Vina.
Jadi gini, Bun, misal nih sejak usia 0-7 tahun anak nggak pernah dikenalkan dengan hal sederhana pelangi itu apa dan gimana, lalu ketika di usia 9 tahun
belajar tentang pemantulan cahaya dan sebagainya mungkin nggak familiar dan merasa berat. Beda halnya kalau anak sudah pernah terekspos, sudah tahu informasi dasarnya, membayangkan pelangi dan mungkin mencoba membuat pelangi.
"Kalau ada fakta dan lain-lain itu perlahan saja, karena dia baru akan paham kalau usianya 7 tahun ke atas. Sementara untuk usia dini, anak perlu tahu dulu, untuk membuka wawasan," jelas Vina.
Nah, buat Bunda yang anaknya sudah bertanya-tanya tentang hujan seperti anak saya, bisa lho diajak bermain membuat hujan. Ini cara yang fun banget buat belajar science. Hmm, gimana sih cara membuat hujan?
Di buku IMC Little Scientist edisi Bermain dengan Awan, ada nih ide membuat hujan yang lucu. Iya, lucu, Bun, soalnya hujannya ada warnanya. Sebelum memulainya, kita siapkan dulu alat dan bahannya ya.
Kita perlu menyiapkan air, wadah transparan yang cukup tinggi, pipet, tatakan, pewarna makanan, dan shaving foam atau whipped cream. Cara memainkannya, wadah transparan diisi dengan air. Lalu kita beri shaving foam atau whipped cream di atas air sehingga menutupi seluruh permukaan air.
Jadi shaving foam ini kita ibaratkan sebagai awan, Bun. Kemudian menggunakan pipet, kita teteskan pewarna makanan di atas shaving foam atau whipped cream. Tunggu beberapa saat, nanti nggak lama hujan warna-warni akan turun.
"Kegiatan ini memberikan kesempatan untuk anak membayangkan, 'Oh begini ya kalau awan sudah kepenuhan dan berat maka akan turun sebagai hujan yang membasahi Bumi'," kata Vina dalam bukunya.
(Nurvita Indarini)