Utah -
Bun, bocah 10 tahun ini tahu benar deh cara menghibur adiknya yang mengalami down syndrome. Caranya adalah dengan bermain musik di depan adiknya.
Beberapa penelitian memang sudah menjelaskan bahwa
musik dapat memengaruhi kondisi seseorang. Ada studi juga yang menunjukkan bahwa otak anak-anak berkembang lebih cepat saat mereka terbiasa dengan instruksi musik.
Nah, Amanda Bowman Gray, asal Utah, AS baru-baru ini memposting video putrinya yang bermain musik untuk adik laki-lakinya yang mengalami down syndrome. Video yang diunggah Amanda telah ditonton lebih dari 41 juta kali.
Ia menulis bahwa putrinya, Lydia, diminta untuk menjaga sebentar adiknya, sementara dirinya pergi ke kamar mandi.
"Saya minta Lydia, putri saya yang berusia 10 tahun untuk menjaga adiknya. Lydia tampaknya telah menemukan cara yang brilian untuk menjaga adiknya agar tetap terhibur. Ia menghiburnya dengan gitar, jika dia tidak memiliki gitar, saya tidak tahu apakah dia akan tahu bagaimana menjaga adiknya," tulis Amanda dikutip dari Babble.
Dalam video tersebut, kita bisa menyaksikan dengan jelas,
efek musik pada Bo yang mengalami down syndrome. Ia mengayunkan tubuh kecilnya ke belakang, sesuai dengan ritme. Ia terpaku oleh musik yang dihasilkan oleh petikan gitar kakaknya. Saat kakaknya mulai bernyanyi, dia langsung memperhatikan.
 Kakak menghibur adiknya yang down syndrome/ Foto: Facebook/ Amanda Bowman Gray |
"Dia bernyanyi bersama dengan adiknya dan bagian yang terbaik dari video itu adalah saat Lydia berhenti sejenak pada lirik tertentu, kemudian dilanjutkan oleh Bo. Ternyata, ini bukan hanya cara terbaik untuk mengasuh Bo, ini juga cara paling efektif untuk meningkatkan kosakatanya. Karena saat ini Bo hanya mengerti 12 kata. Ini adalah bukti bahwa terapi musik berhasil," tutur Amanda.
Dikutip Nordoff Robbins Music Centre, musik adalah bagian intrinsik dari makhluk hidup, denyut nadi dan ritme ditemukan dalam detak jantung, pernapasan dan gerakan kita. Kemudian melodi tercipta dalam tawa, tangisan, teriakan atau nyanyian kita. Seluruh rangkaian emosi kita dapat dipegang dalam ritme dan harmoni gaya musik yang berbeda. Hubungan intim dengan musik ini bisa tetap ada meski seseorang tersbut merupakan penyandang disabilitas atau penyakit.
Tak cuma untuk menambah kosakata dan meningkat fungsi otak tapi juga bisa membuat anak menjadi disiplin dan lebih berkonsentrasi. Hal ini telah diteliti oleh Susan Hallam, profesor psikologi pendidikan dan musik di Institute of Education (IoE), University of London. Ia mengevaluasi sebuah program yang dikembangkan oleh Apollo Music Projects yang mengenalkan anak-anak berusia tujuh sampai sepuluh tahun kepada musik klasik dan komposernya.
Dari penelitian, Profesor Hallam mengatakan bahwa dengan mengenal
musik, keterampilan mendengarkan dan keterampilan lain pada anak-anak telah berkembang dengan baik, termasuk konsentrasi dan disiplin diri.
(aci)